*Kau bahkan tak memperdulikan lagi perasaanku. Aku juga sakit* PJM
Jimin pov
Jimin melangkahkan kakinya masuk kedalam apartemen, ia melepas sepatu kerja yang ia pakai dan menaruhnya di rak tempat sepatu.
"Aku pulang" ucapnya dengan suara tinggi. Berharap Akira segera menyambutnya seperti biasa.
Ia berjalan menuju meja makan. Namun kosong, tak seperti biasa. Biasanya sepulang ia kerja meja makan selalu terisi dengan beberapa masakan Istrinya.
Jimin segera berlari menaiki tangga untuk menuju kamar ia dan istrinya.
Ceklek
Saat pintu kamar terbuka ia tak melihat sosok yang ia cari.
"Sayang, kau dimana" teriak Jimin. Berharap orang yang ia cari segera menyahut. Namun nihil, tak ada jawaban sama sekali.
Jimin mengusap wajahnya frustasi "sayang, jangan seperti ini. Kau dimana?".
Matanya menyipit saat ia menemukan selembar kertas yang berada diatas nakas. Ia segera melangkahkan kakinya mendekat, dan mengambil kertas itu.
"Aku pergi. Maaf, semua terlalu menyakitkan. Aku menyerah Jimin Oppa. Kau bahkan seperti tak perduli padaku lagi"
Jimin meremas kertas itu kuat, lalu membuangnya asal.
Ia mendudukan dirinya dilantai. Ia menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya. Semua terasa menyakitkan baginya. Ia tidak menyangka bahwa Akira lebih memilih pergi meninggalkannya seperti saat ini.
Ia terlihat kacau saat ini. Jimin menangis, iya, dia menangis. Menangisi semua tindakan bodoh yang pernah ia lakukan hingga membuatnya jadi seperti ini.
Tapi menyesal tidak akan menyelesaikan semuanya, karna semuanya sudah terjadi.
Ia sangat berharap disaat seperti ini Istrinya kembali dan memeluknya begitu erat, saling berbagi kehangatan satu sama lain seperti biasanya.
Akhirnya tubuh ringkih itu ia paksakan untuk bangun, ia melepas jas yang ia pakai dan melemparkannya ke soffa.
Ia berjalan pelan menuju kamar mandi.
.
Air mengalir membasahi tubuh Jimin. Menyamarkan kesedihannya. Ia benci dirinya yang begitu lemah. Ia benci dirinya yang tidak bisa mempertahankan hubungannya. Ia menyesal karna telah menghianatai janji suci yang pernah ia ucapkan dulu.
Air matanya terus menetes seiring dengan air yang mengalir membasahi tubuhnya.
Park Jimin hancur, ia sepenuhnya hancur.
.
Akira pov
Nyonya Min kembali memegang kening putrinya yang terasa panas. Akira yang tertidur dengan bibir sedikit terbuka itu berulang kali menggumamkan nama Park Jimin.
Dengan semangkuk air hangat dan handuk kecil yang berada ditangannya. Eomma dari Akira itu segera menaruh kompres handuk itu dikening putrinya. Berharap panas ditubuh Akira sedikit berkurang.
"Jimin, Oppa" kata itu yang berulang kali keluar dari bibir Akira. Matanya memang terpejam begitu erat, namun ia berulang kali menggumamkan nama Suaminya.
Nyonya Min tidak tau apa yang terjadi dengan hubungan Putrinya dan Suaminya itu. Yang ia tau hanya Akira yang pagi tadi datang kerumahnya dengan membawa dua koper besar berisi semua pakaiannya. Lalu memeluknya begitu erat, dan menangis hingga terdengar isakkan yang begitu memilukan.
Ia belum berani bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada rumah tangga Putrinya itu.
Ceklek
Pintu kamar terbuka menampilkan sosok laki laki berkulit pucat yang sedang berjalan mendekat ke arah ranjang dimana tempat Akira terbaring.
"Ada apa?" tanya Yoongi dengan suara datarnya.
Nyonya Min tidak segera menjawab, ia masih memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan pada Anak pertamanya ini. Ia tidak mau Yoongi berakhir marah jika tau Adik kesayangannya ini pergi dari rumah suaminya.
"Apa Jimin berlaku kurang ajar pada Adikku?" tanya Yoongi. Jemarinya terulur menyentuh kening Akira.
"Aku tidak tau. Tadi pagi ia kesini dengan membawa semua bajunya" ucapnya Nyonya Min. Tatapannya seketika berubah menjadi senduh.
"Adikku demam. Eomma. Aku akan membawanya ke dokter". Ucap Yoongi yang mendapat anggukan dari Eommanya.
****
Ada yang nungguin cerita ini nggk??
Nggk ada ya. Yaudh
Makin lama makin nggk jelas aja ceritanya.
Jangan lupa Bintang nya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Sebuah Rasa PJM (END)
Romance"Aku pikir memilih hidup denganmu adalah sebuah pilihan yang tepat. Nyatanya itu salah, justru karena pilihanku sendiri yang membuatku hancur." Park Akira. "Hal yang tak mudah untuk aku mengerti." Park Jimin. "Kau pikir aku tidak sakit karena ini...