AULA DAN RAHASIA

529 55 4
                                    

Jumat, 16 Desember 2022 -- 09.57 WIB

Deretan mobil mahal mulai berdatangan memasuki parkiran besar SMA Pancasila siang itu. Hari ini, sekolah mengadakan rapat wali murid secara serentak. Semua murid wajib membawa orang tua mereka untuk datang ke sekolah siang ini.

Gosip yang menyebar seantero sekolah, rapat orang tua kali ini untuk membahas semester pertama akhir yang akan berlangsung Minggu depan menuju penghujung Desember. Tidak hanya itu, rapat ini juga membahas tentang masalah pada muridnya. Sekolah menyebutnya evaluasi setiap semester.

Gedung aula milik sekolah yang luas pun mulai terlihat penuh dipadati para wali murid. Status perekonomian tidak membedakan mereka. Sekolah menata semua kursi sama. Baik kaya atau miskin saling duduk bersebelahan. SMA Pancasila memang terbaik dalam hal itu.

Pihak sekolah tidak mencampurkan tangan orang tua murid dengan sistem mereka. Karena mereka tidak ingin, jabatan yang mereka miliki akan disalahgunakan dan berdampak untuk mengendalikan sekolah nantinya.

💌

10.00 WIB

Di lain sisi, tepatnya koridor utama sekolah, lelaki dengan kepala diperban berjalan beriringan bersama kedua orang tuanya. Dua hari lalu, Rama sadar dari komanya dan hari ini lelaki itu memaksa untuk ke sekolah.

"Kamu beneran nggak papa, Ram?" tanya Maya meyakinkan putra tunggalnya itu.

"Rama udah baikan, kok, Ma," jawab Rama menggenggam tangan mamanya dengan erat.

"Mama kamu khawatir, Ram. Papa juga nggak setuju kamu langsung ke sekolah. Seharusnya, kamu istirahat di rumah. Rapat juga cuma sampai siang," imbuh Raden di sebelahnya.

"Rama beneran nggak papa, Pa. Tenang aja."

"Yaudah, kamu ikut ke aula aja, ya. Duduk di kursi belakang sama murid lainnya. Jangan keluyuran," pinta Maya.

Melihat wajah mamanya yang penuh kekhawatiran, Rama pun mengangguk. "Oke. Rama akan ikut kalian," jawabnya.

Raden dan Maya tersenyum. Mereka merangkul punggung Rama--beriringan menuju aula.

💌

10.00 WIB

"Jangan buat masalah selama rapat, Viola," pesan Vicky ketika menaiki beberapa anak tangga menuju aula besar. Di sebelahnya ada sang istri yang menggandengnya.

"Iya, Pa. Tenang aja," sahut Viola. Entah sudah berapa kali papanya terus mengatakan kalimat itu.

"Papa tahu ini pasti akan ada pembahasan soal kasus kamu kemarin. Apalagi kata sekolah kamu sempat membuat kekacauan terhadap murid lainnya karena Rama. Come on, Vio. Papa sedang berusaha menghancurkan keluarga mereka, tolong jaga sikap."

Viola menghentikan langkahnya. Ia menoleh ketika mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Ada keluarga Rama yang baru masuk ke aula. "Kayaknya Viola berubah pikiran," ujar Viola.

"Maksud kamu?"

"Viola akan memanfaatkan Rama dulu, baru mencampakkannya," jawab Viola.

"Viola!" tegur Revi--ibu sambungnya.

"Kenapa, Ma? Mereka udah jahat sama aku. Mama harus dukung Viola."

NAZAR [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang