Udah waktunya sholat kak.
Iya. Ini udah mau ke masjid.
Gibran tersenyum membaca pesan singkat yang Ara kirim. Dan berdiri untuk menunaikan kewajibannya sebelum melanjutkan membaca beberapa diagnosa pasien yang ia tangani.
Tidak begitu sulit bagi Gibran mulai membuka hatinya pada Ara. Gadis yang ia nikahi karena curhatan Aji beberapa bulan sebelum laki-laki itu meninggal dunia.
Entah apa yang Aji pikirkan saat itu, hingga setiap bertemu dengan Gibran. Ia selalu mencuri kesempatan untuk menceritakan tentang teman dekat perempuan yang ia cintai sekaligus ingin ia nikahi, Ara.
Saat itu, Aji bahkan tidak segan-segan meminta Gibran untuk menikahi Ara jika memang dirinya dengan Ara tidak berjodoh dan mengikhlaskannya untuk Gibran.
--Flashback--
"Kak, rasanya jatuh cinta itu bener-bener luar biasa ya." Gibran tersenyum mendengar adik dari almarhumah wanita yang ia cintai itu mulai bercerita saat mereka duduk dihalaman belakang rumah Aji.
"Anak kecil kok udah main cinta-cintaan sih." Goda Gibran.
"20 tahun itu udah termasuk dewasa kak." Protes Aji yang membuat Gibran lagi-lagi terkekeh.
"Emangnya siapa gadis yang buat kamu merasa dewasa itu? Nggak mau dikenalin ke kakak?"
"Insyaa Allah kapan-kapan aku kenalin.
Namanya Ara, Minayu Fatimatuzzahra. Gadis sederhana yang nggak secantik gadis-gadis yang pernah nyatain cintanya sama aku. Nggak sesolehah gadis-gadis yang pernah aku kagumi. Tapi, sekalinya senyum. Bisa buat jantung aku hampir keluar dari tempatnya.""Kamu lebay banget Ji, sumpah."
Aji tertawa saat melihat Gibran memutar bola matanya.
"Kadang sesuatu yang sederhana bisa terlihat istimewa, jika itu kita lihat atau dengar dari orang yang kita cintai."
"Yang istimewa itu reaksi hati kita saat sedang jatuh cinta, bukan apa yang kita lihat atau apa yang kita dengar."
"Maha Besar Allah yang menciptakan hati, komponen kecil dari tubuh. Tapi bahkan bisa berefek luar biasa pada hidup kita." Gibran menganggukan kepala mendengar ucapan Aji.
"Tapi kak Gibran---" Aji terlihat ragu saat ingin melanjutkan ucapannya.
"Kenapa?"
"Jodoh, rezky, dan maut hanya Allah yang tahu. Jika pada akhirnya aku nggak berjodoh sama Ara. Kak Gibran mau nggak nikah sama dia? Rasanya aku ikhlas kalo orangnya adalah kakak."
"Wow. Kakak rasa cuma kamu laki-laki yang rela nyerahin orang yang dia cintai ke laki-laki lain." Gibran menatap Aji pura-pura takjub, ingin menggoda laki-laki itu.
"Ya, jika aku nggak berjodoh sama dia karena maut memisahkan. Karena kalo masalahnya rezky, itu bisa dicari dan akan aku usahakan semampuku."
"Please lah Ji. Nggak usah ngomongin maut-maut segala. Bikin ngeri aja." Ujar Gibran dengan wajah tidak suka. Mungkin teringat pada Neli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hari Setelah Akad [ SELESAI ]
RomanceKetika Gibran dan Ara berusaha menjalani aktivitas rumah tangga pada umumnya walau tanpa di dasari cinta, alasan yang seharusnya sebagian besar pasangan miliki untuk menikah. Sejak awal Gibran dan Ara berusaha menjadi suami dan istri yang baik. Namu...