Sepasang kaki itu berlari secepat mungkin. Dapat Yoona lihat suasana Airport yang begitu ramai dengan calon penumpang. Berulang kali ia menatap jam tangan yang ia kenakan. Ia takut jika dirinya akan ketinggalan pesawat, karna ia bangun telat hari ini.
"Masih kurang sepuluh menit lagi" ia dapat bernapas lega saat mengetahui jika penerbangan yang ambil masih kurang sepuluh menit lagi.
Ia mencoba menatap sekelilingnya. Terlihat begitu banyak orang sedang berlalu lalang disekitar airport. Air matanya seketika luruh. Hatinya kembali sesak. Keputusan yang ia ambil untuk meninggalkan Korea membuatnya begitu sakit.
Jeon Yoona terlalu sakit hanya untuk sekedar bertahan di Negara tempat dimana ia dilahirkan dan dibesarkan. Tak ada alasan lagi untuk membuat dirinya bertahan, semua terasa begitu menyakitkan baginya.
Kenyataan pahit kembali menamparnya ketika mengetahui jika kekasih yang begitu ia cintai meninggalkannya untuk selamanya.
Rasa sakit yang ia terima menghantamnya secara bertubi tubi, seolah Tuhan begitu membencinya dan tak ingin ia merasakan kebahagiaan sedikit saja.
Dan mulai hari ini, detik ini. Ia memutuskan untuk meninggalkan Korea. Pergi jauh dari Negara kelahirannya itu. Berharap jalan hidupnya akan berubah menjadi lebih baik lagi.
----
Jimin pov
Park Jimin tersenyum begitu lembut saat menatap Istrinya yang sedang duduk disofa sembari menyusui buah hatinya.
Dengan lagkah pelan ia mencoba mendekat pada Akira.
Kehidupan Park Jimin seolah berubah saat kehadiran buah hatinya. Ia begitu bahagia dengan keluarga kecilnya saat ini. Ia begitu bersyukur rumah tangganya dapat bertahan hingga detik ini. Detik dimana ia bisa merasakan kebahagiaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Dia sepertimu, Oppa" ucap Akira yang seketika mendapat anggukan dari Jimin. Ia dapat melihat betapa miripnya Park Jira dengan dirinya.
Hingga suara bell Apartemennya yang ditekan berulang kali mengalihkan atensi mereka berdua.
"Biar aku yang membukanya" ucap Jimin.
Ia melangkahkan kakinya untuk membukakan pintu.
Ceklekk
Pintu terbuka, menampilkan sosok yang begitu ia kenal. Ia menatap tak percaya pada Namja yang sedang berdiri dan menatapnya begitu tajam.
Atensi Jimin teralihkan pada sosok bayi yang berada di gendongan Jeon Jungkook.
Mereka berdua masih terdiam mematung dengan pikiran masing masing.
Jimin dapat melihat tatapan penuh kebencian dari sorot mata Jungkook.
"Ada keperluan apa kau kesini?" tanya Jimin.
"Aku hanya ingin mengantarkan Anakmu" ucapnya dengan raut yang begitu datar. Hatinya terlampau sakit saat menatap Jimin. Itu mengingatkannya pada Kakak kandungnya yang hancur karna Namja yang berada didepannya saat ini.
Jungkook menyerahkan bayi yang berada digendongannya itu pada Jimin. Dengan tangan yang bergetar hebat Jimin menerima bayi itu. Ntah kenapa rasanya begitu sesak untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Sebuah Rasa PJM (END)
Romansa"Aku pikir memilih hidup denganmu adalah sebuah pilihan yang tepat. Nyatanya itu salah, justru karena pilihanku sendiri yang membuatku hancur." Park Akira. "Hal yang tak mudah untuk aku mengerti." Park Jimin. "Kau pikir aku tidak sakit karena ini...