Kamis, 19 Januari 2023 -- 09.33 WIB
Iris ambernya mengedar ke seluruh penjuru kantin untuk mencari tempat yang kosong. Matanya terpaku pada kursi di tengah-tengah. Hanya tempat itulah yang kosong.
Membawa nampan berisi es jeruk dan semangkok bakso, Nada melangkah dengan hati-hati agar tidak menyenggol murid lainnya.
Entah perasaannya saja, atau memang seperti itu, semua orang terasa menatapnya--menelanjangi dirinya yang hanya seorang diri.
Meletakkan nampan dengan hati-hati, Nada menarik kursinya, lalu duduk.
Pandangannya naik ketika gelak tawa Gama terdengar di pintu kantin. Lelaki itu datang bersama Adam dan Rere. Irisnya sempat beradu pandang dengan gadis itu, tetapi Nada lebih dulu memutuskannya.
Setelah membaca doa, Nada meraih mangkok bakso sapi tersebut dan memakannya.
Ia menikmati makanannya tanpa ditemani siapa pun. Lagi pula sejak pertama kali masuk sekolah ini, dirinya bukan murid yang terbuka. Jadi, kembali lagi seperti semula bukanlah suatu kesulitan bagi dirinya. Sedikit tidak nyaman ketika ditatap aneh, tetapi Nada bersikap biasa saja.
Disela-sela akhir makannya, Nada dikejutkan dengan kursi di hadapannya yang ditarik. Semua murid langsung mencuri pandang ke arahnya.
Tidak ada suara di antara keduanya. Diam-diam Nada memperhatikan lelaki di hadapannya yang sedang memakan cemilan ringan dengan minuman soda.
Menghabiskan bakso dan es jeruknya, Nada beranjak cepat meninggalkan kantin. Ia juga sudah membayarnya lebih dulu tadi.
Memasuki koridor kelas, ia membalikkan badannya ketika merasakan ada yang mengikuti. Benar saja, lelaki itu mengikutinya.
"Lo ngapain--"
Ucapan Nada terhenti ketika lelaki itu melewatinya tanpa menoleh sedikit pun.
"Sial," desisnya.
Sejak kejadian di UKS, Nada dan Ezar tidak pernah saling bertegur sapa. Ia pun tidak ada niatan ingin memulai komunikasi.
Sedangkan lelaki itu tidak pernah absen untuk selalu berada di zonanya. Seperti tadi contohnya, ketika Nada makan sendirian, maka Ezar akan datang.
Mungkin, tidak ada kalimat sebagai penjelasan dari aksi Ezar, tetapi Nada mengerti jika lelaki itu selalu menjaganya serta menemaninya. Meskipun, Nada tidak butuh itu. Ia sudah terbiasa dengan kesendirian. Tidak ingin memulai perdebatan, makanya ia memilih diam saja. Berusaha tidak terusik sama sekali.
"Tersisa dua bulan lagi, maka semuanya akan berakhir," gumamnya.
Membelokkan diri di koridor, Nada berpapasan dengan Adam. Ia pikir lelaki itu tidak akan menahan lengannya, tetapi Adam melakukannya.
"Kebetulan lo ada di sini," ujar Adam.
Lelaki itu mengantongi kedua lengannya ketika Nada melirik tajam tangan Adam. Dia sudah bisa kembali berjalan normal. Luka di kakinya juga sudah mengering.
"Kenapa?" tanya Nada.
"Gue nggak pernah tahu permasalahan inti antara lo dan Ezar. Cuma gue menyarankan, kalau lo nggak suka sama dia, katakan aja. Nggak perlu lo terkesan memberikan harapan. Ini pertama kalinya Ezar murung hanya karena cewek. Lo udah membawa pengaruh besar untuk Ezar," jawab Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAZAR [SELESAI]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Hidup Nada menjadi tidak tenang setelah peristiwa dua tahun lalu. Hingga akhirnya memutuskan pindah ke SMA Pancasila untuk menjalankan misi rahasia. Namun, rencananya tidak berjalan dengan mulus. Karena Nada harus ber...