12

371 45 20
                                    

Akira pov

Semenjak pertengkarannya dengan Jimin dua hari yang lalu, dan membuat Jimin tak pulang. Akira tak lagi bertanya tanya soal perempuan yang bernama Yoona itu. Ia membiarkan semuanya berjalan seperti tidak ada apapun yang terjadi. Bahkan suaminya tak menjelaskan apapun saat pulang semalam. Ia hanya memeluk Akira sampai Akira tertidur dengan pulasnya.

Meskipun Akira diam bukan berarti ia tak ingin tau tentang perempuan yang telah dihamili oleh Jimin. Tadi pagi ia sempat diam diam menyalin nomer Yoona.

Ia mencoba menenangkan degup jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Dengan tangan gemetar ia mencoba menghubungi perempuan yang telah menghancurkan rumah tangganya.

Berulang kali ia menghubungi Yoona namun tak ada jawaban.

Ia mencoba sekali lagi, namun tetap saja perempuan yang bernama Yoona itu tak mau menjawab panggilannya.

Akira menghembuskan nafasnya kasar. Lalu menaruh kembali ponselnya diatas nakas.

Ia mencoba berdamai dengan hatinya. Mencoba untuk bisa memahami suaminya. Namun Jimin sepertinya tak pernah peduli dengan sakit hatinya. Bahkan sampai detik ini pun Jimin tidak menjelaskan semuanya. Kenapa ia bisa menghamili Yoona. Apa salahnya sampai Jimin setega itu menghianati Cinta tulusnya.

Sempat terlintas dipikiran Akira untuk berpisah dengan Suaminya. Tapi ia segera menepis pikiran itu dari otaknya. Ia harus bisa bertahan, setidaknya demi anak yang dikandungnya sekarang. Ia tidak mau jika anaknya lahir ia tidak bisa merasakan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya.

Tapi bagaimanan dengan Yoona? Dia juga mengandung anak dari Jimin. Ia tidak sejahat itu untuk menyuruh Jimin memilih antara ia dan Yoona. Karna Yoona sendiri sedang mengandung anak dari Suaminya. Ini begitu rumit untuknya.  Tapi sesulit apapun itu ia harus tetap jalani. Karna ini sudah menjadi takdirnya.

.


Jimin pov

"Aku sudah mentransfer uang bulanan untukmu" ucap Jimin masih fokus menatap layar ponselnya.

"Tidak perlu Jim. Kau tidak perlu melakukan semua itu, fokus saja pada istrimu. Kau juga tidak perlu kesini lagi untuk menemuiku" ucap Yoona dengan tatapan senduhnya.

Jimin berada di Apartemen Yoona sejak satu jam yang lalu. Ia menyempatkan diri untuk mengunjungi Yoona karna sudah hampir seminggu ia tidak menemui Yoona sama sekali. Biar bagaimana pun Yoona adalah tanggung jawabnya sekarang.

Jimin juga sempat menceritakan pertengkarannya dengan Istrinya. Ia memberitau Yoona jika Akira sudah tau semuanya. Hal itu sontak membuat Yoona merasakan sakit yang begitu dalam.

"Aku akan menafkahimu Yoon. Kau mengandung anakku. Kau tanggung jawabku sekarang".

Yoona menggeleng pelan "pergilah Jim. Jangan temui aku lagi. Aku sudah cukup sakit. Jangan buat Istrimu juga sakit karna masalah ini".

Jimin mendekat kearah Yoona yang duduk tak jauh darinya. Detik itu pula Jimin memutuskan untuk merengkuh tubuh Yoona.

"Yoon. Jangan memperumit semuanya. Kumohon. Jangan menyuruhku untuk meninggalkanmu disaat seperti ini. Aku akan terlihat seperti pria brengsek".

Yoona tidak menjawab apapun. Ia hanya diam dipelukkan Jimin.

"Yoon. Katakan, jangan diam saja seperti ini" ucap Jimin sembari mengelus lembut punggung Yoona.

Jimin semakin mengeratkan pelukannya, menciumi pucuk kepala Yoona yang mengeluarkan aroma Jeruk kesukaannya. Aroma yang membuat pikirannya sedikit lebih tenang.

Jimin melepaskan pelukkannya, lalu meraih dagu Yoona agar melihatnya.

"Jangan seperti ini. Kumohon" ucap Jimin. Tatapannya mulai berubah menjadi senduh.

Yoona masih terdiam dengan mata berkaca kaca.

"Yoon" ucap Jimin lirih.

"Aku sakit Jim. Aku sangat sakit, dan hanya aku yang bisa merasakan sakitnya. Aku tersakiti namun aku merasa sebagai orang yang paling jahat disini. Istrimu pasti berpikiran buruk tentangku".

Air mata Jimin seketika jatuh membasahi pipinya ia tak dapat menahannya lagi. Ia sangat sakit saat mendengar ucapan Yoona.

Ia tau Yoona sakit, ia sangat tau perempuan itu merasa hancur. Namun Yoona selalu mencoba untuk tenang.

"Aku sakit Jim" air mata Yoona mengalir sangat deras hingga dadanya sesak. Ia sudah tak dapat menahannya lagi. Semua ini terlalu menyakitkan untuknya.

Jimin segera membawa tubuh Yoona kedalam pelukkannya. Mengelus pelan punggunya berharap Yoona dapat lebih tenang. Namun tubuh Yoona semakin bergetar dengan isakkan yang semakin kencang.

"Kita jalani semuanya Yoon. Kita lalui takdir ini bersama sama. Ntah takdir akan membawa kita kemana. Kita ikuti saja alurnya" ucap Jimin.











****

Ada yang nunggu cerita ini nggk??

Nggk ada, yaudh cuma tanya aja

Jangan lupa Bintangnya :)

Arti Sebuah Rasa PJM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang