Yoona menatap refleksi tubuhnya dicermin. Ia menatap wajahnya senduh. Kantung matanya hitam, karna kekurangan tidur. Wajahnya pucat, dan pipinya tirus. Ia kehilangan banyak berat badan karna stress berat yang dialaminya.
Iya, Yoona tidak sedang baik baik saja. Hati dan tubuhnya hancur. Ia tetap mencoba terlihat tegar, namun tetap saja hati tidak bisa membohonginya.
Taehyung selalu mengingatkannya lewat pesan, jika Yoona harus banyak makan dan jangan banyak pikiran.
Tentu saja Yoona tidak bisa untuk tidak memikirkan apapun dalam otakknya. Apalagi setelah insiden penamparan yang dilakukan oleh Appanya dua hari yang lalu. Bahkan ia masih bisa merasakan sakitnya sampai saat ini.
Ia kembali menatap refleksi tubuhnya dicermin. Memegang pipi dengan tangan kananya, ia benar benar sangat kurus. Ia tidak punya asa sekarang. Bahkan ia sudah tak perduli lagi dengan penampilan.
Ia mendengar bell Apartemennya dipencet berulang kali. Dengan langkah malas ia mencoba untuk membuka pintu apartemennya.
Setelah pintu terbuka. Ia menatap tajam pada Namja yang sedang berdiri tepat didepannya.
Park Jimin.
Ia begitu menghindari Namja itu untuk saat ini. Namja yang sudah menghancurkan separuh hidupnya.
"Pergi kau Park Jimin" ucapnya penuh penekanan.
Jimin sedikit tersentak dengan ucapan yang keluar dari bibir Perempuan yang sekarang sedang berdiri didepannya ini dengan penampilan yang sangat berantakan.
Saat Yoona akan menutup kembali pintunya, dengan gerakan cepat Jimin menggengam erat tanga Yoona.
"Kau kenapa? Mencoba pergi dariku?" tanya Jimin.
Yoona menghempaskan kasar genggaman tangan Jimin.
Dengan langkah yang begitu lemah ia mencoba untuk berjalan menuju kamarnya, ia sangat muak dengan Namja bermarga Park itu.
"Yoon, kau kenapa?" tanya Jimin.
Yoona terdiam, ia terus melangkah menuju kamarnya. Tanpa mau menjawab pertanyaan Jimin. Ia tak perduli jika Jimin terus mengikutinya dari belakang.
"Yoon, kau kenapa? Apa salahku padamu sampai kau seperti ini?" tanya Jimin lagi.
Yoona menghentikan langkah kakinya. Membalik tubuhnya cepat untuk mengadap Jimin.
Plakk
Sebuah tamparan penuh emosi mendarat tepat dipipi kiri Jimin.
Jimin terkejut, sungguh ia tidak mengerti setan apa yang telah merasuki diri Yoona sehingga ia bisa menamparnya tanpa alasan yang begitu jelas.
"KAU SUDAH MENGHANCURKAN MASA DEPANKU. KAU SUDAH MENGHANCURKAN HIDUPKU. DAN KAU MASIH BERTANYA APA SALAHMU, PARK JIMIN" Yoona berteriak kencang, hingga membuat Jimin tersentak.
Jimin diam.
Ia menatap manik berair Yoona. Ia pun menyadari bagaimana kacau dan rapuhnya Yoona saat ini.
Yoona sakit, Jimin tau itu. Tapi percayalah Jimin juga sakit. Ia juga merasa hancur sama seperti Yoona.
"Tenanglah, Yoon. Kau harus tenang jangan seperti ini" ucap Jimin mencoba menengkan.
"Pergi dari kehidupanku. Jangan ganggu aku".
Jimin mendekat,membawa tubuh ringkih itu kedalam pelukkannya. "Kumohon jangan menyuruhku untuk pergi, Yoon. Biarkan aku disini. Menemanimu".
Jimin mengusap lembut punggung Yoona. Mencoba menenangkan Perempuan itu.
"Aku tau kau sakit, tapi kau tidak sendirian, Yoon. Ada aku yang juga merasakan sakitmu".
Dan kembali, Yoona luluh pada ucapan lembut yang keluar dari bibir Namja bermarga Park itu.
.
Akira pov
Rintik hujan dimalah hari semakin menambah dingin keadaan kota Seoul. Akira kembali menatap jam yang mengantung di dinding. Ini sudah hampir tengah malam. Namun Suaminya belum juga pulang.
Ia menatap ponsel miliknya yang berada diatas nakas. Sudah puluhan kali ia mencoba menghubungi Suaminya. Namun tak ada jawaban dari Jiminnya. Ponsel Jimin aktif tetapi Jimin tak meresponnya.
Setengah jam yang lalu ia sempat menghubungi Kim Namjoon. Assistan pribadi Jimin, namun dia bilang jika Jimin sudah pulang setengah jam sebelum pulangnya jam kantor. Itu berarti Jimin sudah pulang sejak 6 jam yang lalu.
Akira tersenyum getir "lalu kau pulang kemana? Apakah ketempat jalangmu itu lagi" monolognya.
Atensinya teralihkan pada ponselnya yang berdering, pertanda pesan masuk. Ia segera meraih ponselnya yang berada diatas nakas dekat ranjangnya.
Ia segera memeriksa pesan yang teryata dari Suaminya.
Jimin Oppa
Maaf. Aku tidak pulang malam ini.
Hatinya yang remuk. Semakin remuk, ia mencoba untuk menahan air matanya agar tidak keluar.
Tidak ada gunanya menangis, ia juga sudah lelah. Menangis tidak akan merubah keadaan sedikitpun.
Ia tersenyum getir "Kau sudah terlalu jauh menyakitku, Jimin Oppa".
****
Yang muak sama cerita ini mana suaranya?? 😁😁
Ini cerita emang banyak banget dramanya, aku udah bilang kan di part sebelumnya.
Isinya cuma sedih sedih aja, nggk tau kapan ini bahagianya Akira samaa Jimin.
Enaknya Jimin tetap sama Akira atau malah bakal sama Yoona. Hayoo sama siapa?? Atau Jimin sama aku aja enaknya. Biar ga ribet 😂😂
Jangan lupain Taehyung ya. Dia juga berperan banyak dalam cerita ini.
Jangan lupa Bintang nya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Sebuah Rasa PJM (END)
Romantizm"Aku pikir memilih hidup denganmu adalah sebuah pilihan yang tepat. Nyatanya itu salah, justru karena pilihanku sendiri yang membuatku hancur." Park Akira. "Hal yang tak mudah untuk aku mengerti." Park Jimin. "Kau pikir aku tidak sakit karena ini...