11.37 WIB
Embusan angin gersang menyapa beberapa wajah lesu yang berada di bawah teriknya matahari siang.
Atap gedung yang sudah tidak terpakai menjadi titik pertemuan.
Sebagai dalang dari pesan yang ia kirimkan kepada teman-temannya, Gama sudah menyiapkan tempat untuk menghindari pertengkaran nantinya.
Di sisi barat, ada Viola, Dev, Rima dan Gery. Di sisi Selatan ada Nando dan Fafa. Sedangkan di Utara ada Gama dan Adam. Mereka sudah berkumpul beberapa menit yang lalu. Semuanya hanya menuruti perintah Gama.
Lelaki itu akan menjelaskan jika semuanya sudah berkumpul.
Pintu atap didorong dengan kasar. Membuat pasang mata langsung tertuju ke arah pintu. Di sana, Rama berdiri dengan wajah penuh emosi. Rahangnya mengeras serta tangannya mengepal.
"Sudah gue duga lo juga di sini, bangsat!" geramnya. Sorot mata lelaki itu menatap lurus ke arah Dev.
Belum sempat Rama melangkah lebih jauh, Adam lebih dulu menghalangi lelaki tersebut.
"Minggir, Dam! Atau lo akan terima akibatnya!" ancam Rama.
"Kita di sini sama-sama emosi dengan kenyataan yang sudah terungkap, Ram. Beberapa dari kita juga terpukul. Tapi, Gama udah menjelaskan lewat pesannya, kan, kalau perkumpulan kita sekarang untuk membahas beberapa masalah yang terjadi sama kita. Tolong kerja samanya."
"Gue nggak bisa, Dam! Saat ini gue sudah naik pitam! Mana ada cowok yang rela ceweknya direbut temannya!"
"Mereka sama-sama mau bodoh!" geram Gama. "Kalau Viola cewek mahal, dia nggak akan melakukan itu sama, Dev," selorohnya dengan penuh kekesalan.
"Jaga ucapan lo!" sentak Dev.
"Dev jangan mulai. Gam, cukup."
Gama terkekeh pelan ketika Dev melempar tatapan tajam padanya.
"Ram, tolong." Adam masih berusaha agar Rama mau bekerja sama untuk menurunkan amarahnya.
"Gue belum selesai," ujarnya pada Dev.
"Terserah lo mau mukul gue juga. Karena semua itu nggak merubah apa pun kalau Viola udah selingkuh dari lo," ujar Dev. Ia melirik gadis berbandana dengan penampilan kacau di sebelahnya.
"Viola butuh cowok yang perhatian. Bukan memanfaatkan untuk jadi titik popularitas," lanjut Dev. "Bukannya lo suka Rima dari dulu? Sekarang, masih minat sama dia?"
Gadis yang disebut namanya mendongak. Matanya berkantong, tanda habis menangis.
"Gue nggak butuh dua-duanya," cetus Rama. "Gue hanya marah sama kenyataan, karena pengkhianat di hidup gue adalah orang terdekat."
Melepaskan tangan Adam di bahunya, Rama bergabung bersama Gama. Pandangannya penuh kebencian masih ia berikan pada Viola.
"Karma itu ada," ujar Fafa. "Lo dulu mencintai Rima, sampai lupa kalau ada Viola. Sekarang, Viola bahagia sama pilihannya. Dan lo merasakan jika dikhianati dan nggak pernah dihargai itu menyakitkan."
"Tahu apa lo tentang hubungan? Pelakor nggak akan pernah paham betapa berharganya sebuah hubungan," tekan Adam.
Semua orang menaikkan padangan pada Fafa. Gadis itu tersenyum miring. Ia menyelipkan anak rambut di belakang telinganya, lalu duduk menyandar.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAZAR [SELESAI]
Genç Kurgu𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Hidup Nada menjadi tidak tenang setelah peristiwa dua tahun lalu. Hingga akhirnya memutuskan pindah ke SMA Pancasila untuk menjalankan misi rahasia. Namun, rencananya tidak berjalan dengan mulus. Karena Nada harus ber...