Edwan menatap semua berkas yang ada di atas meja kerjanya itu, waktu terus berputar dan setumpuk kertas itu kian banyak. Pria itu mengusap wajah kasar, hari ini ia ada janji untuk menemui meiza, sebab dirinya dan meiza harus fitting baju pengantin. Dan pekerjaannya belum selesai
Ajeng tidak habisnya menelpon dirinya. Wanita paruh baya itu terus saja menyuruhnya pulang unutk menjemput meiza
"Iyya halo ma"
"Kamu ini gimana sih, dari tadi tuh mama nungguin kamu nggak muncul-muncul"
"Ma, perkejaan aku masih banyak. Apa nggak bisah besok ajah?"
"Nggak bisah Edwan, pokoknya mama nggak mau tau kamu harus datang sekarang juga di butik Tante mu"
"Ma-"
Belum selesai Edwan berbicara Ajeng sudah lebih dulu mematikan sambungan telponnya. Lagi lagi Edwan mendengus kesel. Sebelum kembali di teror oleh mamanya. Edwan meninggalkan kantor menuju butik meiza untuk menjemput wanita itu
Sesampainya di sana. meiza langsung masuk di dalam mobil BMW milik Edwan kala Maya mengatakan jika pria itu sudah datang.
Meiza sesekali melirik Edwan, pria itu nampak menahan amarahnya terlihat jelas dari raut wajah dan juga caranya yang membawa mobil, ngebut.
"Kamu kenapa sih. Bawa mobil ngebut!"
Edwan sadar apa yang di lakukannya, pria itu memelengkan laju mobilnya" maaf"
"Kalau ada masalah, cerita ajah siapa tau aku bisa bantu"
Pria itu melirik meiza lalu mengangguk" hanya masalah kantor" ujarnya dingin, pria itu masih saja bersikap dingin pada Meiza
Meiza mendengar kesel mendengar jawaban Edwan, pria itu masih saja dingin nan cuek, meiza menyesal menwarkan Edwan untuk membagi masalah padanya
Mereka akhirnya sampai di butik Yang di katakan Ajeng tadi. Di sana sudah ada Sifa dan Ajeng duduk sambil berbincang dengan pemilik butik itu
"Akhirnya kalian datang juga" ujar Ajeng
"Kenapa kalian lama sekali sih?" Tanya Sifa menatap putrinya tajam
"Astaga ma. Mama kaya nggak tau Jakarta ajah, macet" kesel meiza
Meiza di tuntun oleh sang pemilik butik Untuk mencoba beberapa gaun pengantin. Dan pilihan meiza jatuh pada baju putih tulang terlihat elegan, mewah tapi tak ribet. Edwan juga memilih toxedo yang setara dengan gaun meiza. Sangat cocok.
Untuk kali ini meiza tidak memakai rancangannya karna permintaan calon mertua dan mamanya
Setelah acara memilih baju. Orang tua meiza dan edwan pulang lebih dulu menggunakan taxi, edwan ingin mengantar kedua wanita paruh baya itu. Tapi keduanya menolak
Meiza sudah duduk di salah satu cafe yang ada dalam mall, sambil menunggu Edwan yang katanya pergi ke toilet tapi tak kunjung datang. Hal yang paling menyebalkan adalah menunggu
"Meiza yah" ujar seseorang membuat meiza mendongak menatapnya
"Ah Iyya, demon"
"Wah apa kabar za?" Mereka saling berjabat tangan, setalah sekian lama mereka baru bertemu lagi. Demon teman dekat meiza semasa kuliah dulu
"Alhamdulillah baik dem, kalau kamu"
"Yah baik juga za"
Kedua manusia itu duduk saling berhadapan, berbincang satu sama lain bahkan sampai tertawa
"Pulang" suara berat mengalihkan tatapan meiza. Wanita itu beranjak dari duduknya saat Edwan datang
"Edwan kenalin ini demon teman aku dulu waktu kuliah" keduanya saling berjabat tangan. Saling melempar senyum walaupun Edwan hanya senyum paksa sebab pria itu memang seperti ini jarang senyum
"Aku duluan yah dem, sampai ketemu di lain waktu" pria itu hanya menganggapi meiza dengan senyum dan anggukan kepala
Meiza duduk di kursi samping Edwan. Lagi lagi pria itu nampak menahan kessel, bahkan kekesalan yang tadi belum Redah di tambah lagi kedaakan sekarang
"Kamu kenapa lagi?" Tanya meiza hati hati
"Aku nggak suka liat kamu berduaan dengan pria lain"
"Diakan cuma teman aku"
"Sekali pun itu"
Meiza menghela nafas" baik lah. Dasar posessif"
Edwan mengelus rambut panjang meiza" aku tidak suka berbagi. Milikku akan tetap milikku tidak ada yang boleh menyentuh sedikit pun" kali ini pria itu bersikap manis pada meiza
Pipi meiza memerah. Bisah kah ia berteriak di depan edwan kalau ia baper dengan ucapan pria itu. Edwan memang bukan pria romantis tapi kelakuannya itu sudah membuat meiza ingin terbang
Begitupun dengan Edwan. Ia tak pernah sedekat dengan perempuan mana pun selain evalina, saat orang tuanya mengatakan akan menjodohkan dirinya, pria itu sudah tak lagi melirik perempuan manapun bahkan ia menutup hatinya. Dan Edwan akan membuka hatinya setelah menikah dengan meiza nanti
🌾
Meiza berada di kediaman makcymilliane. Dengan paksaan dari evalina, meiza baru tau kalau sahabatnya satu itu tak lama akan menikah juga, yah sekitar dua bulan lagi wanita itu akan menikah.
Keluarga Edwan sangat baik kepadanya, sebab dari dulu keluarga meiza dan edwan memang saling mengenal dekat, sehingga keluarga makcymilliane sangat mengenal meiza
Di rumah ini meiza membantu calon mertua dan juga calon kakak iparnya untuk memasak makan malam. Soal memasak meiza tak perlu di ragukan lagi
Selama di sini meiza lebih banyak tau tentang pria itu, sebab sadari tadi evalina terus saja mengoceh tentang pria itu. Mulai yang di sukai Edwan hingga tak di sukai.
Edwan lebih suka makan telur mata sapi yang matang, tidak suka makan yang terlalu manis, suka minum susu Tampa rasa. Meiza mengangguk kala evalina mengatakan itu. Pria dingin itu suka sekali dengan namanya kebersihan, yang berhigenis, tidak suka makan sembarangan.
Meiza hanya tersenyum Canggung, untung saja dirinya bisa masak sehingga ia tak malu maluin dirinya. Meiza membantu menghidangkan makan malam Yang sudah siap di atas meja. Edwan dan omari serta Zayn sudah datang dari tadi. Omari duduk dengan tenang di meja paling ujung sebab ia kepala rumah di sini. Sedangkan Zayn pria itu duduk di sebelah kanan omari
Sedangkan Edwan sejak pria itu datang dari kantor, meiza tak melihatnya
"Edwan kemana? kenapa anak itu Belum juga turun makan malam?" ujar ajeng
"Sebentar lagi datang kok ma" jawab luna
"Nah itu dia datang" tunjuk evalina
Malam ini keluarga Edwan dari Papah dan mamanya datang dari luar negri. Karna kebanyak keluarga Edwan tinggal di sana ada juga dari suku Bugis Makassar, Sulawesi Selatan. Sebab Ajeng keturunan orang Bugis, tidak salah jika wanita itu sangat mahir dalam berbahasa Bugis
Sama seperti meiza ia lahir di tanah Bugis walaupun ia tak memiliki keturunan darah Bugis, orang tuanya pernah tinggal di Soppeng, Sulawesi Selatan cukup lama sehingga meiza lahir di sana
Meiza tidak terlalu mahir berbahasa Bugis. Tapi ia paham jika orang lain menggunakan bahasa itu.
Makan malam yang di penuhi canda tawa, meiza bersyukur akan hal itu, bersyukur punya calon mertua seperti Ajeng yang penyayang sekaligus tegas dalam hal mendidik anak. Luna juga sangat ramah padanya, wanita keturunan Sunda itu belum juga di karuniai seorang anak padahal ia sudah menikah 1 satu tahun yang lalu. Dan Ajeng tidak mempermasalahkan Soal itu. Wanita paruh baya itu selalu mengatakan mungkin Tuhan belum kasih tanggung jawab kepada menantu pertamanya
🌾
Vivi arvina damayanti
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced to get married ( Sudah Terbit )
Lãng mạn#Makcymilliane the series 1 ( Sudah terbit di guepedia, tersedia di toko buku online atau langsung pesan di guepedia ) Meiza manuver hidupnya selalu dikelilingi dengan kebahagiaan dan kekayaan, tetapi itu dulu sebelum dirinya di jodohkan dengan soso...