Matahari sudah mulai menampakkan diri. Jimin baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Ia menghentikan langkah kakinya, lalu menatap wajah sang istri yang tengah tertidur dengan begitu pulas. Terlihat damai, bahkan saat tidur Akira terlihat lebih manis. Tanpa sadar Jimin ikut tersenyum saat menatap wajah damai istrinya. Ia merasa tidak tega jika harus membangunkan Akira. Karena, ia tahu jika sang istri tidur sangat larut untuk menunggunya pulang.
Hingga suara ponselnya mengalihkan atensinya. Dengan segera Jimin melangkahkan kakinya untuk mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.
Jimin menghela napas kasar tatkala melihat nama Yoona tertera pada layar ponselnya.
1 massage from Yoona.
Bisakah kau ke sini sebentar, Park Jimin. Aku mual sangat hebat, dan kepalaku sangat pusing.
Padahal dihari libur, ia ingin menghabiskan waktunya bersama dengan Akira. Namun, Yoona malah menyuruhnya untuk datang ke apartemennya. Ia sama sekali tidak dapat menolak. Sebab, Yoona adalah tanggung jawabnya saat ini. Apalagi Perempuan itu tengah dalam keadaan tidak baik-baik saja. Yoona juga sempat tak sadarkan diri. Ia jadi merasa bersalah karena meninggalkannya begitu saja setelah Perempuan itu sadar.
Park jimin melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam kamarnya. Dengan pelan, ia menutup pintu kamarnya. Berharap Akira tidak terganggu dengan apa yang dilakukannya.
Tak berselang lama, setelah pintu tertutup, Akira terbangun dari tidurnya. Maniknya mengerjap berulang kali. Ia tak mendapati sang suami berada di sampingnya. Lantas ia segera mendudukkan dirinya di atas ranjang.
"Jimin Oppa." panggil Akira dengan suara sedikit keras.
Jimin yang mendengar suara sang istri segera menghentikan langkah kakinya. Lalu berbalik, dan kembali menuju kamarnya.
Tangan Jimin terulur untuk membuka pelan pintu kamarnya, "Iya, sayang. Kau baru bangun." ucap Jimin sembari tersenyum.
Akira masih setia duduk di atas ranjang. Maniknya menatap pada sang suami, "Kenapa tidak membangunkan ku? Aku belum memasak untuk sarapan."
Park Jimin berjalan mendekat kearah ranjang. Lalu mendudukkan dirinya tepat di samping sang istri.
"Tak apa. Aku akan keluar sebentar. Ke tempat Namjoon Hyung."
Akira mengangguk, "Tapi jangan lama-lama ya, Oppa. Aku ingin jalan-jalan bersamamu. Dan sepertinya bayi yang ada diperut ku merindukan Appanya."
Tangan Jimin terulur untuk mengelus lembut perut sang istri, "Cepat keluar, ya. Nanti kita main bersama."
Mata Akira terpejam, menikmati sentuhan lembut diperutnya. Saat Jimin mengelus lembut perutnya, rasanya begitu nyaman.
Kalau sudah begini, Jimin jadi merasa tidak tega untuk meninggalkan istrinya. Namun, disisi lain Yoona juga tengah membutuhkannya.
Sebuah kecupan singkat Jimin berikan pada kening sang istri, "Aku akan pergi. Kau mandi dan dandan yang cantik. Aku akan segera pulang."
Setelah mengucapkan hal tersebut, lantas Jimin melangkahkan kakinya keluar. Ia hanya ingin melihat bagaimana keadaan Yoona untuk saat ini. Lalu setelahnya ia akan kembali pulang ke rumah.
🍁🍁🍁🍁
Yoona bersandar pada kepala ranjang. Ia merasa mual dan telah berulang kali muntah. Kepalanya juga merasa pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Sebuah Rasa PJM (END)
Romance"Aku pikir memilih hidup denganmu adalah sebuah pilihan yang tepat. Nyatanya itu salah, justru karena pilihanku sendiri yang membuatku hancur." Park Akira. "Hal yang tak mudah untuk aku mengerti." Park Jimin. "Kau pikir aku tidak sakit karena ini...