42 - KERIBUTAN

364 36 0
                                    

CHAPTER SELANJUTNYA AKAN DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA.


Tega kalian kalau sampai belum follow ಥ‿ಥ
JANGAN BAWA CERITA LAIN KE SINI!


WAJIB FOLLOW IG :
@fajarmunazat
@wp.fajarmunazat


Bismillahirrahmanirrahim!

Farida yang baru saja mengambil tindakan operasi kepada pasiennya, dia sekarang terduduk di taman rumah sakit bersama Nabila-temannya untuk beristirahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Farida yang baru saja mengambil tindakan operasi kepada pasiennya, dia sekarang terduduk di taman rumah sakit bersama Nabila-temannya untuk beristirahat.

Mengenai kemarin malam, yaitu Aldi yang melamar Farida, sempat Farida ceritakan kepada Nabila. Karena bagi Farida, Nabila bukan sekedar teman, tapi dia mampu menjadi keluarga.

Penolakan dari Farida terhadap lamaran yang dilontarkan oleh Aldi malam tadi, membuat dirinya cukup tidak nyaman dan merasa tidak enak hati saat bertemu dengan Aldi.

Namun, apalah daya. Dia tidak bisa menerima laki-laki yang tidak dia cintai, mungkin cinta memang bisa tumbuh dengan berjalannya waktu, tetapi tidak untuk Farida.

Penolakan mungkin bisa membekas kan luka, bahkan bisa trauma. Tapi, dari situlah kita belajar bahwa kita harus benar-benar bisa menilai seseorang dari kesiapannya.

Dering ponsel terdengar dari dalam saku jas Farida dan memberhentikan obrolan dari keduanya. Tidak disangka-sangka, ketika Farida melihat layar handphonenya ternyata yang menelepon dirinya adalah Farel.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Maaf sebelumnya saya lancang menelepon kamu dan saya juga mau meminta maaf atas kejadian 2 hari yang lalu. Kejadian itu cukup membuat saya sedikit kecewa, tapi kalau dipikir-pikir ada hal lain yang cukup lebih penting dari kekecewaan saya. Saya hanya ingin tau, apa kamu yang sudah rela mendonorkan darah kamu untuk saya, ketika saya kritis karena kecelakaan waktu itu?" Farel tidak mau bertele-tele dan dia pun langsung menuju topik pembicaraan yang dia mau sampaikan.

Nabila yang mendengar percakapan itu, karena di load speaker. Dia seakan-akan memberi saran, ini saatnya Farel tahu siapa yang sudah mendonorkan darahnya untuk dia.

Nabila menganggukkan kepalanya, "ini sudah saatnya dia tau, Ri."

Farida menghembuskan napasnya, "iya benar, saya yang sudah mendonorkan kamu darah ketika kecelakaan waktu itu."

Deg...deg...deg...

Farida? Perempuan yang selama ini aku mencintainya diam-diam? Dia yang sudah rela mendonorkan darahnya untuk keselamatanku?

TIKUNGAN SEPERTIGA MALAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang