30 - COME BACK

2K 124 11
                                    

CHAPTER SELANJUTNYA AKAN DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA.


Tega kalian kalau sampai belum follow ಥ‿ಥ
JANGAN BAWA CERITA LAIN KE SINI!

WAJIB FOLLOW IG :
@fajarmunazat
@wp.fajarmunazat


Bismillahirrahmanirrahim!

Suasana rumah sakit masih terlihat sepi, hembusan angin pagi ditambah sinar matahari membuat Farel menyipitkan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana rumah sakit masih terlihat sepi, hembusan angin pagi ditambah sinar matahari membuat Farel menyipitkan matanya.

Satu demi satu dokter dan perawat mulai berdatangan untuk bergantian tugas. Farel berjalan menelusuri lorong-lorong rumah sakit untuk menuju ruangannya.

"Rel, tumben datang pagi banget." Edward menepuk pundak Farel dari arah belakang, dan membuat Farel sedikit terkejut. Laki-laki itu terkekeh kecil.

"Astaghfirullah, kebiasaan lo ini hampir copot jantung gue." Farel mengusap bagian dadanya.

"Hehehe maaf, lagian lo kesini gak kabarin gue dulu, kan gue bisa jemput lo daripada naik taksi pasti nunggu lama dijalanan." lagi-lagi Edward terkekeh kecil.

"Gue sengaja supaya lo gak jemput gue." Farel terkekeh kecil dan berjalan meninggalkan Edward di sana sendirian.

Farel terus saja berjalan tanpa menghiraukan Edward yang saat ini dia tinggalkan di lorong rumah sakit sendirian.

Sebelum Farel melaksanakan tanggung jawabnya, dia membuka handphone sambil berjalan dengan berhati-hati.

Saat Farel sedang fokus pada handphone nya, tiba-tiba ada seorang wanita berparuh bayah menabrak dirinya sampai handphone nya tergeletak jatuh.

Bruk...

"Astaghfirullah." ketika Farel melihat wajah wanita itu, ternya itu adalah Mufidah.

"Dokter Farel maafkan saya, saya tidak sengaja. Biarkan saya nanti mengganti handphone nya." Mufidah merasa bersalah karena dia telah menabrak Farel hingga handphone terjatuh.

Farel melihat wanita yang berada disamping Mufidah, wanita itu pernah menjadi pasiennya, dan itu adalah Nurul. Hal aneh yang dapat dilihat dari wanita itu, matanya seolah tidak menyaksikan apapun yang terjadi.

"Bu ada apa?" Nurul berusaha mencari keadaan tangan ibunya.

Farel sekarang mulai mengerti dengan kondisi Nurul saat ini, Nurul mengalami kebutaan pada matanya akibat efek dari kecelakaan dua hari yang lalu.

"Maaf dok, tujuan saya kesini ingin mengecek kondisi mata anak saya, katanya waktu dia bangun dari tidurnya, dia tidak bisa melihat apapun yang ada disekelilingnya."

"Baiklah ikut saya."

Farel berjalan menuju ruangan UGD dan memegang tangan kirinya Nurul yang saat ini tidak bisa melihat, sementara Mufidah memegang tangan kanannya Nurul.

•••

"Alhamdulillah, akhirnya kita sampai juga di bandara Jakarta." Nabila menghembuskan napasnya dan merasa lega.

"Oh iya, kamu mau langsung kerja atau beristirahat dulu? Takutnya kamu capek dan malah jadi ribet nantinya." Nabila menanyakan hal itu kepada Farida.

"Aku langsung kerja aja Bil, lagian cuti yang aku ambil sampai kemarin dan itu otomatis aku hari ini harus mulai bekerja lagi." Farida merapihkan kerudung yang dia pakai.

Suasana bandara sudah terlihat ramai dikunjungi banyak orang, pesawat terbang dari tadi mulai berterbangan di udara.

"Kita tunggu di sana aja, sambil menunggu mobil taksi yang lewat." ucap Farida.

"Gak perlu tunggu mobil taksi, aku udah suruh sopir ayahku untuk menjemput kita." Farida tersenyum sebagai jawaban.

Hingga beberapa menit mereka menunggu, akhirnya ada seorang pria berseragam hitam mendekati mereka, dan itu adalah supir ayahnya Nabila yang bernama Koko.

"Permisi non Nabila maaf nunggu lama, tadi dijalan cukup macet." Koko terlihat capek dari napas yang dia hembuskan.

"Iya gak apa-apa kok mang, sekarang mobilnya dimana?" Nabila berdiri dari duduknya.

"Mobilnya ada didepan terminal bus non, mari!" ketika Nabila dan Farida membawa barang bawaan, mang Koko menyuruh mereka agar dia yang membawakannya.

•••

Sesampainya di gerbang masuk rumah sakit, Farida dan Nabila segera melangkahkan kakinya menuju rumah sakit.

Sementara barang-barang yang mereka bawa, mang Koko yang akan menyimpannya. Farida memberikan alamat rumah Tantenya untuk menyimpan barang-barangnya disana.

Setelah dua hari mereka tidak bekerja di rumah sakit itu, tidak ada yang berbeda tetapi hanya saja suasana banyaknya pasien semakin meningkat.

Farida dan Nabila melangkahkan kakinya menuju ruangannya masing-masing untuk segera melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang dokter.

Disalah satu persimpangan lorong rumah sakit, mereka berpisah dikarenakan ruangannya berbeda arah.

"Semangat bekerjanya Ri, kalau ada apa-apa kasih tahu aku." Nabila tersenyum manis.

"Semangat juga kamu bekerjanya Bil, In Syaa Allah aku akan selalu bercerita sama kamu." Farida membalas senyuman Nabila.

Persahabatan antara mereka sangatlah kuat, karena sejatinya persahabatan tidak akan terhalang oleh waktu ataupun jarak.

Farida berjalan menuju ruangan kerjanya untuk segera mengganti pakaian dokternya. Ditengah perjalanan menuju ruangannya langkah Farida terhentikan melihat seorang dokter pria memegang tangan wanita saat ingin memasuki ruangan UGD.

"Itu kan Farel?" Farida hanya terdiam kaku ditempat itu.

•••

Next? Tega kalian mintaa next tapi belum follow me 😫😤

Please yang belum follow, follow dulu biar kalian tau informasi apapun yang nanti akan di sampaikan mengenai ceritanya. Kita juga sama-sama berjuang aja di sini, jadi please follow me><

Jangan lupa vote dan komen ya kawan!!!

FOLLOW INSTAGRAM
@fajarmunazat
@wp.fajarmunazat

FOLLOW TIKTOK
@wp.duniakuduniamu

TIKUNGAN SEPERTIGA MALAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang