22

358 44 13
                                    

*Semua menyalahkanku atas hal ini*



"Sepertinya menanantu kesayangan sedang membutuhkan pelukan" ucap nyonya Park dengan tangan yang merentang kala pintu Apartemen terbuka.

Tanpa pikir panjang Akira langsung memeluk erat tubuh mertuanya, mencoba mencari ketenangan dari sana.

Nyonya Park mengelus lembut punggung Akira, mencoba untuk memberikan kata kata penenang untuk menantu yang sangat ia sayangi itu. Ia berkata jika tidak apa menangis, asal ia tidak menyerah untuk menjalani hidupnya. Ia selalu berharap jika Akira selalu bertahan dengan Jimin apapun yang terjadi. Karna nyonya Park akan sangat sedih jika Akira dan Jimin harus berpisah karna masalah ini.

"Appanya belum tau akan masalah ini.  Tapi secepatnya aku akan memberitahunya." ucap Nyonya Park sembari melepaskan pelukannya.

Akira mengangguk sebagai jawaban.

"Masuk, Eomma. Aku akan membuatkan minum" ucapnya begitu lembut.

Nyonya Park mengikuti langkah Akira untuk masuk kedalam Apartemen. Ia segera mendudukan dirinya disofa.

"Akira, sini. Eomma, tidak perlu minum. Kau duduk sini" ucapnya sembari menepuk tempat kosong disebelahnya.

Akira mengangguk dan langsung mendudukan dirinya disebelah mertuanya.

Nyonya Park mengelus punggung tangan Akira lembut, lalu menggenggam tangan itu erat.

"Kau baik baik saja, Akira?" tanya Nyonya Park. Sudut matanya mulai berkaca kaca. Ia ikut merasakan apa yang dirasakan oleh Akira.

Tatapan mata Akira begitu senduh. Ia juga dapat melihat pipi Akira yang dulunya Chubby sekarang menirus, pasti menantunya kehilangan banyak berat badan karna masalah ini.

"Percayalah, tidak selamanya Tuhan akan membiarkan umatnya hidup dalam kesengsaraan. Kau harus bertahan ya. Kau menantu kesayangan, Eomma".

Akira tersenyum begitu lembut, air matanya jatuh begitu saja saat Nyonya Park mengelus surainya dengan lembut.

"Eomma" ucapnya sembari memeluk mertuanya begitu erat. Mencoba untuk mencari kekuatan dari sana.

.



Yoona pov

Bell Apartemnnya berulang kali berbunyi. Ia yang sedang sibuk membuat susu didapur, menghentikan aktivitas mengaduknya. Lalu berjalan untuk membuka pintu.

Saat pintu terbuka ia dapat melihat seorang Perempuan paruh baya sedang menatapnya dengan tatapan yang begitu tajam. Ia bahkan tak mengenal siapa Perempuan itu.

Nyonya Park memang menyuruh beberapa bawahannya untuk mencari tau tentang Perempuan yang menjadi selingkuhan Jimin. Ia sangat ingin memberi pelajaran pada Perempuan itu karna sudah menghancurkan rumah tangga Anaknya.

"Benar kau yang bernama, Jeon Yoona?" tanya Nyonya Park.

Yoona hanya mengangguk sebagai jawaban. Hatinya mulai tidak enak saat ini.

"Boleh aku masuk".

"Silahkan" ia menggeser sedikit tubuhnya, memberikan jalan agar Perempuan itu bisa masuk.

"Silahkan duduk" ucap Yoona begitu lembut.

Nyonya Park tersenyum "terima kasih" lalu mendudukan dirinya di sofa.

Yoonapun ikut mendudukan dirinya, mencoba menenangkan degub jantungnya yang berpacu lebih cepat dari biasanya.

"Aku Orang Tua dari Jimin".

Ini buruk.

Yoona memejamkan mata sejenak. Mencoba untuk menengkan dirinya sendiri saat ini.

"Untuk apa Anda datang kemari, Nyonya?" tanya Yoona masih dengan ekspresi tenangnya.

"Apa kau tidak bisa mencari Laki laki lain yang belum mempunyai Istri untuk kau jadikan kekasihmu" ucap Nyonya Park meremehkan.

Kata kata itu sepenuhnya menusuk hati Yoona. Semua orang menyalahkannya atas masalah ini, tanpa bertanya dulu bagaimana kejadian yang sebenarnya.

Ia benar benar terlihat seperti Jalang sekarang.

Yoona tertawa miris. "Kau bahkan tak bertanya dulu kepada Putramu, Nyonya. Disini aku yang menjadi korban".

Yoona begitu muak dengan keadaan hidupnya yang sekarang. Ia juga ingin bahagia, namun waktu malah semakin memperburuk keadaan.

"Apa maksudmu?" tanya Nyonya Park sinis.

"Park Jimin. Dia yang menghamili saya saat keadaan saya sedang tidak sadarkan diri. Waktu itu saya sedang mabuk".

Nyonya Park tersentak, jadi selama ini Putranya lah yang bersalah disini. Bukan karna seorang Perempuan yang sekarang sedang duduk berhadapan dengannya. Ia selalu berpikir bahwa Yoona lah yang menggoda Jimin, hingga Jimin berubah seperti saat ini.

Yoona menatap Nyonya Park yang sekarang terdiam membeku.

"Aku akan pergi. Jadi Anda tidak perlu kwatir" seulas senyum masih tercetak dibibirnya.

Kita tidak tau takdir membawa kita kemana. Namun, dunia terlalu kejam untuk Yoona. Dan hari ini, ia memutuskan takdirnya sendiri. Ia akan pergi meninggalkan Jimin.

"Aku minta maaf, Jeon Yoona. Sungguh aku minta maaf" ucap Nyonya Park dengan mata berkaca kaca.

"Sudahlah, Nyonya. Aku akan pergi dari kehidupan Park Jimin. Agar Jimin bisa kembali bahagia dengan Istri dan calon Anaknya nanti".

Nyonya Park menatap manik Yoona. Ia dapat melihat ketulusan didalamnya.

.

Setelah kepergian Nyonya Park dari Apartemennya, Yoona berlari masuk kedalam kamarnya. Membanting pintu kamar dengan cukup keras, lalu ia jatuh terduduk dilantai. Ia tidak sanggup lagi menopang berat tubuhnya. Ini semua terasa menyakitkan baginya.

Ia ingin membagi sedikit saja rasa sakitnya pada seseorang saat ini. Namun, siapa yang dapat ia percaya untuk saat ini.

"Kemana aku harus pergi?".









****

Ada yang masih bertahan sampai sini??

Yuk follow akun aku, mari kita berteman.

Cek akunku jugaa ya, kalian bisa nemuin banyak cerita disana. Siapa tau ada yang kalian suka.

Jangan lupa Bintang nya :)

Arti Sebuah Rasa PJM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang