*Takdir mempermainkan Cinta kita berdua*
Sudah dua hari sejak pertengkarannya dengan suaminya terjadi. Dan semenjak itulah Jimin tidak pulang. Membiarkan Akira yang sendirian dengan rasa sakitnya.
Kenapa Jimin tidak mau memperbaiki semuanya dan malah pergi meninggalkannya sendirian seperti ini. Apakah ia sudah tidak mengharapakannya lagi.
Diluar hujan sangat deras. Ia menatap tetesan air hujan yang jatuh dari balik jendela kamarnya. Air matanya mulai menetes.
"Pulanglah, aku merindukanmu" monolognya.
Tubuhnya seketika lemas. Ia terduduk dilantai. Air matanya mengalir begitu deras. Bahkan untuk bernafas saja baginya sangat sulit saat ini.
"Pulanglah, hiks. Kenapa kau malah meninggalkanku" ia menepuk dadanya berkali kali berharap rasa sakit dalam hatinya dapat berkurang.
Apakah Jimin dapat merasakan sakit hatinya saat ini, apa ia masih perduli dengannya.
.
Jimin pov
Kim Namjoon menatap iba pada sahabat baiknya yang sedang duduk disofa dengan tatapan kosong.
Tatapan Jimin kosong, seolah tak ada kehidupan didalam nya.
Ia melagkahkan kakinya kearah Jimin. Mencoba duduk tepat disebelahnya.
Menepuk pundak lelaki yang lebih muda pelan "Jim, seharusnya kau pulang. Selesaikan masalah mu. Bukan malah seperti ini".
"Dia menyuruhku pergi, Hyung. Apa aku masih pantas untuk pulang menemuinya".
"Jika kau memang mencintai Akira. Pulang, temui dia. Jelaskan semuanya. Jangan seperti ini".
Mata Jimin mulai berkaca kaca "aku akan sangat sakit jika melihatnya. Melihat wajahnya membuatku semakin sakit, Hyung".
Namjoon sangat mengerti perasaan sahabatnya saat ini. Jimin kacau, sangat kacau. Bahkan saat pertama kali ia menemui Namjoon diapartemen miliknya dua hari yang lalu.
Ia sangat mengerti betapa Jimin sangat mencintai istrinya. Begitupun dengan Akira yang sangat mencintai Jimin. Namjoon menjadi saksi kisah cinta mereka dari awal pertemuan sampai akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah. Namun takdir begitu kejam mempermainkan perasaan dua manusia yang saling mencintai ini. Ntah apa rencana Tuhan untuk mereka berdua kedepannya. Tapi Namjoon selalu berharap keduanya akan selalu bersama sampai kapanpun.
Namjoon mengelus lembut punggung Jimin "pulanglah Jim. Akira pasti akan sangat kecewa jika kau tidak pulang".
Jimin menggelengkan kepalanya "aku harus bagaimana. hiks. Aku tidak tau harus melakukan apa" Jimin sempurna menangis. Ia bukan laki laki yang lemah. Tapi jika digahapkan dengan situasi yang seperti ini membuatnya tidak mengerti apa yang harus ia lakukan sekarang. Semuanya terasa begitu rumit dan menyakitkan.
"Kau perlu pulang, dan jelaskan semuanya pada istrimu. Dia akan mengerti, jika kau seperti ini dia akan sangat kecewa padamu. Kau meninggalkannya, dia sedang hamil Jim. Pulanglah, jangan buat dia semakin sakit dengan sikapmu yang seperti ini" Namjoon terus mengusap punggung Jimin lembut, mencoba untuk menenangkan sahabatnya itu.
Jimin memejamkan matanya sejenak. Benar apa yang dikatakan laki laki berlesung pipit itu. Jika ia tidak pulang, semuanya akan semakin rumit. Dan Akira akan menganggap jika ia sudah tidak perduli lagi padanya.
Ia segera bangkit dari duduknya "Hyung, aku akan pulang sekarang".
Namjoon tersenyum lembut "hati hati, diluar hujan deras".
Jimin mengangguk lemah "terima kasih, Namjoon Hyung" mencoba tersenyum walaupun itu sangat sulit baginya saat ini.
"Kau pasti bisa Jimin. Semua akan baik baik saja".
Jimin tersenyum lembut "aku pergi".
Park Jimin melangkahkan kakinya keluar dari dalam Apartemen Namjoon.
.
Ceklek
Suara pintu kamar terbuka. Jimin masuk kedalam kamar. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Istrinya yang terduduk dilantai sembari menangis.
Ia segera menghampiri Akira.
Jimin memejamkan matanya, menahan agar air matanya tidak jatuh. Hatinya sesak. Hatinya begitu hancur melihat perempuan yang sangat ia cintai serapuh ini.
"Jangan seperti ini sayang" ucapnya lembut.
Jimin mencoba membantu istrinya untuk berdiri.
"Katakan jika kau sakit. Katakan saja, aku juga sakit. Sama seperti mu" Jimin menatap lembut manik hitam berair Akira.
Akira menunduk. Menghindari tatapan Jimin.
"Jangan seperti ini, aku mohon" kedua tangannya mengapit pipi Akira.
Jimin dapat melihat mata bengkak Istrinya. Akira pasti menangis terlalu lama, ia benar benar sakit saat ini.
Ia segera mendekap tubuh ringkih Istrinya. Membawanya kedalam pelukannya.
"Aku juga sakit sayang, sakit sama sepertimu. Aku tidak menginginkan semua ini terjadi" Jimin mendekap semakin erat tubuh Akira. Menekan kepala Akira didadanya, mengecupi lembut surai Akira.
Tidak ada balasan apapun dari Akira ia hanya diam dipelukkan Jimin sembari menangis.
"Maaf. Aku minta maaf" ucap Jimin sembari menangis. Ia tidak bisa menahan air matanya lagi. Semuanya terasa begitu menyakitkan.
Akira masih terdiam dipelukkan hangat Suaminya tanpa menjawab apapun. Saat ini ia hanya bisa menangis.
"Akira, jawab aku. Jangan seperti ini".
Tetap tak ada jawaban dari istrinya. Akira hanya menangis sembari mengeratkan pelukkannya.
"Maaf" lirihnya.
Jimin terus mengucapkan kata maaf pada Istrinya. Meskipun ia tau kata maaf tidak akan merubah takdir yang sudah terjadi saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Sebuah Rasa PJM (END)
Romantizm"Aku pikir memilih hidup denganmu adalah sebuah pilihan yang tepat. Nyatanya itu salah, justru karena pilihanku sendiri yang membuatku hancur." Park Akira. "Hal yang tak mudah untuk aku mengerti." Park Jimin. "Kau pikir aku tidak sakit karena ini...