5. Tentang Mimpi Yang Sama

12.2K 1.2K 224
                                    

Greg menghabiskan wine yang masih tersisa di gelas kristal mungil dalam genggamannya. Pandangannya menerawang jauh menatap pemandangan kota Paris yang begitu indah. Ia melirik jam di nakas, pukul 2.05 dini hari.

Ia berdebar tidak menentu, panik, gugup dan berbagai perasaan yang menakutkan mengingat bulan depan Ana akan kembali ke New York, melanjutkan kuliahnya di sana dan tinggal bersamanya.

Oh My God!

Bagaimana Ia harus menghadapi gadis itu setiap hari dengan gairah menggila yang semakin tidak terbendung? Dulu, ketika Ana masih kecil, Greg masih bisa menahan diri untuk tidak menyentuhnya meskipun terkadang Ia  lupa diri dan mencumbu Ana diam-diam saat gadis itu tertidur.

Tapi sekarang?

Demi setan-setan penghuni dasar neraka, Ia tidak sanggup lagi!

Anastacya sudah sangat berbeda. Jauh berbeda dalam banyak hal. Kecuali sifat manjanya yang konyol dan menggemaskan, semua tentang Ana telah jauh berubah. Yang pasti Ana telah dewasa sekarang, Ia akan mulai merasakan dan melakukan semua hal dewasa seperti gadis-gadis seusianya.

Selama ini Greg berpikir, enam tahun adalah waktu yang cukup lama untuk mematikan perasaannya, tapi ternyata tidak. Semakin hari perasaan itu semakin kuat, berurat berakar diseluruh tubuhnya. Hingga Ia menyerah, tidak berdaya lagi.

Ponselnya bergetar...

Greg menghela nafas, menatap bathrob yang membungkus tubuhnya. Ia baru saja mandi air dingin, setelah bangun dari mimpi kotornya, mimpi bercinta gila-gilaan dengan Ana. Mimpi yang terasa begitu nyata, begitu hidup. Di sebuah pondok mungil terpencil yang ditutupi salju putih. Hanya ada mereka berdua di pondok itu. Entahlah dimana karena Ia belum pernah melihat tempat terpencil itu sebelumnya.

Ia terbangun dengan nafas tersengal dan bermandi keringat. Memaki kesal saat melihat sprei putih di bawahnya lembab karena cairan gairahnya yang keluar karena mimpi itu. Alangkah malangnya kau, Greg. Kau seperti remaja yang mimpi basah. Seakan tidak ada wanita lagi di dunia ini untuk menyalurkan libidomu.

Ponselnya bergetar..

Pertemuan tak terduga dengan Abriella membuatnya gelisah. Ia tidak nyaman menatap mata hijau penuh kerinduan itu. Greg tahu, wanita itu masih menginginkannya. Tapi Ia tidak bisa menjalin hubungan dengan Abriella. Ia tidak ingin menyakiti wanita itu dan tidak ingin menjadikannya hanya sebagai pemuas nafsu semata. Abriella sangat dekat dengan Ana. Ana sangat menyayangi Abriella dan Greg tidak mau Ana marah padanya jika Greg mempermainkan Abriella. Greg masih ingat, enam tahun yang lalu Ana terluka gara-gara membela Aby saat bertengkar dengan Jesica.

Lamunan Greg terputus mendengar bunyi bell berdenting lembut. Sialan, siapa yang datang bertamu pagi dini hari seperti ini.
Ia melangkah lebar menuju pintu, mengintip dari lubang kaca... tertegun sejenak melihat Ana berdiri di depan pintu kamarnya.

Terlambat untuk mengganti bathrobnya karena bunyi bel berubah menjadi ketukan pelan di pintu dan mulai terdengar tidak sabar. Sambil menguatkan hati Greg membuka pintu.

"Kenapa kau tidak mengangkat telphoneku, Greg?"

Suara merajuk terdengar bersamaan dengan langkah gadis itu memasuki kamar. Greg memperhatikan langkah kaki Ana yang kaku dan pincang. Sepertinya high heel yang tadi dipakainya akan membuatnya cedera.

Greg menatap betis indah gadis itu dan matanya naik menelusuri bokong Ana yang membayang di balik baju kaos panjangnya dan bergoyang lembut menggoda.

Ana hanya mengenakan kaos lembut panjang sebatas paha, dengan potongan leher yang lebar dan jatuh di lengan kirinya, dan lagi-lagi gadis itu tidak mengenakan bra.

The Deepest Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang