27| Dead erza

289 9 1
                                    

Meiza hanya bisa menatap putrinya yang masih terbaring lemah di brangkas rumah sakit, gadis kecil itu nampak pucat, mata dan mulutnya tertutup rapat, bahkan tidak ada tanda-tanda membuka mata indah itu.

Wanita itu kadang mengelus kepala dan lengan putrinya, sudah dua hari kehilangan airhel dan dua hari itu juga ia hanya bisah menangis dan menangis, bahkan Edwan sangat khawatir melihat keadaan istrinya yang tidak mau makan walaupun sedikit saja.

Air mata meiza tak henti hentinya mengalir, bahkan semua keluarganya sudah memberikan dukungan tetap saja wanita itu diam dan melamun, bahkan kedua putranya ia tidak pedulikan lagi. Yang ada dalam pikirannya hanya kesembuhan erza dan kembalinya airhel.

"Sayang kamu harus makan, sudah dua hari kamu belum makan"

Wanita itu hanya menggeleng saat suara edwan menyapa telinganya, meiza tidak mengubirs perkataan siapapun, ia tidak ingin meninggalkan tempat duduknya kecuali buang air kecil,

"Meiza"

"Aku tidak mau, hiks.. hiks.." kembali air matanya mengalir deras, tanganya menggenggam tangan mungil putrinya

Edwan hanya bisah mengehela nafas berat, pikirannya bercabang, semua orang suruhan Edwan sudah mencari putrinya tetapi mereka belum juga menemukan tanda-tanda keberadaan gadis cilik itu.

Ajeng dan Sifa bergantian datang ke rumah sakit menjenguk cucunya dan melihat juga keadaan Meiza yang tidak lama lagi wanita itu akan jatuh sakit.

Kedua wanita paruh baya itu juga bergantian mengurus Alvin dan Alfar, kedua putra Edwan tetap melaksanakan kegiatannya, belajar dan sekolah walaupun tidak ada semangat di antara keduanya.

Sifa datang menemui meiza dan erza, wanita itu membujuk putrinya untuk makan

"Meiza makan dulu nak, kalau kamu sakit siapa yang menjaga erza, suami dan papahmu tengah berusaha mencari airhel nak"

Lagi-lagi ucapan sifa tidak di gubirs oleh meiza, wanita itu tetap akan pendiriannya, diam mematung seperti patung, dan air mata yang terus mengalir bagaikan sungai.

Sifa Mengusap punggung meiza, ia merasa kasihan melihat putri semata wayangnya yang harus menanggung beban berat, masalahnya terus datang silih berganti.

"Kamu harus kuat nak, berdoa lah semoga putrimu cepat sembuh dan segera di temukan"

Meiza menghabiskan waktunya di rumah sakit yang hanya bisa berdiam diri, menatap wajah pucat gadis itu, ia tidak memiliki semangat hidup lagi saat kedua putrinya mendapatkan cobaan berat, kalau boleh di tukar. Ia ingin menukar dirinya dengan erza yang masih setia berbaring di rumah sakit, dengan selang infus di tangan kirinya, bahkan alat pembantu pernafasan masih melekat di hidung gadis itu.

🌾

Keadaan edwan tidak jauh berbeda dengan keadaan Meiza saat ini, pria itu berdiri di dalam kantornya tepat di lantai 128, dimana ruangannya berada. Ia berdiri mengahadap ke arah jendela tanganya di masukan ke dalam saku celana, matanya tertuju pada keindahan kota new York, tapi pikirannya bercabang, bebannya semakin bertambah.

anak bungsunya belum di temukan sampai saat ini padahal ia sudah menyewa detektif profesional, seluruh anak buahnya ia arahkan tapi tanda-tanda ditemukan putrinya belum juga muncul, belum lagi istrinya yang tidak mau makan selama dua hari belakangan ini, dan yang terakhir erza belum ada tanda-tanda untuk membuka matanya.

Edwan rasanya ingin gila, bahkan kedua putranya ia jarang berinteraksi, beruntung ada kedua orangtuanya yang masih membantu dirinya mengurus putranya itu.

Forced to get married ( Sudah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang