CHAPTER SELANJUTNYA AKAN DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA.
•
•
Tega kalian kalau sampai belum follow ಥ‿ಥ
JANGAN BAWA CERITA LAIN KE SINI!
•
•WAJIB FOLLOW IG :
@fajarmunazat
@wp.fajarmunazat
•
•
Bismillahirrahmanirrahim!"Mbak kopernya yang ini bukan?" tanya Farel setelah menemukan koper yang tergeletak tidak jauh di tempat wanita tadi.
"Alhamdulillah, iya benar Mas ini koper saya." Jawab wanita itu dengan sumringah.
"Terima kasih banyak Mas sudah membantu mencarikan koper saya yang hilang."
Farel tersenyum, "sama-sama."
"Kalau gitu saya permisi, sekali lagi makasih Mas. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Farel melihat kepergian wanita itu dengan terlihat adem, padahal cuaca di bandara pada saat sangat-sangat panas.
Setelah kepergian wanita itu tidak terlihat lagi, Farel pun berjalan kembali menuju tempat teduh untuk menunggu rekan kerjanya yang tadi sudah ia kabari.
Hampir menunggu 30 menit akhirnya rekan kerjanya pun datang dengan tergesa-gesa dan terlihat sesekali menarik nafasnya dengan begitu dalam.
"Sorry, Rel tadi di jalan macet banget."
"Lo udah nunggu lama di sini?"
"Pake nanya lagi, gue udah hampir 30 menit nunggu di sini mana lagi ini cuacanya panas banget. Untung aja tadi ada malaikat peneduh." Farel terkekeh kecil.
"Malaikat peneduh? Maksud lo?" Edward terheran-heran mendengar jawaban Farel.
"Iya tadi ada malaikat penuduh di sini, tapi sekarang dia udah pergi. Udahlah ayo tunggu apa lagi, gue pengen cepet-cepet istirahat, gue capek!"
"Gak jelas lo!"
Farel terkekeh melihat Edward yang sedikit terlihat kesal.
Edward dan Farel pun akhirnya membawa langkah kakinya pergi dari sana menuju tempat parkiran mobil. Sebenarnya parkiran mobil tidak jauh dari sana, tapi rasanya bagi Farel itu sangat-sangat jauh karena raganya sudah terlihat sangat capek.
"Mobil lo yang mana, Ward?" tanya Farel.
"Ini tepat berada di depan lo." Farel menganggukkan kepalanya.
Mereka berdua sama-sama memasuki mobil yang dari tadi sudah terparkir rapih. Murottal surat ar-rahman menemani perjalanan mereka menuju rumah pamannya Farel.
Entah kenapa selama di perjalanan Farel terlihat tidak sangat fokus dan sesekali di bayangannya terlintas wanita yang ia temui di bandara tadi.
Apakah ini yang disebut cinta pandangan pertama?
Farel menolak kalimat tersebut karena baginya cinta pandangan pertama itu hanyalah ada di film sinetron-sinetron FTV saja dan selama hidupnya ia tidak pernah mengalaminya.
"Woy diem-diem bae ngobrol apa kek malah ngelamun nih orang." ucapan Edward berhasil membuyarkan pikiran Farel.
"Apaan sih lo gak jelas banget, siapa coba yang ngelamun orang gue dengerin murottalnya." ngeles Farel sembari melihat jalanan kaca kirinya.
"Dengerin murotal atau ngebayangin malaikat peneduh?" pancing Edward.
"Lebih tepatnya sih dengerin murottal sambil ngebayangin malaikat peneduh tadi." Farel terkekeh.
"Idih baru juga sampai Indonesia udah mikirin cewek aja."
"Lah siapa yang mikirin cewek!" tolah Farel.
"Mana ada sih malaikat peneduh cowok, emangnya gue bisa di bodohin sama kayak ginian?" Edward tertawa lepas.
"Gak jelas lo, Ward!"
"Kayaknya salah deh yang nggak jelas itu lo bukan gue!" Edward masih dengan tawanya.
"Mendingan gue tidur daripada dengerin omongan lo yang nggak jelas kayak speaker nyaring."
Setelah mengucapkan itu Farel pun merubah posisinya untuk tidur, walaupun sebentar di dalam mobil. Karena ia tidak ingin mendengar serangan omongan dari sahabatnya itu.
Jangan lupa follow dulu kawan, tega kalian kalo belum follow tapi minta next ಥ‿ಥ
Makasih yang udah mampir. Jangan jadi silent reader, vote dan comment untuk meninggalkan jejak kalian 💟
Follow IG :
@fajarmunazat
@wp.fajarmunazatFOLLOW TIKTOK
@wp.duniakuduniamu
KAMU SEDANG MEMBACA
TIKUNGAN SEPERTIGA MALAM
Ficção Adolescente[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE! FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA] 𝙆𝙤𝙣𝙨𝙚𝙠𝙪𝙚𝙣𝙨𝙞 𝙟𝙖𝙩𝙪𝙝 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙖𝙝𝙖𝙢 𝙖𝙜𝙖𝙢𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞𝙧𝙖𝙮𝙪 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙣𝙖𝙛𝙨𝙪𝙣𝙮𝙖, 𝙩𝙖𝙥𝙞 𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣𝙣𝙮𝙖. ❝𝐼𝓏𝒾...