Gibran :
Assalamu'alaikum.
Ra, nanti sore ikut aku ke acara resepsi teman. Kamu siap-siap saja, jam 5 aku jemput.Kening Ara mengerut membaca pesan dari Gibran. Ini pertama kalinya mereka akan pergi ke acara semacam ini sebagai sepasang suami istri. Dan memikirkan akan berbaur dengan teman-teman Gibran yang lingkungannya pasti tidak jauh bebeda dengan suaminya itu membuat Ara menghembuskan nafas kasar.
Ara :
Walaikumussalam.
Kenapa mendadak sekali?Gibran :
Iya, aku lupa ngasih tahu kamu dari kemarin-kemarin.
Sejujurnya Ara tidak ingin pergi, tapi tidak ada alasan untuknya menolak ajakan Gibran. Lagipula laki-laki itu tidak bertanya ia ingin ikut atau tidak. Tapi mengajaknya langsung, dan seperti biasanya Gibran tidak pernah suka menerima penolakan. Sifat Gibran yang sering kali membuat Ara menghela nafas kesal.
Ara mulai bersiap-siap saat jam menunjukkan pukul 16.00 , satu jam mungkin cukup untuknya bersiap-siap.
Usai mandi kemudian sholat, Ara membuka lemari pakaian untuk memilih baju yang akan ia gunakan.
"Astaga. Aku harus pake baju yang mana coba." Gerutu Ara saat tidak menemukan baju yang menurutnya cocok.
Lelah memilih, Ara memutuskan mengambil asal gamis berwarna cream dengan sedikit corak dan jilbab segi empat yang senada.
Setelah selesai menggunakan pakaian dan memoles sedikit make up diwajahnya, Ara menuju cermin dan memperhatikan penampilannya.
Benar-benar tidak ada yang spesial.
Jika berbaur dengan teman atau orang-orang di lingkungannya, mungkin penampilan Ara saat ini terlihat sedikit menakjubkan. Namun jelas jauh berbeda jika ia berbaur dengan orang-orang dilingkungan Gibran.
"Masa bodo banget lah." Gerutu Ara dan segera melangkah keluar saat mendengar klason mobil, pasti Gibran.
Ara membuka pintu mobil dan duduk di kursi kemudi, Gibran menyambutnya dengan senyum tipis. Tidak ada raut terkejut karena takjub atau semacamnya akan penampilan Ara.
Karena Ara bukan gadis yang memiliki kecantikan diatas rata-rata. Bukan pula gadis yang jika dipoles dengan make up akan terlihat jauh berbeda dengan yang aslinya. Ara tetaplah Ara.
"Acaranya dimana kak?" Tanya Ara saat Gibran mulai menjalankan mobilnya.
"Di Islamic Center."
Beberapa menit kemudian mereka sampai. Gibran memarkir mobilnya dan menggandeng tangan Ara masuk kedalam halaman Masjid terbesar yang ada dipulau Lombok itu.
Beberapa pasang mata mulai memandang kearah mereka, membuat Ara mulai merasa risih. Ia benar-benar tidak pernah suka menjadi pusat perhatian atau mungkin berada disekeliling orang-orang yang sering menarik perhatian banyak orang seperti Gibran. Dan tidak mungkin rasanya jika Ara berlalu begitu saja dari sisi Gibran untuk menyembunyikan diri.
"Sini Bran." Ujar Gio yang terlihat berkumpul bersama beberapa rekan kerja mereka. Gibran dengan tangan yang masih menggadeng Ara menghampiri mereka.
"Jadi ini istri lo?" Tanya Gio menatap ramah pada Ara kemudian mengulurkan tangannya.
"Hai. Gue Gio." Laki-laki itu memperkenalkan diri yang dibalas Ara dengan senyum kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hari Setelah Akad [ SELESAI ]
RomanceKetika Gibran dan Ara berusaha menjalani aktivitas rumah tangga pada umumnya walau tanpa di dasari cinta, alasan yang seharusnya sebagian besar pasangan miliki untuk menikah. Sejak awal Gibran dan Ara berusaha menjadi suami dan istri yang baik. Namu...