40 - BERHENTI BERJUANG

370 50 4
                                    

CHAPTER SELANJUTNYA AKAN DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA.


Tega kalian kalau sampai belum follow ಥ‿ಥ
JANGAN BAWA CERITA LAIN KE SINI!


WAJIB FOLLOW IG :
@fajarmunazat
@wp.fajarmunazat


Bismillahirrahmanirrahim!

fajarmunazat••Bismillahirrahmanirrahim!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamu'alaikum, Bang." ucap Farida di seberang telepon.

"Wa'alaikumussalam, ada apa Ri? Kenapa kamu nangis?" tanya Naufal kaget mendengar Adiknya menangis tersedu-sedu dan terlihat menahan tangisannya.

Farida yang saat ini hanya bisa menahan tangisannya, ditambah dengan mulutnya yang saat ini tidak berhenti bergetar akibat tangisannya.

"Bang... apa benar, Bang Naufal mendirikan proyek pembangunan transportasi itu di atas tanah yang ada makamnya?" tanya gadis cantik itu yang kian tangisannya semakin menjadi.

Naufal terdengar menarik napasnya gusar, lalu menjawab pertanyaan sang adik,"iya benar Dek, emangnya kenapa? Lagian Abang udah mengurus itu sebelumnya."

Mendengar jawaban dari Naufal, Farida terlihat kecewa, dirinya saat ini sedang membendung banyak air mata, matanya sudah terlihat bengkak akibat tangisannya, dan bahkan jilbab yang dia pake kini sudah terlihat basah karena air matanya.

Farida tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dia diberikan dua pilihan. Apakah harus mendukung penuh proyek Abangnya, yang nantinya Farel pasti akan sangat kecewa. Bahkan tadi di rumah sakit aja, Farel bisa bertingkah laku seperti itu, bagaimana kalau dirinya mendukung penuh proyek Abangnya. Ataukah dia harus memberhentikan proyek pembangunan demi menyelamatkan hati pujaannya, hati yang hampir sudah lama dia perjuangkan lewat doa-doanya di sepertiga malam, dan hati yang mampu meningkatkan keimanannya kepada Allah.

"Enggak apa-apa kok Bang, Farida hanya memastikan. Farida tutup ya teleponnya, assalamu'alaikum."

Farida menyimpan handphonenya di atas tempat tidurnya, lalu dia duduk merenung menghadap langit malam yang saat ini terlihat banyak bintang-bintang.

"Andaikan aku adalah bintang-bintang di atas sana, mungkin sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkan bulan sendirian di dalam kegelapan. Karena aku tau, bagaimana rasanya di tinggal pergi oleh orang-orang yang aku sayang, bahkan aku mengira mereka tidak akan pernah kembali datang."

Ya Allah bantulah hamba-Mu ini menemukan jalan keluar dari semua permasalahan.

•••

"Sudah siap Dek? Abang sama Bang Renal tunggu di bawah, beberapa menit lagi pesawatnya akan segera pemberangkatan," ucap Farel sambil mengetuk pintu kamar sang adik yang dari tadi belum juga keluar dari kamarnya.

TIKUNGAN SEPERTIGA MALAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang