Minggu, 18 Februari 2023 -- 10.18 WIB
Meletakkan beberapa buku yang sudah tidak terpakai di kardus besar serta beberapa benda lainnya, Nada mengembuskan napas lega.
Akhirnya, pekerjaannya telah selesai. Sejak pagi, dirinya sudah berkutat dengan seisi rumah. Asisten rumahnya sedang libur, jadi Nada membersihkan rumah seorang diri.
Candra sedang perjalanan pulang dari Bengkulu, setelah mengurus proyek di sana. Sedangkan itu, Rey sibuk di rumahnya. Lelaki itu sudah berkeluarga, jadi Nada tidak berharap lebih.
"Beratnya," keluh Nada ketika mendorong kardus tersebut ke tangga, lalu mengangkatnya dengan susah payah menuju gudang.
Setelah berusaha keras, akhirnya Nada menyelesaikan tugas terakhirnya.
Menghempaskan badannya di atas sofa, ia menggerakkan sendi-sendi yang terasa pegal.
"Minum es jeruk enak, nih."
Ide bagus terlintas ketika tenggorokannya terasa kering. Bergegas menuju dapur, Nada membuka lemari pendingin, lalu mengeluarkan beberapa buah jeruk dan mulai membuat minumannya.
Ketika Nada selesai membuat es jeruk, bel rumahnya berbunyi. Sepertinya, sang kakak pulang.
"Masuk!" teriaknya.
Ia memasukkan sisa perasan jeruk ke dalam lemari pendingin.
"Katanya pesawat Kak Candra telat, kok, udah sampai aja," ucapnya.
Saat berbalik, Nada dikejutkan dengan sosok yang berdiri di depan meja pantry.
"Kak Amanda nyuruh gue anta brownies pandan kesukaan lo," ujarnya.
Meletakkan bingkisan di meja pantri, lelaki itu menarik kursi di lain sisi.
"Kebetulan gue haus. Berbagi nggak masalah, kan?"
Ezar menarik bibirnya ketika Nada menyerahkan gelas bening berisi es jeruk.
Ini komunikasi pertama kali setelah pulang sekolah waktu itu. Nada yang enggan untuk memulai, dan Ezar yang memilih terbiasa.
Namun, hari ini lelaki itu kini di hadapannya. Entah sengaja takdir memainkan perasaannya atau memang Tuhan menciptakan mereka untuk saling berkaitan.
"Bang Rey ada jadwal ke rumah sakit. Jadi, gue yang diutus ke sini," ucap Ezar.
Nada yang baru meletakkan potongan brownies di piring putih menghentikan pergerakannya.
"Lo cenayang?"
Nada hanya menggerutu dalam hati, tetapi Ezar bisa menebaknya.
"Gue hanya cenayang kalau sama lo," jawab Ezar.
Berdecak malas, Nada memilih duduk di sofa, meninggalkan Ezar seorang diri di pantri. Jaraknya juga tidak terlalu jauh, jadi Nada masih bisa melihat Ezar begitu juga sebaliknya.
"Gue denger-denger dari Bang Rey, kalau lo mau kuliah di Australia. Benar?"
Tubuh Nada menegang. Bukan karena pertanyaan Ezar, melainkan tindakan lelaki tersebut yang sangat cepat. Kini, Ezar duduk di sampingnya dengan merangkul bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAZAR [SELESAI]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Hidup Nada menjadi tidak tenang setelah peristiwa dua tahun lalu. Hingga akhirnya memutuskan pindah ke SMA Pancasila untuk menjalankan misi rahasia. Namun, rencananya tidak berjalan dengan mulus. Karena Nada harus ber...