32 - JAS DOKTER

1.7K 116 5
                                    

CHAPTER SELANJUTNYA AKAN DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA.


Tega kalian kalau sampai belum follow ಥ‿ಥ
JANGAN BAWA CERITA LAIN KE SINI!

WAJIB FOLLOW IG :
@fajarmunazat
@wp.fajarmunazat


Bismillahirrahmanirrahim!

fajarmunazat••Bismillahirrahmanirrahim!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Farel." ucap Farida dalam hatinya setelah membenarkan kerudung yang dipakainya.

Di dekatnya, hati Farida sudah bisa merasakan kenyamanan yang diberikan oleh Farel.

Laki-laki yang baik adalah laki-laki yang bisa menjaga dan menghormati wanita dengan baik.

"Kamu baik-baik aja kan? Tidak ada yang terluka?" Farel begitu khawatir melihat Farida yang hampir jatuh dihadapannya.

"Alhamdulillah saya baik-baik aja, makasih udah tolongin saya." Farida terlihat kaku dan pandangannya mengarahkan ke arah bawah.

"Kamu pasti nungguin taksi ya, biarkan saya yang mencarinya, kamu duduk aja dulu di bangku itu." Farel mengarahkan tangannya pada satu bangku yang ada di tempat itu.

"Makasih." Farida berjalan menuju bangku yang Farel tunjukkan.

Sekitar hampir 10 menit Farel mencari taksi dipinggir jalan raya, tetapi tidak ada satupun taksi yang melintas.

Farel melihat Farida yang saat ini terlihat sangat kedinginan dikarenakan angin malam yang sangat begitu kencang.

Farel berjalan menuju Farida yang saat ini sedang kedinginan, dia pun memutuskan untuk melepaskan jas dokter yang dia pakai dan segera diberikan kepada Farida.

"Pakai jas ini." Farel menyodorkan jas dokternya yang berwarna putih bersih itu.

Farida melihat ke arah jas dokter itu, "gak perlu Rel, makasih." Farida menolak jas dokter yang diberikan oleh Farel.

Penolakan dari Farida tidak bisa membuat Farel berhenti mencoba, hingga akhirnya Farel pun memasangkan jas dokternya di bahu Farida.

"Maaf biarkan saya memakaikannya, saya hanya tidak ingin kamu sakit hanya karena angin malam yang sangat kencang ini."

Farida tidak bisa menolak yang kedua kalinya, karena jas dokter yang diberikan oleh Farel kini sudah terasa di bahunya.

Setelah memakaikan jas dokternya kepada Farida, Farel langsung berjalan menuju pinggir jalan raya untuk mencari taksi yang sampai saat ini juga belum juga terlihat.

"Taksi," Farel melambaikan tangannya saat dia sudah melihat taksi yang menuju arahnya.

"Taksinya udah ada," Farel memanggil Farida, lantas Farida pun segera berdiri dan melangkahkan kakinya menuju pinggir jalan raya.

"Makasih udah membantu saya mencari taksinya."

"Sama-sama." Farel tersenyum dengan sangat manis.

Farida segera memasuki mobil taksi itu sambil membawa tas berwarna merah ditangannya.

"Apa gak sekalian masuk Mas? Kayaknya kalau Mas nunggu taksi yang lain percuma gak akan ada, soalnya cuaca malam ini sedang buruk." ucap sopir taksi itu sambil membuka kaca jendela mobilnya.

"Gak apa-apa kok Pak, saya nunggu taksi lain disini."

"Yakin Mas mau nunggu dengan cuaca yang buruk kayak gini?"

Dengan hasil berpikir panjang, Farel tidak bisa apa-apa lagi, akhirnya Farel pun memasuki mobil taksi itu, dan saat ini dirinya sedang sangat dekat dengan Farida.

"Jalan Pak," ucap Farel.

•••

Setelah hampir 15 menit diperjalanan, akhirnya Farida sampai dirumah Bibi nya dan menyuruh sopir taksinya untuk berhenti.

"Biarkan saya yang membayarnya." Farel menghalangi tangan Farida untuk membayar biaya tumpangannya kepada sopir taksi itu.

"Dari tadi kamu udah cukup banyak membantu saya, jadi biarin saya untuk membayar biaya tumpangannya."

"Kalian memang pasangan yang serasi, bekerja di bidang yang sama, dan mempunyai akhlak yang mulia. Jangan disia-siakan, mencari pasangan seperti kalian itu tidak mudah." ucapan sopir taksi itu membuat Farel dan Farida tidak bisa apa-apa.

Farida terlihat sangat malu dan seperti biasa jantungnya berdegup kencang, dia pun segera keluar dari mobil taksi itu dan membayar tumpangannya melalui kaca jendela mobil taksi itu.

Setelah keluarnya Farida dari mobil taksi itu, Farel melihat stetoskop di kursi mobil yang tadi Farida duduki. Farel pun mulai yakin, stetoskop itu pasti milik Farida.

Jika Farel mengembalikannya malam ini, itu sesuatu hal yang mustahil. Karena dia yakin, Farida pasti tidak akan keluar dari rumahnya ketika dia melihat suara pria yang memanggil namanya.

•••

Hari yang sangat penuh dengan kenangan. Setelah melewati rasa sakitnya, Farida kini akhirnya bisa merasakan kebahagiaan.

Dari jendela kamarnya Farida sempat berbicara dalam hatinya.

"Ya Allah, tempatkan hati ini kepada hati yang telah Engkau tulis namanya dalam takdir-Mu."

Hembusan angin malam, menemani Farida yang saat ini sedang meminta petunjuk kepada Rabb nya.

"Ku pinjam namamu untuk aku sampaikan kepada Rabb ku di sepertiga malam ku nanti."

Setelah beberapa lamanya Farida meminta petunjuk kepada Rabb nya, dia berpindah tempat pada tempat tidurnya.

Farida baru sadar jas dokter yang dipakainya itu adalah milik Farel, bodohnya dia adalah dia tidak ingat kalau jas dokter yang dipakainya saat ini adalah milik Farel.

•••

Woyyyyyyyyy udah sadar jangan senyum-senyum sendiri terosssss😫

Next? Tega kalian mintaa next tapi belum follow me 😫😤

Please yang belum follow, follow dulu biar kalian tau informasi apapun yang nanti akan di sampaikan mengenai ceritanya. Kita juga sama-sama berjuang aja di sini, jadi please follow me><

Jangan lupa vote dan komen ya kawan!!!

FOLLOW INSTAGRAM
@fajarmunazat
@wp.fajarmunazat

FOLLOW TIKTOK
@wp.duniakuduniamu

TIKUNGAN SEPERTIGA MALAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang