Jakarta, 26 April 2021
Gemerlap lampu serta dentuman musik keras menyambut tamu undangan yang datang dengan pakaian formal.
Bau alkohol menyeruak ke rongga hidung ketika melangkah lebih jauh memasuki ruangan persegi tersebut.
Seorang DJ bersorak heboh ketika para remaja dengan balutan jas serta gaun feminim meliukkan badannya di lantai dansa.
Sedangkan itu, bartender terus menuangkan alkohol dengan kadar cukup tinggi ke gelas bening yang bergantian mengadah—meminta gelas kembali diisi.
Acara utama sudah berlangsung beberapa menit lalu. Berlabel merayakan kelulusan sekolah, nyatanya promnight itu berubah menjadi acara yang penuh gairah serta kebebasan.
Mereka seakan lupa jika setelah lulus SMA bukan berarti masa remaja telah berakhir. Karena setelah lulus, mereka akan menuju gerbang pendewasaan diri. Namun, semua itu sepertinya tidak berlaku di malam penuh kegembiraan itu.
Di bawah pengaruh alkohol, beberapa remaja juga mulai sempoyongan, berjalan ke luar dari ruangan yang merupakan sebuah rumah penginapan di pinggiran kota.
Tentu saja mereka menyewa jauh dari perkotaan, karena untuk menghindari razia kepolisian serta terendus oleh orang tua mereka.
Dari banyaknya remaja yang mabuk, hanya satu remaja masih tersadar. Matanya menelisik enggan kepada teman-temannya yang sudah mabuk dan masih berdansa sembari merapatkan badan satu sama lain. Tidak lupa, teman-temannya juga saling bercumbu dengan penuh gairah seakan lupa jika yang dilakukannya sebuah dosa.
Berdecih malas, lelaki dengan balutan kemeja putih yang lengannya tergulung sampai siku itu berdiri malas—menenteng jas hitamnya.
Angka jarum jam tangannya menunjukkan tengah malam, itu artinya acara telah selesai dan dirinya harus kembali pulang sebelum setan dalam dirinya merasuki dan mengendalikannya.
Namun, baru saja melangkah ke pintu utama, badan seseorang limbung ke arahnya yang sontak membuat ia menahan tubuh ramping dengan tinggi semampai terbalut dress mini ketat serta potongan dada yang rendah.
Wajahnya ia palingkan saat bau alkohol tercium dari bibir gadis itu.
"Rey, gue sayang sama lo," racau gadis itu—mengendus dada lelaki yang menahan kesal terhadapnya.
"Lo mabok, sebaiknya gue antar pulang," ucap Rey.
Merangkul pinggang gadis itu agar tidak terjatuh, Rey menuntunnya ke arah mobil dengan sedikit kesusahan.
Ia bisa saja menggendongnya, tetapi Rey tahu jika itu akan membuat perasaan mantannya semakin salah paham.
"Rey," panggil gadis itu menahan pergerakan langkah keduanya yang sedikit lagi sampai di mobil milik Rey.
Jari-jari gadis itu menyelusuri wajah Rey. Ketika tengkuk Rey ditarik mendekat pada wajah bulat itu, tangannya langsung menepis, lalu menjauhkan diri dengan napas memburu.
"Masuk!" perintah Rey penuh penekanan.
"Gue sayang Rey," racau gadis itu.
"Tapi gue nggak," tandas Rey.
Menghela napas kasar, Rey menarik bahu gadis itu agar menghadap ke arahnya. Ia tidak tahu harus mengucapkan kalimat apalagi untuk menegaskan jika hubungan di antara keduanya sudah selesai beberapa hari lalu sebelum hari kelulusan.
Rey muak dengan mantannya itu. Ia tidak mau mantannya terus membayangi masa depannya dengan bertingkah seperti itu.
"Amanda!"
Bibir Rey yang siap untuk meluncurkan kalimat panjang tertahan saat suara bariton memanggil nama gadis itu.
Rey menoleh ke arah pintu rumah penginapan. Lelaki dengan jas di lengan serta kancing kemeja atas berantakan menghampiri posisinya.
"Ternyata lo di sini," ucap lelaki itu.
Amanda—gadis itu langsung dibawa ke dalam dekapan lelaki pemilik iris abu-abu.
"Genta," gumam Amanda.
"Gue di sini. Kita akan pulang," ujar Genta.
Mengabaikan Rey yang menatap datar pada Amanda, Genta membawa gadis itu memasuki mobilnya tanpa mengucapkan kalimat perpisahan pada Rey.
Rahang Rey mengeras. Ia masih ingat betul kejadian di loker beberapa hari lalu, saat Genta mencium Amanda hingga gadis itu membalasnya. Saat itulah hubungan yang sudah tiga tahun terjalin harus Rey putuskan saat keduanya masih asik berciuman.
"Sial!" desis Rey.
Tidak mudah untuk Rey menerima kenyataan itu, tetapi rasa sakit hatinya karena tahu Amanda sudah lama berselingkuh dengan Genta membuat Rey tersadar jika hubungan mereka memang sudah rusak sejak lama.
"Kita sudah selesai Amanda. Lo sudah mengkhianati cinta kita. Gue membenci lo, selamanya," gumam Rey.
💌
KAMU SEDANG MEMBACA
NAZAR [SELESAI]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Hidup Nada menjadi tidak tenang setelah peristiwa dua tahun lalu. Hingga akhirnya memutuskan pindah ke SMA Pancasila untuk menjalankan misi rahasia. Namun, rencananya tidak berjalan dengan mulus. Karena Nada harus ber...