CHAPTER SELANJUTNYA AKAN DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA.
•
•
Tega kalian kalau sampai belum follow ಥ‿ಥ
JANGAN BAWA CERITA LAIN KE SINI!
•
•WAJIB FOLLOW IG :
@fajarmunazat
@wp.fajarmunazat
•
•
Bismillahirrahmanirrahim!Disaat situasi terpuruk yang di alami oleh Farida, pria itu datang menghampirinya dan membuat seakan-akan kesedihan yang ia alami hilang begitu saja.
Memang benar kebahagiaan datang bukan hanya dari keluarga, teman, orang yang kita kenal bahkan orang yang dekat sekali dengan kita. Tetapi, bisa saja kebahagiaan itu datang dari orang yang belum tentu kita mengenalnya.
"Ada apa dokter menelpon saya?" Farida menjawab setelah beberapa menit ia tidak menyadari.
Terdengar dari arah telepon, Dareh terkekeh kecil mendengar suara dari Farida.
"Panggil aja Farel, jangan panggil dokter." Jawab Farel.
"Hmm iya, ada apa Fa--Rel?"
"Tujuan saya menelpon kamu, saya ingin memberitahu bahwa pihak rumah sakit disini sangat membutuhkan kehadiran kamu, apakah bisa?" Farel dengan nada lembutnya sedikit demi sedikit membuat Farida seakan-akan terbawa terbang.
Bukannya Farida sudah ambil cuti? Bisa ae nih Mas Farel ini.
"Maaf, tapi sebelumnya saya sudah ambil cuti untuk beberapa hari. Dan pihak rumah sakit mengizinkan." Farida terus terang.
"Eum tapi itu katanya---"
"Sepertinya saya belum bisa kembali bekerja disana, soalnya adik saya sedang dalam kondisi kritis, penyakit jantungnya semakin memburuk. Mungkin In Syaa Allah setelah adik saya kondisinya sudah mulai membaik, saya akan segera kembali bekerja disana. Lagian cuti saya di sini ada beberapa hari lagi kedepan."
"Baiklah, saya akan sampaikan kepada pihak rumah sakit." Farel menyadari kalau jantungnya dari tadi sudah berdetak kencang ketika ia memulai pembicaraannya dengan Farida.
"Tolong sampaikan juga, saya minta maaf belum bisa kembali bekerja disana."
"Baiklah, sebelumnya saya minta maaf sudah mengganggu waktunya, saya tutup telponnya. Assalamu'alaikum." Farel memberhentikan komunikasi dengan Farida dengan alasan ia akan melaksanakan sholat Maghrib bersama Aldi.
"Wa'alaikumsalam."
Farida sampai sekarang tidak menyangka kalau Farel akan menelponnya. Sebelumnya Farida tidak pernah merasakan kegugupan sama sekali dengan pria, tetapi ketika ia bertemu dengan Farel rasanya berbeda.
Allah tidak mungkin memberikan rasa cinta pada seorang hamba tanpa sebab, pasti ada kebaikan dibaliknya, hanya soal waktu yang belum bisa menjawabnya.
Jodoh akan datang pada waktu yang tepat, Allah akan mempertemukan dua orang dalam keadaan yang sama-sama sudah memantaskan diri untuk menjemput jodohnya.
Farida mulai bangun dari duduknya dan berjalan menuju musholla rumah sakit untuk melaksanakan sholat dan meminta petunjuk dari-Nya.
Setelah selesai mengambil air wudhu, Farida memasuki musholla rumah sakit yang kesekian kalinya ia pakai untuk meminta petunjuk dari-Nya.
Dengan niat yang kuat, Farida memulai bacaan sholatnya dengan tidak tergesa. Hingga sampai ke raka'at terakhir, dan mengucapkan salam.
•••
Selesai sholat Maghrib, Farel dan Aldi segera menuju parkiran mobil untuk kembali pulang beristirahat di rumahnya masing-masing.
Didalam mobil hanya terasa kesunyian malam, Aldi fokus mengemudikan mobilnya sementara Farel sibuk dengan Al-Qur'annya.
Aldi tidak berani untuk mengganggu Farel padahal ia ingin membicarakan sesuatu dengannya. Hingga akhirnya Farel menutup Al-Qur'annya dan Aldi pun memulai pembicaraannya.
"Dok, sebenarnya ada hal yang saya ingin bicarakan, ini tentang masalah pribadi saya. Apakah dokter bisa mendengarkan cerita saya? Saya juga pengen kayak Edward, punya temen curhat kayak dokter." Aldi berbicara dengan yakin, sementara matanya tetap fokus mengemudikan mobilnya..
"Dengan senang hati, sebelumnya jangan panggil dokter, panggil saja Farel, lagian umur kita gak kalah jauh," Farel terkekeh kecil.
"Baiklah, kita bicaranya di cafe dekat sini, gak baik soalnya kalau berbicara didalam mobil apalagi ketika mengemudi." Aldi tersenyum, dan membelokkan mobilnya kearah cafe dekat sana.
Mereka berjalan dengan langkah-langkah kecilnya, ditambah dengan suara sepatu yang mereka pakai membuat suasana kesunyian malam semakin menjadi.
"Mau saya pesankan apa?" Aldi menawarkan beberapa menu di cafe itu
"Terima kasih, tidak perlu." Farel tersenyum ramah kepada Aldi yang saat ini sedang sibuk dengan menu di tangannya.
Seorang pelayan wanita cafe itu menghampiri mereka yang saat ini sedang berbicara.
"Saya pesan, kopi arabika kintamani satu." Aldi segera memesankan pesanannya kepada pelayanan wanita yang ada dihadapannya.
"Tunggu sebentar Mas," pelayanan wanita itu tersenyum, kemudian pergi meninggalkan mereka.
Tidak ada satu orang pun yang tahu tentang pembicaraan yang Aldi ingin sampaikan kepada Farel. Suasana cafe tidak terlalu ramai, mungkin ini baru permulaan menjelang malam.
•••
Next? Tega kalian mintaa next tapi belum follow me 😫😤
Please yang belum follow, follow dulu biar kalian tau informasi apapun yang nanti akan di sampaikan mengenai ceritanya. Kita juga sama-sama berjuang aja di sini, jadi please follow me><
Jangan lupa vote dan komen ya kawan!!!
FOLLOW INSTAGRAM
@fajarmunazat
@wp.fajarmunazatFOLLOW TIKTOK
@wp.duniakuduniamu
KAMU SEDANG MEMBACA
TIKUNGAN SEPERTIGA MALAM
Teen Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE! FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA] 𝙆𝙤𝙣𝙨𝙚𝙠𝙪𝙚𝙣𝙨𝙞 𝙟𝙖𝙩𝙪𝙝 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙖𝙝𝙖𝙢 𝙖𝙜𝙖𝙢𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞𝙧𝙖𝙮𝙪 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙣𝙖𝙛𝙨𝙪𝙣𝙮𝙖, 𝙩𝙖𝙥𝙞 𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣𝙣𝙮𝙖. ❝𝐼𝓏𝒾...