(Sebuah cerita lepas)
Tanggal 1 April! Seumur hidup gue nggak pernah bikin prank. Satu, karena gue anaknya sama sekali nggak lucu. Dua, jokes gue garing. Tiga, gue nggak bisa akting. Tapi entah kenapa, hari ini gue pengen banget berpura-pura untuk nggak jadi diri gue yang biasanya. Gue pengen aja gitu menghilang sehari, ngetes siapa yang bener-bener peduli sama gue. Atau apakah orang-orang beneran nyariin gue?
Jadilah gue menghapus seluruh profile picture sosial media gue, termasuk aplikasi chatting. Ngganti nama gue ke karakter "-". Lalu beneran menghilang dari peradaban. Untungnya tanggal 1 April ini bertepatan dengan hari libur jadi gue nggak perlu khawatir bakal dikejar-kejar bos yang nagih kerjaan juga. Setelah melakukan hal itu, gue balik tidur lagi.
***
"Kak! Kakak!" teriak Windra dan Dimas dari luar pintu kamar gue, ketukan mereka di pintu terdengar panik. Gue masih bermalas-malasan karena baru saja terbangun lagi. Gue cek ponsel gue, sudah ada puluhan missed call dari Satria, belasan chat dari dia juga. Sementara Jason dan Bian mengirimkan ratusan bubble chat yang masih enggan gue baca. Gue menggosok-gosok mata gue, memicingkan mata untuk mengecek pukul berapa saat itu. Layar ponsel gue menunjukkan pukul setengah 12 siang.
"Anjir lama juga gue tidurnya?"
Setelah meregangkan badan sebentar, gue menuju ke arah pintu dimana Windra dan Dimas masih mengetuk dengan nada panik dan meneriakkan nama gue.
"Apaan sih Dim, Win? Berisik!"
Keduanya langsung menghambur memeluk gue. Terutama Windra yang clingy abis, pelukannya rapat sekali sampai gue merasa sesak napas.
"Kirain kakak kenapa-napa. Kakak nggak apa-apa kan?" tanya Dimas. Raut mukanya khawatir, telinganya memerah. Gue melempar senyum sembari mengusap kepalanya.
"Nggak papa, kakak cuma baru bangun aja."
"Abang-abang pada khawatir soalnya kakak katanya tiba-tiba ngilang. Terus foto di semua sosmed ngilang," lanjut Dimas diikuti oleh anggukan Windra. Dia masih nggak mau melepas pelukannya di badan gue.
"Kalian emang lupa sekarang tanggal berapa?"
Dimas dan Windra saling berpandangan. Di situlah tawa gue meledak. Yes, berhasil! Receh banget tapi kenapa berhasil sih? Gue heran.
"Tanggal 1 April! April Mop!"
Windra sontak melepas pelukannya lalu melempar tatapan tajam ke arah gue. "Ih kakak jahat banget deh! Gak lucu tauk!" ujarnya, dia menjotos lengan gue sampai gue ber-Aw pelan. Dimas juga menendang tulang kering gue.
"Adik-adik kurang ajar kalian. Sini! Gantian kakak tendang." Gue mengejar mereka berdua yang segera mengambil langkah seribu. Untung inget umur, sekarang gue udah nggak kuat lari-larian ngejar dua adik laki-laki gue itu.
Gue akhirnya mengalah dengan berjalan pelan menuju meja makan untuk sarapan roti bakar dan selai. Sementara Windra dan Dimas sama-sama terengah-engah dan hendak bubaran ke kamar masing-masing.
"Eh, Win, Dim. Sini sebentar deh. Nanti kalau abang-abang tanya, jangan bilang kakak lagi main April Mop yak! Awas kalau sampai bocor."
Windra dan Dimas mengacungkan tangan membentuk tanda oke, lalu pergi meninggalkan gue. Percaya sama dua orang itu rasanya percuma. Nanti juga bakal bocor sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabtu
Fanfiction"Sebelum kamu mengambil keputusan yang salah, aku ngasih kamu kesempatan buat milih kok. Yang penting kamu bahagia." - Satria "Gue tuh sayang sama elu, bukan cuma sebagai sahabat. Tapi gue tahu, posisi gue gak pas aja sama kondisi elu saat ini," - J...