07.03 WIB
Memasuki koridor utama bersama sang kekasih, gadis berbandana kuning tersebut bersenandung pelan.
Rama di sampingnya mempererat genggaman tangan keduanya. Senyuman lelaki itu terbit ketika melihat wajah cantik Viola yang berseri-seri pagi ini.
"Sayang, nanti ke kantin bareng, ya," ucap Viola.
Kaki keduanya mulai menaiki undakan tangga menuju lantai dua.
"Mau dijemput atau ditunggu?"
Viola nampak berpikir. "Jemput, dong. Tuan putri ini harus dikawal. Nanti kalo ada yang culik aku, kamu nangis," jawab Viola.
Terkekeh pelan. Tangan lelaki itu mengusap puncak kepala, lalu mengacaknya pelan.
"Rama! Jangan diacak-acak! Kusut tahu!" keluh Viola.
"Habisnya kamu gemesin."
Semburat merah menghiasi wajah Viola. Kekasihnya itu memang suka sekali menggodanya. Meskipun, Rama nyebelin, tetapi Viola sangat sayang.
Baru saja mereka akan menaiki lantai tiga, tiba-tiba beberapa siswi menatap penuh intimidasi pada Viola.
Menyadari akan hal itu, Viola menghampiri kedua siswi yang diketahui murid dari kelas sebelahnya.
Melihat itu, Rama berniat menyusulnya, tetapi langkahnya terhenti ketika kegaduhan terdengar dari lantai atas.
Beberapa rombongan siswi angkatannya terlihat buru-buru menuruni anak tangga.
Sedangkan itu, Viola masih beradu pendapat dengan kumpulan murid lainnya.
Viola yang tidak menyadari massa datang dari arah belakang, melemparkan banyak gumpalan kertas serta botol kosong.
"Woi! Apa-apaan, sih?!" teriak Viola.
"Dasar murahan!"
"Gimana nggak murahan kalo nyokapnya juga murahan!"
"Lo kira dengan status sebagai pacar Rama buat lo dipandang baik! Cih! Kita sebagai murid di kelas lo merasa malu!"
"Ternyata dia anak dari pelakor!"
"Bokapnya tukang selingkuh!"
"Anak sialan!"
"Cewek murahan!"
"Anak haram!"
"Nyokapnya pelakor!"
Mata Viola memanas ketika umpatan itu ia terima. Hatinya terasa diremas-remas. Matanya mencari kemana Rama, tetapi banyaknya massa yang mengerubungi dirinya menyulitkan Viola untuk menemukan sosok kekasihnya.
Viola butuh Rama. Ia butuh perlindungan.
"Heh! Anak haram!"
Pandangan Viola menajam saat gadis berambut sepunggung memanggilnya dengan cara seperti itu.
Fafa Alneta adalah sahabat Rima. Gadis itu berdiri di tengah-tengah massa yang berkumpul mengelilingi dirinya.
"Setelah rahasia lo terbongkar, masih berani muncul di Pancasila, hah? Dasar anak haram!"
"Stop! Jangan panggil gue anak haram. Gue bukan anak haram!"
"Oh, ya? Lo mau coba mengalihkan kenyataan." Fafa melangkah pada Viola, mendorong bahunya dengan kuat, hingga Viola terjerembab ke lantai tanpa menduga perlakuan gadis itu terhadapnya.
"Bangsat, lo!" Ketika Viola berniat bangun, sebuah tamparan mendarat di pipi mulusnya.
Baru kali ini Viola direndahkan. Biasanya Viola selalu dipuji, kini dirinya harus menerima bullying yang bahkan ia tidak tahu kenyataan sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAZAR [SELESAI]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Hidup Nada menjadi tidak tenang setelah peristiwa dua tahun lalu. Hingga akhirnya memutuskan pindah ke SMA Pancasila untuk menjalankan misi rahasia. Namun, rencananya tidak berjalan dengan mulus. Karena Nada harus ber...