"Tae, kau mau kemana?" tanya Yoona yang sedang duduk bersandar di sofa, dengan Babby berada di gendongannya.
Taehyung melipat beberapa pakaiannya dan memasukannya kedalam koper.
"Aku ada perjalanan bisini, Yoon. Jadi aku akan meninggalkanmu selama seminggu. Tapi aku sudah menyuruh Jungkook untuk sering mengunjungimu kesini" ucap Taehyung.
"Kau memberitau Jungkook?" tanya Yoona dengan wajah penuh tanda tanya juga kekwatiran.
Yoona masih belum siap dengan semuanya. Seharusnya Taehyung tak memberitau Jungkook jika ia sekarang tinggal bersama Taehyung. Ia takut jika kedua Orang Tuanya juga akan tau semuanya. Itu akan semakin memperumit keadaan.
Taehyung tersenyum tipis, lalu menatap Yoona "semua akan baik baik saja" ucap Taehyung meyakinkan.
Taehyung sendiri tak tega dengan Namja bergigi kelinci itu yang berulang kali menghubunginya hanya untuk bertanya diamana keberadaan Kakaknya.
"Dia berulang kali menghubungiku, menanyakan keberadaan dirimu" jelas Taehyung.
Sorot mata Yoona seketika berubah menjadi senduh, saat kembali mengingat Adik manis yang begitu ia sayangi. Jujur ia begitu merindukan Jeon Jungkook. Ia ingin sekali memeluk Adiknya itu, berbagi semuanya pada Jungkook.
"Dia akan kesini nanti malam, dia merindukanmu" ucap Taehyung.
Yoona mengangguk pelan sebagai jawaban. Ia tersenyum tipis saat mengetahui bayi yang berada dalam gendongannya tertidur dengan pulasnya tanpa terusik sedikitpun dengan percakapannya dengan Taehyung.
Setelah selesai memasukkan pakaian miliknya kedalam koper, ia melangkahkan kakinya pelan mendekat kearah Yoona.
"Dia sedang tidur, Tae" ucap Yoona lirih.
Taehyung mengangguk paham. Ia semakin mendekatkan dirinya pada Yoona, mengikis jarak diantar mereka berdua. Lalu mencium kening Yoona singkat.
"Aku pasti akan merindukanmu" ucapnya lirih, takut takut jika bayi yang berada di gendongan Yoona terusik percakapan mereka.
Yoona mencium bibir Taehyung singkat, yang sontak membuat Taehyung sedikit berjengit kaget akibat perlakuan tiba tiba dari Yoona.
Taehyung menghela napas berat, sebenarnya ia begitu berat meninggalkan Yoona.
Taehyung mengusak lembut surai Yoona "aku akan pergi, kau jaga diri baik baik ya".
"Jangan telat makan, Tae" ucap Yoona sembari tersenyum begitu lembut.
Taehyung mengangguk sebagai jawaban.
Ia melangkahkan kakinya untuk mengambil kopernya, lalu setelah itu melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar Yoona.
Taehyung menutup kamar itu pelan, dalam hatinya ia begitu berat meninggalkan Yoona bersama bayinya.
----
Jimin pov
Akira bersandar pada bahu Suaminya yang sedang duduk nyaman disofa sembari menonton serial drama Favoritnya.
Sudah begitu lama ia dan Jimin tidak menonton acara drama bersama. Terakhir mereka menonton bersama saat masa masa pacaran dulu, sekitar dua tahun yang lalu. Dan setelah menikah Jimin terlalu sibuk hingga tak ada waktu luang untuk mereka berdua hanya sekedar menonton.
Tangan Jimin beralih untuk membelai lembut surai Akira.
"Auuh, perutku" Akira meringis merasakan kesakitan pada perutnya.
Jimin gelagapan, ia tak tau apa yang terjadi pada Istrinya.
"Kau kenapa sayang?" tanya Jimin bingung.
"Perutku" ucap Akira sembari memegangi perutnya yang terasa begitu sakit.
Akira meremas perutnya kuat kuat, menggigit bibir bawahnya, ia begitu tak tahan dengan rasa sakitnya.
Jimin yang menyadari jika Istrinya akan melahirkan segera membawa Istrinya kedalam gendongnya.
"Dokter bilang kan sekitar seminggu lagi" ucap Jimin sembari menggendong Istrinya keluar dari dalam Apartemennya.
Perasaan Jimin campur aduk saat ini. Antara senang karna bayi yang selama ini ia nantikan lahir dan panik karna Akira yang terus meremas kuat pundaknya dengan keringat yang sudah membasahi keningnya.
.
Jimin meneteskan air mata saat berada didalam ruangan Istrinya. Ia disuguhi dengan pemandangan yang begitu menyayat hati. Perjuangan seorang Ibu memang tiada tandingannya. Ia terus mengenggam erat tangan Akira. Terus memberikan kata kata penyemangat untuk Istrinya.
"Kau pasti bisa".
"Sakit" ucap Akira sembari meremat kuat pinggiran brankar.
"Kau pasti bisa, aku akan tunggu diluar sayang" ucap Jimin sembari menatap Istrinya senduh. Sorot matanya penuh akan kekwatiran yang begitu mendalam, ia begitu tak tega melihat wajah pucat Istrinya.
"Kau harus berjuang Akira, aku akan selalu menemanimu".
Akira mengangguk pelan.
"Aku dan yang lainnya akan menunggu diluar" ucap Jimin.
Ia mengecup kening Istrinya, sebelum meniggalkan Akira didalam ruang persalinan.
----
Suasana ruang rawat inap Akira tampak begitu riuh, dengan kehadiran kedua Orang Tua Jimin, tak ketinggalan kedua Orang Tua dan Kakak Akira pun ikut datang untuk menemani proses persalinannya.
Bayi Akira sudah lahir sejak setengah jam yang lalu. Namun Akira masih terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.
Eomma Park menghampiri Anaknya yang berada disamping ranjang Akira.
Ia segera membawa Putra kesyaangannya itu kedalam pelukannya "selamat. Kau sudah menjadi seorang Ayah" ucapnya dengan mata yang berkaca kaca, ia begitu bahagia karna kelahiran cucu Perempuannya.
Jimin mengangguk, lalu tersenyum begitu lembut.
Jimin merasa bahagia karna dapat melihat keluarganya bahagia. Ia dapat melihat senyuman dari kedua orang Tuanya, begitupun Eomma Min yang tak henti hentinya tersenyum sembari menggendong cucu Perempuannya.
"Kau akan menamai Anak ini siapa?" tanya Tuan Min pada Park Jimin.
"Park Jira" jawab Jimin yang mendapat anggukan dari Tuan Min.
"Nama yang bagus" ucap Tuan Min.
Yoongi yang berada diruangan itupun sedari tadi menatap tajam Jimin. Jimin menyadari hal itu, Jimin sendiri tak mengerti kenapa Min Yoongi menatapnya dengan sorot mata penuh kebencian.
Yoongi melangkahkan kakinya mendekat kearah Jimin.
"Awas saja jika setelah ini kau menyakiti Adikku lagi" bisik Yoongi tepat ditelinga Jimin.
Jimin mencoba untuk tersenyum menanggapi hal itu. "Aku begitu mencintainya, kau tak perlu kwatir akan hal itu" bisik Jimin ditelinga Yoongi.
Yoongi tersenyum getir, ia tau semuanya. Bahkan berita kelahiran Anak Yoona sudah masuk kedalam telinganya. Ia memang diam, tapi dibalik diamnya Yoongi selalu mencari tau tentang semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Sebuah Rasa PJM (END)
Romance"Aku pikir memilih hidup denganmu adalah sebuah pilihan yang tepat. Nyatanya itu salah, justru karena pilihanku sendiri yang membuatku hancur." Park Akira. "Hal yang tak mudah untuk aku mengerti." Park Jimin. "Kau pikir aku tidak sakit karena ini...