17

351 47 11
                                    


Yoona menatap Taehyung yang sedang duduk disofa ruang inap rumah sakit. Taehyung terlihat sedang fokus dengan beberapa berkasnya.

Tubuh Yoona begitu lemah untuk saat ini. Kantung matanya hitam, wajah pucat, dan pipinya menirus. Yoona kehilangan banyak berat badan.

Ia mengalami stress berat, dan karna itu juga ia harus dirawat untuk beberapa hari dirumah sakit.

Dan selama dua hari ini Taehyung selalu menemaninya dirumah sakit. Hingga mengerjakan beberapa pekerjaan kantor sembari menemaninya.

"Tae" panggil Yoona begitu lirih hingga taehyung tak dapat mendengarnya.

Sekali lagi Yoona mencoba memanggil Namja itu.

"Tae".

Merasa terpanggil, Taehyung pun segera mengalihkan atensinya pada Yoona yang sedang terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit dengan tangan yang masih terpasang jarum infus.

Taehyung segera menaruh berkas yang berada ditangannya diatas meja. Ia berdiri, lalu berjalan menghampiri Yoona.

"Lihatlah badanmu begitu kurus Yoon. Dokter bilang kau harus banyak makan. Kasihan Babby yang ada didalam perutmu" ucap Taehyung.

Yoona terdiam sejenak. Taehyung tidak pernah berubah. Ia selalu perhatian padanya. Walaupun semuanya sudah sangat berubah.

"Tae, aku ingin pulang" ucap Yoona lirih.

Taehyung tersenyum begitu lembut "kata dokter kau belum bisa pulang. Tapi jika kau mau menurut, kau bisa cepat pulang" Taehyung mengambil semangkuk bubur yang berada dimeja dekat ranjang Yoona.

Yoona mengangguk pelan.

"Kau harus makan, Yoon. Agar bisa cepat pulang" kata Taehyung seraya menyodorkan sesendok bubur dihadapan mulut Yoona.

Yoona menggeleng pelan "aku tidak mau. Ini tidak enak".

"Buka mulutmu. Ini akan terasa enak jika aku yang menyuapimu".

Yoona menatap manik hitam Taehyung, lalu tersenyum begitu lembut.

"Aku tidak mau, Tae".

Yoona memang keras kepala. Taehyung sudah tau itu, ia sangat mengenal betapa keras kepalanya seorang Jeon Yoona.

"Kau merajuk ya?" tanya Taehyung.

Yoona semakin kesal dibuatnya, sungguh untuk saat ini ia sama sekali tidak ingin makan. Jangankan makan. Menatap bubur yang ada dintangan Taehyung saja rasanya ia ingin mual.

Ceklek

Suara pintu ruangan bernuansa putih itu terbuka. Menampilkan sosok Namja tinggi bergigi kelinci.

Jungkook menutup pintu itu pelan. Lalu melangkahkan kakinya untuk mendekat kearah Yoona yang sedang terbaring lemah diranjang rumah sakit.

Ia tersenyum getir saat menatap Namja perperawakan tinggi yang sangat ia kenal.

"Aku sangat mencemaskanmu Noona. Kenapa baru mengabariku sekarang?" tanya Jungkook dengan raut wajah kwatir yang ketara.

Yoona tersenyum begitu lembut "mian. Aku baru bisa membuka ponselku tadi".

"Seharusnya kau menghubungi jika kau sakit. Kenapa kau malah menghubungi Tae Hyung".

"Dia kekasihku, Jeon. Wajar kan dia mengabariku saat sedang sakit" ucap Taehyung.

Jeon Jungkook terdiam. Kecurigaan memenuhi pikirannya sekarang. Taehyung bilang jika Kakaknya masih menjadi kekasihnya. Lalu Yoona bilang jika Anak yang ada dikandungannya itu bukanlah Anak Kim Taehyung. Lalu itu Anak siapa?. Pertanyaan itu kian memenuhi pikirannya. Menjadi teka teki yang terus menuntutnya untuk menebak dan mencari tau tentang kebenarannya.

Jungkook menghembuskan napasnya kasar "Noona, boleh aku bertanya dan kau jawab jujur".

Yoona mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Apa Anak yang ada dikandunganmu itu adalah Anak Tae Hyung?" tanya Jungkook.

Yoona menatap Taehyung, sedangkan Taehyung hanya terdiam. Hatinya sangat sakit ketika mengetahui fakta jika Anak yang dikandung Yoona bukanlah Ananya.

"Bukan" jawab Yoona singkat.

"Lalu Anak siapa?" tanya Jungkook lagi.

Yoona tidak bisa menjelaskan semua itu untuk saat ini. Bahkan lidahnya keluh hanya untuk mengucapkan nama Park Jimin untuk saat ini.

Tidak. Yoona harus tetap menyimpan semuanya. Karna Jimin sudah punya Istri. Dan Jungkook mengenal dekat Jimin.

"Bisakah untuk tidak menanyakan hal seperti itu dulu. Noonamu sedang sakit" ucap Taehyung yang mendapat anggukan dari Jungkook.

"Kau harus makan Yoon. Agar bisa cepat pulang dari sini".

Dan akhirnya Yoona pun mau membuka mulutnya, untuk menerima suapan bubur dari Taehyung.




.




Jimin pov

"Kau kenapa?" tanya Akira sembari menyodorkan segelas air putih pada Suaminya.

"Aku baik baik saja sayang" ucap Jimin sembari tersenyum begitu lembut.

Jimin menatap makanan yang ada didepannya tanpa minat.

Pikirannya kacau saat ini. Ia menemui Yoona diApartemennya namun Apartemen Yoona kosong. Tak ada Yoona didalamnya. Ia sudah menghubungi Yoona berkali kali namun Yoona juga tak menjawab panggilannya. Pesan yang ia kirimpun juga belum terbaca olehnya.

Apakah Yoona menjauhinya?

Atau Yoona pergi meninggalkannya?

Jimin begitu takut jika benar saja Perempuan itu pergi meninggalkannya.

"Sayang. Kau kenapa?" tanya kembali Akira pada Suaminya. Semenjak pulang dari kantor tadi wajah Jimin terlihat sangat muram.

Dan saat makan bersama seperti saat ini pun Jimin lebih banyak melamun.

"Apa Oppa tidak menyukai makanan yang aku masak?" tanya Akira, mencoba menebak nebak. Apa Jimin tidak selera dengan makanan yang ia hidangkan malam ini.

Jimin menggeleng "tidak sayang. Aku sangat suka. Makananmu selalu enak" ucapnya sembari tersenyum begitu lembut.

"Kalau begitu makanlah" pintah Akira.

"Iya sayang" jawab Jimin.

Ntah apa yang ada dipikiran Jimin saat ini. Akira bisa menebak jika Suaminya pasti sedang memikirkan Perempuan bernama Yoona itu. Tapi ia harus tetap tahan dengan semua ini. Ia akan mempertahankan rumah tangganya apapun yang terjadi. Ia tidak boleh menyerah. Sesakit apapun itu, ia akan mencoba untuk tetap bertahan.






.








****

Aku up lagi :)

Jangan lupa Bintang nya :(



Arti Sebuah Rasa PJM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang