Aku up pagi.
Mumpung udah di tulis dari kemarin 😁Happy Reading!
***
Gibran pulang tepat saat Ara keluar dari kamar untuk memasak sarapan. Senyum manis yang menghiasi wajahnya memudar saat menyadari Gibran yang terlihat begitu lesu dan pucat.
"Kak Gibran sakit?" Tanya Ara setelah menyalami Gibran. Suhu tubuh suaminya itu terasa panas saat tangan mereka bersentuhan tadi.
"Cuma kecapekan. Aku istirahat dulu." Setelah mencium kening Ara, Gibran berlalu menuju kamar. Dan lagi-lagi rasa panas saat bibir Gibran menyentuh keningnya membuat Ara semakin yakin jika saat ini suaminya itu tengah tidak enak badan.
Berdecak, Ara menyusul Gibran ke dalam kamar.
Lihat, jika tidak sedang sakit. Gibran pasti akan menyempatkan diri membuka kaus kaki dan mengganti kemejanya, atau bahkan membersihkan tubuhnya sebelum tidur.
Tapi saat ini Ara sudah mendapati Gibran tertidur lelap. Menghampiri Gibran, Ara duduk di tepi ranjang. Melepaskan kaus kaki serta kemeja yang Gibran kenakan hingga menyisakan baju kaus putih polos, sedang celana kerja Gibran ia biarkan. Sebab Ara tidak memiliki keberanian untuk membukanya. Walau tahu jika suaminya itu juga menggunakan celana kolor sebagai dalaman.
Ara mencari termometer di dalam laci, lalu mengecek suhu tubuh Gibran.
38,5°C dan lelaki itu bilang ia hanya kecapekan?
Ara menghambil baskom berisi air hangat serta handuk kecil untuk mengompres Gibran sementara ia memasak sarapan sebelum memberikan obat pada Gibran nanti.
Tidak pernah memasak bubur selama hidupnya, Ara membuka internet lalu mencari resep serta cara membuat makanan yang sering diberikan untuk orang sakit tersebut.
Hingga lebih setengah jam berkutat di dapur, Ara kembali ke dalam kamar dengan semangkuk bubur serta air putih.
"Kak Gibran.." panggil Ara membangunkan Gibran dengan menepuk pelan lengannya. Jika tidak sedang sakit, tentu cubitan pada pinggang atau paha adalah cara tercepat untuk membangunkan Gibran.
"Bangun kak, makan terus minum obat dulu. Baru nanti tidur lagi."
"Nanti Ra, biarin aku tidur dulu." Gumam Gibran.
"Makan terus minum obat dulu. Biar cepat sembuh."
"Kak Gibran.. ayo bangun."
"Nanti buburnya keburu dingin."
"Kalo sudah minum obat, kak Gibran bisa tidur lagi."
"Kak Gibran.."
"Nanti demamnya semakin tinggi."
"Bangun dulu kak.."
Andai Gibran tidak sedang demam, ia berpikir untuk membungkan bibir Ara dengan ciuman agar tidak mengganggu tidurnya.
Bahkan hingga beberapa menit berlalu suara Ara terus saja mengusiknya.
"Serius Ra, kamu ganggu tidur aku banget." Gerutu Gibran. Dengan sangat terpaksa, ia membuka mata. Lalu beranjak bangun dan duduk bersandar di kepala ranjang.
Ara menyuapinya hingga habis setengah mangkuk bubur dan memberikan obat untuk Gibran minum.
"Sudah, sekarang aku nggak akan ganggu kak Gibran lagi." Kata Ara begitu Gibran menelan obatnya.
Saat akan meninggalkan kamar, Gibran menahan tangan Ara. "Temani aku." Pintanya.
Alis Ara terangkat. Jadi Gibran menjadi manja saat sedang sakit begini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hari Setelah Akad [ SELESAI ]
RomanceKetika Gibran dan Ara berusaha menjalani aktivitas rumah tangga pada umumnya walau tanpa di dasari cinta, alasan yang seharusnya sebagian besar pasangan miliki untuk menikah. Sejak awal Gibran dan Ara berusaha menjadi suami dan istri yang baik. Namu...