Jakarta, 01 Desember 2022
Kamis pagi yang cerah menyambut bulan penutup akhir tahun. Hamparan langit membiru dengan awan putih bergumpal menghiasi angkasa.
Bel masuk menjadi aba-aba agar gerbang hitam segera tertutup rapat. Ratusan murid mulai memasuki kelas, mengikuti pelajaran seperti biasanya, kecuali kelas yang memiliki jadwal pelajaran di outdoor.
Kaos olahraga bewarna army dengan rambut panjang yang diikat ke atas hingga memperlihatkan leher jenjangnya membuat Nada terlihat lebih cantik hari ini.
Pelajaran olahraga menjadi pembuka materi di kelasnya. Hari ini bukan hanya kelas Nada, tetapi ada kelas 12 IPA 1 yang sepertinya memiliki jadwal yang sama, yaitu Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
"Kaos olahraganya kekecilan nggak?" tanya Rere di sebelahnya yang sedang melakukan pemanasan.
Nada menggeleng. Ia baru membeli kaos olahraganya tadi karena Nada lupa jika hari ini pelajaran olahraga.
"Cuma terlalu pas di badan," jawabnya.
Tadi pagi Rere langsung mengantarnya ke koperasi ketika Nada tidak memakai kaos olahraga saat datang ke sekolah.
Namun, keberuntungan tidak berpihak pada Nada, saat dirinya harus membeli kaos yang bukan ukurannya. Tidak ingin nilainya kosong, Nada terpaksa membelinya.
"Mau tuker sama gue?" tawar Rere.
Nada melakukan jumping jacks sesuai arahan ketua kelas yang memimpin pemanasan di depan sana.
"Thanks. Gue nggak masalah, kok," ujar Nada.
Hubungan di antara keduanya cukup baik. Namun, bukan berarti Nada menerima mutlak kehadiran Rere dalam teritorialnya. Ia hanya mulai terbiasa dengan sikap Rere yang cerewet, keras kepala dan merajuk.
"Kalo lo mau tukeran, gue nggak masalah, Nad," ujar Rere.
Kini mereka berlari mengelilingi lapangan hijau.
"Gue yang masalah, karena gue nggak mau."
Nada meninggalkan Rere di belakang. Ia sedikit menaikkan kecepatan lari kecilnya hingga kini Nada di barisan paling depan.
Tubuh berkulit putih dengan tinggi semampai serta kaos olahraga yang pas di tubuhnya membuat siulan menggoda ia dapatkan dari lelaki yang baru memasuki lapangan.
Ber--cih pelan saat melewati Gama bahkan melemparkan tatapan kesal, Nada malah tidak memperhatikan langkahnya hingga tersandung kakinya sendiri.
Shit!
Hampir saja Nada jatuh jika tidak ada tangan kekar menahan perutnya. Napasnya tercekat saat aroma khas milik seseorang menyapa indera penciumannya.
Jantung Nada menggila di dalam sana. Ia segera berdiri tegak--menjauhkan badannya dari lelaki yang juga memakai kaos olahraga.
"Si Ezar udah curi start aja," goda Gama melirik Nada dari atas sampai bawah.
Rama menutup wajah sahabatnya itu dengan kelima jarinya.
"Ganggu aja lo," keluh Gama menyingkirkan tangan Rama, tetapi Adam menarik kaos Gama lebih dulu untuk menjauh dari Nada.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAZAR [SELESAI]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Hidup Nada menjadi tidak tenang setelah peristiwa dua tahun lalu. Hingga akhirnya memutuskan pindah ke SMA Pancasila untuk menjalankan misi rahasia. Namun, rencananya tidak berjalan dengan mulus. Karena Nada harus ber...