Sabtu, 31 Desember 2020--17.49 WIB
Setelah melewati semester ganjil pertama, SMA Pancasila meliburkan semua muridnya selama satu minggu. Mereka akan kembali masuk pada dua hari setelah tahun baru.
Hari ini, adalah hari terakhir di penghujung Desember untuk menutup tahun menuju tahun yang baru.
Banyak harapan serta resolusi untuk tahun berikutnya. Hal itu juga diharapkan oleh gadis yang kini duduk di sebuah kafe yang jauh dari rumahnya.
Hidupnya sendiri. Setelah kejadian di depan rumah Ezar, dirinya menghindari siapa pun yang berhubungan dengan lelaki itu termasuk Rere.
Tidak ada kontak fisik maupun komunikasi. Nada benar-benar menjauhi semuanya.
Apalagi ia juga disibukkan belajar serta ujian. Jadi, ia sebisa mungkin menghindari mereka.
"Udah lama?"
Suara berat itu mengejutkannya. Ia menoleh, mendapati lelaki dengan setelan kantor melekat di tubuhnya.
"Lumayan," jawabnya sembari mendengarkan pandangan ke penjuru kafe. Ia memang sengaja memilih tempat di lantai atas, agar lebih leluasa untuk mengobrol.
"Kamu gimana kabarnya?"
"Baik," jawab Nada. Ia mengambil sebuah undangan dari tasnya, lalu menyodorkan pada lelaki tersebut.
Matanya tidak teralihkan dari raut wajah yang sama sekali tidak menunjukkan kebahagiaan.
"Perusahaan juga diundang," ucap lelaki itu. Ia mengembalikan undangan tersebut pada Nada.
Raut wajah Nada berubah datar. "Kenapa nggak bilang?" tanyanya dengan kesal.
"Kalo bilang, maka kamu nggak mau diajak ketemu. I really miss you, sister."
"I know. Tapi pertemuan kita bisa membahayakan rencana aku," ketusnya. "Cobalah mengerti posisi aku, Kak. Undangan ini adalah kesempatan untuk kita menghancurkan keluarga mereka. Ingat, balas dendam untuk keadilan. Malam ini mereka akan berkumpul. Di sana, aku akan membongkar kejahatan mereka. Aku menunggu waktu ini bertahun-tahun. Mencari tahu semua rahasia kebusukannya. Aku rela pindah bahkan pisah rumah sama Kakak. Itu semua demi balas dendam," ucapnya dengan suara nyaris bergetar.
Chandra Satya Adipati--lelaki itu memegang tangan sang adik yang berada di atas meja. Ia bisa mengerti kesedihan yang diderita oleh adiknya.
"Sudah, Nad. Biarkan Kakak yang menyelesaikannya. Kamu harus pulang, pekerjaan udah selesai. Kakak nggak mau kamu kenapa-napa."
Menarik tangannya dari sang kakak. Nada menghapus air mata di pipinya dengan kasar.
"Kesedihan harus dibayar dengan kesedihan. Penderitaan harus dibayar penderitaan. Malam ini, aku pastikan dendam itu terbalas. Bagaimanapun caranya. Nyawa harus dibayar nyawa."
Kemudian, Nada memasukkan kembali undangan tersebut ke dalam tas. Menghabiskan minumannya, ia beranjak pergi meninggalkan sang kakak yang hanya menatap kepergiannya dengan perasaan yang hancur.
Kakak akan membalasnya jauh lebih menyakitkan, Nad. Demi keluarga dan kamu. Kakak akan melakukan apa pun agar senyuman kamu bisa kembali dengan bebas. Tanpa luka dan tanpa air mata.
💌
19.56 WIB
Ezar menendang sepatu hitam mengkilap itu penuh amarah. Sedangkan itu, papanya hanya menggeleng tidak percaya dengan sang putra.
"Segera bersiap Ezar. Papa nggak mau kamu bersikap seperti itu."
"Ezar nggak mau ikut! Papa tahu, kan, kalo sampai kapan pun Ezar membenci keluarga mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
NAZAR [SELESAI]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Hidup Nada menjadi tidak tenang setelah peristiwa dua tahun lalu. Hingga akhirnya memutuskan pindah ke SMA Pancasila untuk menjalankan misi rahasia. Namun, rencananya tidak berjalan dengan mulus. Karena Nada harus ber...