Akira pov
Diluar hujan begitu deras, dan waktu pun sudah hampir larut. Namun Jimin belum juga pulang. Akira sudah menghubungi Jimin berkali kali namun tidak ada jawaban dari Jiminnya.
Hatinya sedikit sesak mengingat kembali saat Jimin menghianatinya. Padahal ia mengira Jiminnya sudah berubah dengan kembali bersikap manis padanya.
Kau pasti ke tempat Jalang itu lagi.
Pikiran Akira begitu kacau malam ini.
Hingga suara telfon mengalihkan atensinya. Ia segera mengambil ponselnya yang berada diatas nakas. Tertera nama "Eomma Park" dilayar ponselnya.
"Akira, cepat kerumah sakit.hiks, Eomma sudah mengirim alamatnya lewat pesan. Suamimu kecelakaan dan tak sadarkan diri sekarang".
Ucapan dari seberang sana sukses membuat Akira membeku ditempat. Ponsel yang ada digenggamannya pun jatuh kelantai.
Sekarang apalagi?
Kenapa Tuhan begitu kejam padanya, memberinya begitu banyak cobaan yang seakan menghantamnya bertubi tubi.
Akira terduduk dilantai, menangis pilu dengan memegangi dadanya yang terasa begitu sesak.
"Mengapa, hiks, hidupku seperti ini?" monolognya.
.
Akira terus berlari tanpa memperdulikan penampilan dirinya yang begitu kacau. Ia terus terisak dengan berulang kali menggumamkan nama Jimin.
"jimin, Oppa"
Ia menghentikan langkahnya saat menemukan mertuanya sedang terduduk dibangku besi yang terdapat disamping pintu ruang UGD.
"Akira" ucap Nyonya Park sembari berjalan mendekat kearah Akira yang terlihat begitu menyedihkan.
Brukkk
Akira tumbang, ia jatuh terduduk. Menatap pintu didepannya sembari menangis tersedu-sedu.
Nyonya Park yang mengetahui hal itu segera merengkuh tubuh ringkih menantunya. Mencoba menenangkan Akira dengan berulang kali menepuk lembut punggungnya.
Sedangkan Tuan Park hanya bisa menatap penuh haru menantunya yang terlihat begitu lemah.
Ia sudah tau semuanya, masalah rumah tangga Anaknya yang begitu hancur. Dan menantu kesayangannya yang memilih bertahan walaupun Jimin sudah menyakitinya.
Ceklekk
Suara pintu ruangan pun terbuka. Dokter yang menangani Jimin pun keluar dari ruang UGD.
Akira dengan sekuat tenaga mencoba bangkit.
"Bagaimana dengan Suami saya, Dok?" tanya Akira.
Dokter tersenyum begitu lembut "Suami Anda mengalami benturan yang cukup keras pada kepalanya. Tapi kami akan berusaha sebaik mungkin".
Akira mencoba berlari masuk kedalam ruangan tersebut, namun dengan cepat tangan Nyonya Park menggenggamnya.
"Maaf Nyonya tidak boleh masuk" ucap Dokter itu begitu lembut. Ia tau jika Istri dari pasien yang sedang ditanganinya begitu kacau. Namun oprasi masih berjalan didalam sana.
Nyonya Park kembali merengkuh tubuh ringkih menantunya, mencoba menenangkan Akira yang terus menangis dengan isakkan yang begitu memilukan.
.
Flashback
Jimin menjalankan mobil sport nya dengan kecepatan sedang, karna diluar sana hujan begitu deras.
Sudah tiga hari ini ia kebingungan mencari keberadaan Yoona. Ia menemui Yoona diapartemennya namun Yoona sudah meninggalkan apartemen miliknya sejak tiga hari yang lalu. Dan apartemen itupun sudah ada yang menempati sekarang.
Kenapa Yoona menjauh darinya, padahal Jimin sudah berjanji akan menanggung semuanya. Jimin tau Yoona sedang tidak dalam keadaan baik baik saja. Ia mengalami stress berat.
Berkali kali ia memukul stir kemudi untuk melampiaskan kemarahannya.
Dan semua itu terjadi begitu cepat, saat mobil Jimin hendak menghindari mobil lain yang berlawanan arah dengan mobilnya. Mobil miliknya malah menabrak pembatas jalan hingga berputar dan menabrak pohon besar. Mobil milik Jimin pun ringsek parah hingga mengeluarkan kepulan asap.
Ditengah kesarannya ia berkali kali menggumamkan nama Yoona.
"Maaf, Yoon" ucapnya disisa sisa kesadarannya.
Beberapa orang yang berada disekitar tempat itu segera berlari, mencoba menolong Jimin. Mereka membuka pintu mobil Jimin dan segera menarik Jimin yang tidak sadarkan diri itu keluar dari dalam mobil.
.
Yoona pov
Yoona terbangun dari mimpi buruknya. Keringat mulai membasahi wajahnya.
Ia meraih segelas air putih yang berada diatas nakas tak jauh dari ranjangnya. Lalu meneguknya. Berharap hatinya sedikit lebih tenang.
Sebelumnya ia tidak pernah bangun ditengah malam karna mimpi buruk. Namun mimpinya tadi terasa begitu nyata.
Ia menghadiri acara pemakaman seseorang yang wajahnya tampak begitu jelas didalam mimpi tersebut.
"Park Jimin" air matanya lolos begitu saja saat kembali mengingat nama itu.
"Ini hanya mimpi" ucapnya sembari mencoba menenangkan degup jantungnya.
Ia mengambil napas dalam dalam, lalu menghembuskannya kasar.
Mencoba mengabaikan mimpi itu. Dan kembali tidur.
****
Ceritanya makin gajelas aja.
Jangan lupa Bintang nya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Sebuah Rasa PJM (END)
Romance"Aku pikir memilih hidup denganmu adalah sebuah pilihan yang tepat. Nyatanya itu salah, justru karena pilihanku sendiri yang membuatku hancur." Park Akira. "Hal yang tak mudah untuk aku mengerti." Park Jimin. "Kau pikir aku tidak sakit karena ini...