XXI

5.2K 390 18
                                    

Ada yg kangen Gibran Ara?
Aku yakin sih ada 😁

Happy reading!

***

Usai sholat maghrib, Gibran dan Ara berkunjung ke rumah orang tua Ara. Sesampainya disana, alis Ara mengercit saat mendapati rumah yang terlihat kosong dan gelap. Bahkan lampu teras tidak di nyalakan. Tidak biasanya orang tuanya tidak berada di rumah, terlebih saat malam hari begini. Ara menghubungi nomor Ibunya, tapi tidak ada yang mengangkat.

"Coba tanya sama tetangga sebelah Ra." Saran Gibran yang langsung di angguki Ara dan berjalan menuju rumah tetangga di samping kanan rumah orang tuanya.

"Assalamu'alaikum." Salam Ara sembari mengetuk pintu rumah tentangganya.

"Wa'alaikumussalam." Balas seseorang dari dalam rumah dan membukakan pintu.

"Bu Inah, Bu Inah tahu kemana orang tua saya pergi? Di rumah sepi sekali."

"Tadi sore Bapaknya Ara tiba-tiba jatuh pingsan, jadi di bawa ke Puskesmas." Beritahu wanita yang masih menggunakan mukena di tubuhnya itu.

Jantung Ara berdegup cepat, panik sekaligus khawatir.

Dengan cepat ia bergegas meuju Puskesmas yang hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih pada tetangganya.

Sesampainya di sana, Ara buru-buru mencari ruangan tempat Bapaknya setelah sebelumnya sempat bertanya pada salah seorang petugas Puskesmas.

"Ibu, gimana keadaan Bapak? Ibu kok nggak ngabarin aku kalo Bapak sakit?"

"Tempat tinggalnya kamu kan jauh Ra, jadi Bapak ngelarang Ibu buat kasih tahu kamu. Katanya Bapak juga palingan besok atau lusa dia sudah bisa pulang."

"Jauh apanya Bu, kan enggak sampai pakai pesawat. Lagian juga Ibu percaya saja kalo Bapak bisa pulang secepat itu. Yang menentukan nanti kan Dokternya."

"Bapak sama Ibu enggak mau kamu sampai khawatir."

"Malah kalo Ibu enggak ngabarin kayak gini, Ara malah makin khawatir. Coba aja kalo Ara enggak berkunjung ke Selong, pasti enggak bakalan tahu kalo Bapak lagi sakit begini."

Gibran menepuk-nepuk punggung Ara, menenangkan istrinya yang matanya mulai berkaca-kaca itu. "Udah Ra, nanti pasti Bapak sembuk kok." Katanya menenangkan.

"Bapak udah di periksa sama Dokter Bu?" Tanya Gibran.

Ibu menganggukkan kepala.

"Terus kata Dokternya apa?"

"Di suruh tunggu, tadi darahnya Bapak di ambil. Terus enggak lama setelah Bapak di pasangan infus, dia tidur. Hampir seminggu ini Bapak enggak pernah tidur nyenyak."

"Terus Ibu enggak ada niat hubungi aku sama sekali?" Ujar Ara.

"Ra..." Tegur Gibran.

Ara menghapus air di sudut matanya. Ia benar-benar merasa khawatir sekarang. Bagaimana tidak, jika yang ia tahu Bapaknya itu memiliki imun yang sangat kuat. Saat ia, Ibunya, dan beberapa tetangga mulai terserang batuk pilek. Bapak adalah orang terakhir yang akan terkena penyakit tersebut dan orang pertama yang akan sembuh.

Ini bahkan pertama kalinya Bapak masuk Puskesmas sampai harus di infus seperti sekarang.

"Permisi, keluarganya Pak Rahmat?" Tanya Dokter paruh baya yang baru saja datang.

"Saya Dok, saya menantunya. Bagaimana keadaan Bapak saya." Jawab Gibran, bergegas berdiri menghampiri Dokter.

"Jadi begini, keadaan Pak Rahmat sekarang tidak bisa di katakan baik-baik saja karena beliau terkena Demam Berdarah. Penyakit yang akhir-akhir ini memang banyak menyerang warga. Tapi di pastikan beliau akan segera sembuh jika mendapat pengobatan yang tepat. Dan berhubung obat serta peralatan medis yang ada di Puskesmas tidak begitu memadai, kami akan merujuk agar Pak Rahmat bisa di rawat di Rumah Sakit. Jadi, saya minta agar keluarga segera mengurus surat rujukannya."

Hari Setelah Akad [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang