Jakarta, 28 November 2022
Iris amber dengan bulu mata yang lentik mengedar acak. Memandang bangunan besar di depannya. Tangan kanan yang dihiasi jam bewarna hitam itu membenarkan tali tasnya di bahu.
Bentuk oval terlihat jelas saat embusan angin menerpa wajahnya-menerbangkan helaian rambut hitam panjang bergelombang.
"Selamat datang," gumamnya penuh arti sembari menatap tulisan SMA Pancasila yang berada di atas gerbang hitam.
Nada Anindita Dewi-tidak pernah menyangka akan menjadi murid di sekolah dengan sistem pembelajaran yang ketat serta disiplin. Jika saja bukan untuk sebuah misi, maka Nada tidak sudi menginjakkan kakinya di sana.
Mengambil napas panjang, lalu mengembuskan ke udara-sepasang sepatu putihnya mulai menapaki tangga menuju koridor utama.
Tidak ada yang menarik perhatiannya. Namun, semua pasang mata murid di koridor tertuju padanya. Nada benci menjadi pusat perhatian.
Bersikap tenang serta dingin, Nada melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas yang sudah didapatkan informasinya kemarin ketika mendaftar sebagai anak baru.
Nada akan menghabiskan masa akhir sekolahnya dengan sedikit berbeda.
Jika bukan karena peristiwa kelam itu yang terus menghantui malamnya, maka tidak ada misi.
Terlalu beresiko jika orang lain tahu tujuan Nada menjadi murid baru. Karena ini bukan menyangkut kepentingan pribadi, tetapi misi itu menyangkut keluarganya. Nada hanya ingin membalaskan apa yang sudah terjadi.
Mendorong pintu kelas bewarna cokelat yang tertutup, Nada dikejutkan dengan tatapan murid di ruangan persegi panjang itu kini tertuju padanya.
Nada berdecak kesal. Ia tidak tahu alasan mereka menatapnya tiada henti. Dirinya memang cantik, Nada percaya diri dengan itu. Namun, sepertinya bukan itu yang menjadikannya sebuah objek wisata dadakan.
"Waw! New student! Wellcome di kelas 12 IPA 3, gue Rere."
Rere Yuan Nesya-siswi berambut sebahu dengan jepit warna-warni menghiasi rambutnya menghampiri Nada dengan senyuman sumringah.
Melemparkan tatapan malas pada Rere di hadapannya dengan tangan terulur menyambut kedatangannya, Nada membalas singkat uluran tangan itu, lalu melirik semua orang yang masih setia menatapnya.
Pandangannya jatuh pada kursi kosong di bagian belakang deretan kedua. Itu pasti kursinya. Tidak ada tas di sana sebagai tanda kepemilikan.
Menarik kursinya dengan kasar membuat pandangan mereka yang semula mengarah padanya, kini langsung mengalihkan ke arah lain, lalu sibuk dengan urusan masing-masing.
Siswi berambut sebahu itu duduk di kursi depannya-memutar ke arahnya.
"Selamat, lo menjadi trending topik di akun gosip," bisik Rere, lalu kembali menghadap ke depan ketika seorang guru memasuki ruang kelas bersamaan dengan bel masuk berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAZAR [SELESAI]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Hidup Nada menjadi tidak tenang setelah peristiwa dua tahun lalu. Hingga akhirnya memutuskan pindah ke SMA Pancasila untuk menjalankan misi rahasia. Namun, rencananya tidak berjalan dengan mulus. Karena Nada harus ber...