Bab 25. Pacaran

10.6K 1.2K 526
                                    

Kampus New York

Ana menyapa teman-temannya dengan riang, sedikit risih merasakan tatapan penasaran mereka. Sejak tragedi menggemparkan bulan lalu, identitasnya sebagai Anastacya MacMillan akhirnya terungkap dan seketika semuanya terasa berbeda. Ada yang menjauh tapi ada juga yang berusaha mendekat. Tapi semua itu membuatnya mulai merasa tidak nyaman. Memang lebih baik jika tidak ada yang tahu identitasnya.

"Ana, tunggu!"

Ana menoleh mendengar suara Collin. Pemuda itu berlari mendekat.

 Pemuda itu berlari mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai, Collin."

"Teman-teman menunggu di café."

"I know,"ujar Ana tertawa renyah.

"Tadi pagi diantar Greg lagi?"

"Yeah, begitulah. Dia memaksa ingin mengantarku ke kampus selama sebulan ini, aku seperti anak kecil saja," gerutu Ana.

Collin menghela nafas putus asa. Ia tidak punya kesempatan berduaan dengan gadis itu, tidak bisa mengantar ataupun menjemputnya seperti dulu. Greg sangat overprotect dan hebatnya Ana begitu patuh padanya walaupun sambil menggerutu.

Collin ingin Ana sekali-kali melawan uncle Greg nya, membantah, atau setidaknya menjadi sedikit bandel seperti para gadis pada umumnya. Tapi Ana tidak seperti itu, hidupnya penuh dengan aturan dari "uncle Greg"

Selama dua minggu Ana di rumah sakit, Collin bersama teman-temannya masih bebas mengunjungi gadis itu meskipun harus melalui penjagaan yang sangat ketat. Tapi setelah Ana istirahat di rumah, tidak ada seorangpun yang bisa mengunjunginya karena uncle Greg melarang. Oh My God!

Akhirnya semua terasa melegakan setelah seminggu ini Ana kembali ke kampus. Setidaknya mereka bisa bertemu setiap hari di kampus, perpustakaan atau makan siang di café.

"Ana, bisa kita bicara sebentar?"

"Kita akan ke café, kan?"

"Aku ingin bicara berdua saja."

Anastacya mengerutkan dahi, menatap Collin heran. Wajah pemuda itu terlihat begitu serius. Ia mengangguk, membiarkan Collin menggenggam jemarinya dan mengajaknya duduk di bangku taman menikmati suasana taman dan semilir angin yang bertiup menerbangkan daun-daun kering.

"Aku senang sekali kau telah sembuh total."

"Hei, kau mengatakan itu setiap hari sejak hari pertama aku kembali kuliah."

Collin tersenyum lebar. "Kau bosan mendengarnya?"

"Tidak juga, but thank you anyway."

"Maaf, karena gara-gara aku, kau mengalami semua ini. Aku tidak menyangka Rebeca segila itu."

Ana terdiam. "Kau berhasil bertemu Rebeca?"

Collin mengangguk.

"Ya, akhirnya kemarin sore dia bersedia bertemu denganku. Dia sangat depresi."

The Deepest Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang