Bab 29. Pelarian Yang Sia-Sia

11.5K 1.5K 558
                                    

Yuhuuuu......
Annika Come Back!!

Tolong ya bagi yang bacaaaa...
Sebelum dibaca Vote dulu.
Atau Annika ngga mau lanjut nih kalau pada malas kasih vote
😭😭😭😭😭😭😭

Ohya, semoga semua suka sama update IG Annika terutama review setiap part ... hihihi... 🤭

❣❣❣


Ana menarik selimut hingga menutupi kepalanya mendengar ketukan di pintu, suara Aby memanggilnya dari luar kamar.

"Ana...."

"Jangan ganggu aku."

"Sarapan dulu, sayang."

"Nanti saja. Aku tidak lapar."

"Kau tidak ke kampus lagi hari ini?"

"Tidak."

"Buka pintunya, please."

"Tidak, aku ingin tidur."

"Kau baik-baik saja? Ayolah Ana, jangan membuatku cemas. Kau sudah dua hari tidak keluar dari kamar, tidak ke kampus, tidak makan."

"Kemarin aku makan."

"Hari ini belum..."

"Ini masih pagi! Get out! Leave me alone!"

"Anastacya, please open the door..."

"Oh shit! Damn it!"maki Ana lirih menendang bantal dan selimut di sekitarnya dengan kesal. Ia duduk dan seketika pandangannya berputar. Matanya menatap lantai kamar yang berantakan, bermacam benda berserakan di sana. My God, help me...batinnya.

Ana membuka pintu dan melihat Abriella berdiri di depannya menatap cemas.

"Jangan menatapku seperti itu,"gerutunya kembali melangkah ke tempat tidur dan meringkuk seperti anak kucing.

Aby menatap sekeliling kamar yang terlihat berantakan, sangat berantakan. Mungkin "mengerikan" adalah ungkapan yang lebih tepat.

"What the hell......"desisnya tak percaya.  Ia tahu Ana bukan gadis pemalas yang kotor. Ana gadis yang sangat apik. Tapi kondisi kamar ini sungguh mengejutkan. Bau cat yang menyengat, kanvas bertebaran dimana-mana dan peralatan lukis yang berserakan.

Ana tidak pernah membawa peralatan lukisnya ke kamar. Ia selalu melukis di ruangan khusus yang bersebelahan dengan kamarnya dan ruangan itu selalu bersih.

"Ana....are you ok, darling?"

"I am Ok."

Aby duduk di sampingnya, menyentuh lengannya. Terkejut merasakan suhu tubuhnya yang tinggi.

"Kau demam?"

"Yeah, sedikit pusing,"jawab Ana sambil menarik selimut hingga menutupi kepalanya.

"Aku akan panggil dokter ....

"Tidak perlu, aku sudah minum obat."

"Kau harus diperiksa dokter...."

"I said NO!"

Aby nyaris terlompat mendengar suara teriakan Ana. Ia menoleh, melihat gadis itu duduk dan menatapnya dengan mata menyala marah.

"Well.... well.. ok..,"ujarnya gugup.

Keduanya bertatapan beberapa detik. Senyum getir terlukis di bibir Ana. Wajahnya yang cantik terlihat pucat dan tertekan. Rambutnya yang biasanya berkilau indah tergerai kusut tak beraturan.

The Deepest Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang