09.25 WIB
Di lapangan basket indoor, seseorang sedang melampiaskan amarahnya pada bola basket yang terus masuk ke dalam ring--menghasilkan banyak keringat di tubuh dan wajahnya.
Beberapa menit yang lalu dirinya menelepon sang kekasih, berniat meminta maaf karena tidak membelanya. Namun, postingan sang kekasih yang sedang berbelanja di pusat pembelanjaan, menggagalkan niatnya itu.
Rama tidak habis pikir, gadis itu baru saja mengalami masalah besar dan sudah berakhir di pusat pembelanjaan. Sedangkan di sini, dirinya merasa bersalah. Berusaha untuk mengumpulkan niat agar hubungan mereka tidak terganggu.
Jujur saja, ini adalah rahasia yang Rama pun tidak tahu kebenarannya.
"Shit!" desisnya ketika lemparannya meleset.
Bola basket itu terpantul mengenai kaki seseorang yang memasuki lapangan.
Tangan berjam tangan hitam itu mengambil bola tersebut, lalu memantulkannya sembari mendekati posisi Rama.
Mengerutkan dahi tidak mengerti dengan tindakan gadis di depannya itu, bola yang semula akan ia rebut malah dilemparkan ke dalam ring. Nyaris saja tidak masuk karena terus berputar, tetapi Dewi Fortuna sedang berpihak pada gadis itu.
"Sempurna," cetusnya ketika bola masuk dan memantul ke lain arah.
Iris amber itu melirik sinis kepada Rama yang masih setia menatapnya.
"Pergi sana! Jangan ganggu gue!"
Terkekeh pelan, Nada menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Kayak lapangan ini punya nenek moyang lo aja. Suka-suka gue, mau pergi atau nggak."
Mengabaikan Rama yang mendelik tajam padanya, Nada memilih duduk di bangku pinggir lapangan.
Tangannya mengambil susu kotak rasa hazelnut dari kantong plastik beserta cemilan ringan lainnya.
Menyedot hingga tersisa setengah, kepalanya menoleh pada Rama yang ikut duduk di sampingnya.
"Mau?" tawar Nada, tidak berniat berbagi.
Lelaki itu melirik susu kotaknya, lalu kantong plastik.
Mengedikkan bahu tidak peduli, ia meminum susunya sampai habis. Niat untuk memakan cemilannya sudah sirna ketika Rama memperhatikannya.
"Gue perhatikan lo kayak mirip seseorang."
Aliran dalam darah Nada terasa cepat. Jantungnya mulai berdegup kencang. Mengibaskan pelan rambutnya, ia berdeham.
"Enak aja! Lo anggap muka gue pasaran?" tuduh Nada dengan ketus.
Berdecak, Rama mengambil cemilan ringan Nada, lalu memakannya tanpa persetujuan.
"Pencuri," gumam Nada.
"Dunia ini rumit, ya," ucap Rama. "Selalu banyak teka-teki yang datang tak terduga. Banyak kenyataan terungkap ketika hidup mulai serasa tenang."
Nada memilih diam.
"Gue nggak menyangka kalo Viola memiliki rahasia besar yang mengejutkan semua orang termasuk gue." Menghela napas, Rama meletakkan cemilan yang sudah terbuka itu ke tempat semula.
"Gue juga baru tahu kalo ternyata Bokap udah tahu soal ini. Gue juga baru menyadari kenapa Bokap melarang keras hubungan kami. Padahal para orang tua sudah bersahabat sejak lama," lanjut Rama. Lelaki itu menunduk lesu, tanpa menyadari jika sudah berbagi cerita dengan orang asing.
"Biasanya semesta akan menghukum siapa pun yang pernah menyakiti orang lain," ucap Nada. "Semesta juga tahu caranya menghukum agar manusia sadar kalo perbuatannya sudah melampaui batas."
KAMU SEDANG MEMBACA
NAZAR [SELESAI]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Hidup Nada menjadi tidak tenang setelah peristiwa dua tahun lalu. Hingga akhirnya memutuskan pindah ke SMA Pancasila untuk menjalankan misi rahasia. Namun, rencananya tidak berjalan dengan mulus. Karena Nada harus ber...