Windra Dharmawan

233 29 0
                                    

"Kak, mau dijemput jam berapa?"

"Nggak usah dijemput dek, kakak lembur hari ini. Kakak nanti bisa pesen taxi online kok," jawabku di telepon. Adikku yang satu ini memang cukup perhatian dan jarang merepotkan. Namun saking lembut hatinya, dia kadang terlalu soft untuk ukuran pria dewasa.

"Tapi Windra diminta tolong sama Mas Satria buat ngejagain kakak, nanti kalau kakak kenapa-napa, Windra lagi yang dimarahin Mas Satria," ujarnya. Well, kalau sudah Satria yang minta aku nggak bisa menolak. Sekali lagi, meskipun aku berani bilang bahwa aku ini tergolong mandiri aku nggak bisa berkutik di hadapan Satria.

"Ya udah deh dek, nanti ya kalau kakak mau pulang, kakak kabarin. Kamu kalau ngantuk jangan maksain, ada Kak Jeje kok," jawabku menenangkan adikku yang kedua, Windra Dharmawan.

Windra ini badannya kecil, wajahnya tegas dan intimidatif, tapi dia super lembut dan penyayang. Beda banget dengan adikku yang satunya. Mungkin karena dia terlalu lembut untuk ukuran cowok, Windra nggak terlalu akur sama Jeje. Jeje kadang suka ngegodain Windra karena overly attentive, apalagi sama kakak ceweknya ini.

"Kok sama Kak Jeje lagi sih? Windra tuh males ketemu sama Kak Jeje, Windra diledekin melulu," keluh Windra dengan suara agak whiny di telepon.

"Makanya lu jadi cowok yang tegas dong Wiiiiin! Wiiiiin!" Jeje tiba-tiba menyambar teleponku, "Terus buang ya itu sweater pink kotak-kotak elu, jijik tau gak liatnya! Gue bakar nanti kalau lu pake ngejemput kakak elu!" ancam Jeje.

"Je, ah apaan dah?!" aku menyambar balik teleponku.

"Tuh kan kak, Windra sebel sama Kak Jeje. Iseng banget?!"

"Udah udah, nanti bakal Kakak getok kepalanya Kak Je. Ya udah see you Win, jangan lupa beli martabak dan makan bareng Dimas ya!" pesanku.

"Siap kakak! Omong-omong kak..."

"Iya Win?"

"Kakak nggak bakal selingkuh sama Kak Je kan?"

"Win....?"

SabtuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang