XXII

4.5K 366 45
                                    

Rapat untuk beberapa Dokter di Rumah Sakit tempat Gibran bekerja tidak bisa di wakilkan. Membuatnya terpaksa kembali ke Mataram bersama Riris.

Dan entah kenapa, Ara merasakan perasaan tidak rela saat harus membiarkan suaminya itu pulang berduaan dengan wanita yang jelas-jelas sudah ia tahu bagaimana masa lalunya dengan Gibran dulu.

Ia memutuskan untuk mengirim pesan pada Gibran, menemani perjalanan pulang suaminya lewat telepon seluler.

Ara

Kalo sudah sampai rumah, kabarin aku ya Kak.

Gibran tersenyum membaca pesan dari Ara.

Gibran

Iya, nanti aku kabarin. Ini baru masuk kawasan Lombok Tengah.

Ara

Oh, ya udah kak. Hati-hati ya nyetirnya.

Gibran

Iya Sayang..
Kamu enggak ngantuk?

Membaca balasan Gibran, pipi Ara tiba-tiba terasa menghangat. Pasalnya, tidak setiap hari Gibran memanggilnya dengan sebutan 'sayang'. Setidaknya bisa terhitung jari, sejak mereka menikah setahun lalu.

Ara

Masih belum Kak. Mungkin tunggu Kak Gibran sampai rumah dulu, nanti baru aku tidur.

Astaga, lihatlah. Ada bagusnya jika Ara dan Gibran tidak tinggal bersama untuk sementara waktu. Karena kini mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang saling mengkhawatirkan lewat pesan. Hal yang selama menjadi pasangan suami istri bahkan tidak pernah mereka lakukan.

Gibran

Beneran belum ngantuk? Kalo emang mau tidur, tidur saja Ra. Pasti aku kasih tahu kalo emang udah sampai rumah nanti.

Saat hari-hari biasa, Gibran kadang berharap semua safety light yang ia lewati mati atau setidaknya ia akan beruntung dengan mendapat lampu hijau setiap kali melewatinya.

Namun kini, saat semua safety light menunjukkan warna kuning karena jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam lebih, membuatnya mendadak kesal karena tidak bisa membalas pesan Ara.

Yang mengaharuskannya menyetir dengan pelan atau bahkan harus menepikan mobilnya sebentar saat ingin memberikan balasan untuk istrinya itu.

Riris yang diam-diam memperhatikan hanya bisa mengerutkan kening dalam.

Apa Gibran tengah mengalami puber ke-2 nya?

Atau bisa jadi, laki-laki itu pertama kalinya terlihat sesenang itu bisa berkirim pesan dengan lawan jenis.

Membuat Riris merasa kesal, kecewa, dan sedih di saat bersamaan. Gibran bahkan hanya membalas seadanya saat Riris mengajaknya bicara. Dan lebih banyak mengabaikannya.

Hingga Riris lebih memilih memejamkan mata, dari pada makan hati dengan sikap Gibran. Mungkin ini saatnya ia mundur. Sejak awal ia tahu bagaimana Gibran. Dan harusnya ia tidak membuang waktu dengan berusaha mendekati lelaki itu. Terlebih mendapati fakta bagaimana perhatian dan hangatnya lelaki itu pada istrinya.

Hari Setelah Akad [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang