12.01 WIB
"Gue bukan Twiz!" sentak Rere. Pipinya sudah basah, meninggalkan jejak air mata.
"Kalo lo bukan Twiz, buktikan!" tantang Fafa.
"Apa yang harus gue buktikan?!"
"Rahasia. Maybe," ucap Viola.
Keadaan berubah menjadi tegang. Hanya embusan angin yang terasa menerpa wajah, lalu menerbangkan helaian rambut.
Mereka saling menatap satu sama lain. Kemudian, fokus mereka terhenti lagi pada Rere.
Fafa tersenyum miring. Rambutnya ia kibaskan ke belakang. Sorot matanya menajam pada Rere.
"Lo nggak punya teman di sekolah. Lo juga bukan murid populer. Biasa aja, kan, lo iri dengan kita. Makanya lo cari tahu semua rahasia kita, lalu mengadu domba dan berhasil. Kita hancur."
"Stop! Tuduh gue, Fa!" bentak Rere. "I know, I don't have friends. Tapi bukan berarti gue kayak gitu. Lagi pula buat apa gue menghancurkan kalian. Ada manfaatnya? Nggak, kan. Gue nggak punya teman itu karena pilihan. Jadi, jangan tuduh gue lagi," tekan Rere.
Melihat sepupunya mulia tertekan, Ezar meraih bahunya, memberikan usapan lembut pada sepupunya itu. "Rere benar. Kenapa harus dia? Kita semua pernah kerja sama dengan Twiz. Harusnya kita cari tahu siapa dia. Bukan saling menuduh kayak gini."
"Gue setuju. Sekarang saatnya kita yang cari tahu dia. Apa alasannya menghancurkan kita dan apakah dia ada hubungannya sama penangkapan Bokap gue," imbuh Gama.
Tangis Viola kembali pecah. Ia memeluk Dev di sisinya. "Gue tahu Bokap salah," lirih Viola. "Terserah kalian mau bilang gue anak haram, anak pembunuh atau apa pun itu. Tapi, please, gue mau tahu siapa Twiz."
"Udah, Vio. Lo jangan nangis. Gue akan bantu," ujar Dev. Rambut gadisnya ia usap penuh kelembutan. Semua itu tidak luput dari pandangan Rama.
"Apakah sekarang saatnya kita mengesampingkan ego masing-masing?" tanya Nando.
"Sepertinya kayak gitu. Sekarang kita harus bersatu, melupakan masalah di antara kita. Itu semua demi mencari identitas awal semua terjadi. Gue juga salah udah mengkhianati Ezar. Tapi, gue hanya ingin tahu aja maksud semua ini."
Pandangan Ezar naik pada Gery. Mereka sempat beradu pandang. Iris Ezar pun tidak melewatkan tangan Rima yang menggenggam Gery.
"Kita harus memulai semuanya sekarang. Nggak ada penundaan lagi," sahut Dev.
"Apa yang mau kita cari tahu tentang dia?" tanya Rama.
Semuanya terdiam dan terlihat sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Follow me!"
Mereka terheran-heran pada Adam yang masuk ke dalam gedung. Ezar pun mengikuti temannya itu, disusul Rere dan lainnya.
"Kita mau kemana, Dam?" tanya Rama.
"Rumah gue. Kita akan mulai pembahasan di sana."
"Kenapa harus rumah lo?" tanya Rima.
Langkah Adam pun terhenti. Ia membalikkan badannya, menatap semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAZAR [SELESAI]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Hidup Nada menjadi tidak tenang setelah peristiwa dua tahun lalu. Hingga akhirnya memutuskan pindah ke SMA Pancasila untuk menjalankan misi rahasia. Namun, rencananya tidak berjalan dengan mulus. Karena Nada harus ber...