13

377 53 4
                                    

*Hati kecilku mengatakan ini semua harus diakhiri*

Akira bangun sedikit lebih pagi. Ia mengerjap pelan. Perlahan ia merasakan sepasang tangan besar melingkar erat diatas perutnya.

Dengan perlahan ia mencoba untuk menyingkirkan tangan suaminya yang melingkar diperutnya. Dan itu sontak membuat Jimin bangun dari tidurnya.

"Kenapa kau pulang?" tanya Akira mencoba bangkit dari atas ranjang.

Jimin terdiam sesaat. Menatap Akira yang sedang berdiri membelakanginya.

"Maaf. Aku ke Apartemen Yoona semalam".

Akira mencoba untuk menahan rasa sakit hatinya. Mencoba untuk tetap tersenyum dan terlihat tegar.

"Aku akan mandi, setelah itu mandilah. Dan aku akan menyiapkan sarapan untukmu" ucapnya lalu berjalan pelan masuk kedalam kamar mandi.

Jimin sakit, namun ia tak mau lagi menutupi semuanya. Bukankah istrinya sudah tau semuanya.

.

"Kau masih saja tidak bisa mengenakan dasi dengan benar" Akira tersenyum lembut menatap suaminya yang sedang kebingungan memasang dasi.

Ia berjalan mendekat kearah Jimin. Sedikit berjinjit ia membenarkan letak dasi Jimin yang terlihat tidak rapi. Dengan teliti ia menyimpulkan ulang pada dasi suaminya.

"Selesai" ucapnya Akira.

Jimin tersenyum begitu lembut "terima kasih".

Akira hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Aku berangkat dulu ya. Kau jangan telat makan" ucap Jimin sembari mangusak surai istrinya lembut.

Akira kembali mengangguk sebagai jawaban. Ia tak banyak bicara sedari tadi. Ia hanya akam bicara jika perlu saja. Tidak ada basa basi diantara keduanya. Semuanya terasa begitu kaku.

Saat hendak melangkahkan kakinya keluar, Akira segera meraih tangan Suaminya lalu memelukknya dengan begitu erat.

"Jangan menemui Yoona lagi. Aku mohon" ucapnya Akira, ia semakin mengeratkan pelukkannya.

Jimin melepaskan pelukkannya. Ia beralih menatap manik berair Istrinya. Akira terlihat begitu kacau, begitupun dengan hatinya.

Jimin mencoba untuk tersenyum. Tanganya terulur untuk menghapus air mata yang mulai menetes membasahi pipi Akira.

"Aku tidak bisa, aku tidak ingin menyakiti perasaannya" ucap Jimin lembut.

Akira bungkam sejenak. Hatinya terasa begitu sakit saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh Suaminya. Ia memberanikan diri untuk menatap manik hitam Jimin.

"Lalu bagaimana dengan diriku? Bagaimana dengan perasaanku? Apakah kau tidak memikirkan ku sama sekali?" tanya Akira, ia berusaha menahan isakkan yang keluar dari mulutnya.

Jimin bungkam. Hatinya berdenyut nyeri, ia tidak tau harus bersikap seperti apalagi. Takdir begitu kejam mempermainkan Cinta mereka berdua.

"Sekarang kau pilih, aku atau perempuan bernama Yoona itu?" tanya Akira.

Jimin masih terdiam ditempatnya. Tangannya terkepal begitu kuat, ia mencoba untuk menahan rasa sakit hatinya.

"Maaf, aku tidak bisa memilih antara kau dan dia. Karna kalian berdua adalah tanggung jawabku" ucap Jimin final.

Jimin melangkahkan kakinya keluar dari dalam Apartemen nya. Meninggalkan Akira dengan isakkan yang terdengar begitu memilukkan.

.

Pergi meninggalkan tempat tinggalnya bersama Jimin adalah jalan satu satunya. Untuk apa ia mpertahankan semuanya. Jika Jimin tak lagi perduli padanya, pada rasa sakit hatinya. Ia bahkan dengan terang terangan mengatakan jika ia tidak akan meninggalkan perempuan bernama Yoona itu.

Dengan mata yang masih sembab, dan penampilan yang masih terlihat berantakan. Akira memutuskan untuk kembali kerumah orang tuanya. Saat taxi yang ia tumpangi mulai melaju, ia mulai bisa bernafas lega. Semoga keputusannya untuk pergi meninggalkan Jimin tidak salah.

"Maafkan aku Jimin oppa, semuanya terasa begitu menyakitkan" ucapnya sembari menatap jalanan dari balik jendela.

Arti Sebuah Rasa PJM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang