XV

4.5K 349 7
                                    

Thank's untuk kalian yang ttp vote/koment di cerita ini. Tanpa kalian mungkin cerita ini nggak akan berlanjut 😘

"Bangun Ra, makan siang dulu." Gibran mengelus lembut kepala Ara yang tidur tengkurap.

"Nanti dulu kak." Balas Ara menggumam.

Sejak pulang mendaki dua hari lalu, Ara lebih banyak menghabiskan waktu ditempat tidur. Ia hanya bangun untuk sholat dan memasak untuk Gibran, selebihnya ia habiskan untuk tertidur.

Entah kenapa, sepulang dari pendakian Ara merasa tubuhnya remuk redam. Padahal saat mendaki, ia hanya sesekali merasa lelah.

"Ini sudah hampir sore Ra."

Mendengar nada tegas suaminya, Ara akhirnya membuka mata dan beranjak dari ranjang. Ia berjalan mengikuti Gibran dengan mata setengah terpejam. Tanpa menyadari Gibran yang menghentikan langkahnya hingga dahi Ara bertubrukan dengan punggung laki-laki itu.

"Aduh, maaf." Gumam Ara.

Gibran menghembuskan nafas kemudian menggandeng tangan Ara menuju wastafle yang ada di dapur. Ia menyalakan keran dan membasuh wajah Ara dengan pelan. Perlakuan Gibran membuat Ara langsung tersadar dari rasa kantuknya.

"Biar kamunya nggak ngantuk lagi Ra." Kata Gibran saat mendapati raut terkejut Ara.

Akhir-akhir ini Gibran lebih sering dan mulai terbiasa melakukan kontak fisik dengan Ara. Sebelumnya kontak fisik yang rutin mereka lakukan hanya bergandengan tangan, Ara yang mencium tangan Gibran serta Gibran yang balas mencium kening Ara.

Hingga kini Gibran tidak merasa sungkan saat ingin membelai wajah atau memeluk tubuh Ara. Namun sering kali Gibran menahan senyum geli saat mendapati reaksi tubuh Ara yang tiba-tiba menegang atau mendapati rona merah yang tiba-tiba muncul di pipi istrinya itu. Gibran tahu Ara belum terbiasa dan ia ingin membuatnya agar terbiasa.

"Sekarang makan. Apa perlu aku suapin?" Tanya Gibran setelah mendudukan Ara di kursi ruang makan, dan gelengan cepat Ara membuat laki-laki itu tersenyum geli.

"Kak Gibran nggak makan?" Tanya Ara saat menyadari Gibran yang hanya memperhatikannya sedari tadi.

"Sudah tadi."

Ara mengangguk-anggukan kepalanya dan kembali melanjutkan makannya.

"Ini hari terakhirnya kak Gibran libur cuti ya?" Pertanyaan Ara membuat Gibran mengalihkan perhatiannya dari ponsel yang sedang ia mainkan.

"Iya. Kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa, cuma besok biar aku bangunnya pagian untuk buat sarapan."

"Kalau memang kamu lagi males masak nggak usah masak Ra, nanti aku bisa beli diluar."

"Males nggak nya itu sudah jadi bagian dari tugas aku kak."

Gibran tersenyum tipis mendengar jawaban Ara yang tengah mencuci piring serta gelas yang ia gunakan makan tadi.

"Istri yang baik."

"Aamiin."

○○○

"Orang kalau baru pulang honeymoon auranya beda ya."

Gibran hanya mendengus malas mendengar godaan dari Gio yang baru saja bergabung dengannya dikantin Rumah Sakit. Beberapa dari rekannya yang lain hanya tertawa.

"Jadi, yang kemarin kamu ambil cuti itu untuk pergi bulan madu Bran?" Tanya Riris dengan raut wajah yang terlihat kecewa. Melihat itu, Gibran hanya menganggukan kepala seadanya.

Hari Setelah Akad [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang