Bagian Satu

94.3K 4.5K 328
                                    

Selamat datang di lapak baru.

Mari kita berkenalan dengan si unik, Fisika Ayuwangi.

Nah, namanya saja sudah keren, apa lagi orangnya.

Kalian nanti akan dibuat senyum-senyum dan geli sendiri dengan sesosok yang bernama Fisika.

Kalian juga pasti gemes sama Pak Abimanyu.

Maka dari itu untuk pembukaan, berikan vote dan komen yang banyak.

Biar saya update semangat. Biar kalian yang baca semangat. Biar Fisika yang ngebucin juga semangat.

Let's play💃

"Baiklah, saya langsung ke intinya saja. Kenapa kamu menjambak rambut Venta?"

"Dia mengganggu pemandangan saya, Pak."

Oke, itu alasan yang terdengar tidak masuk akal. "Fisika Ayuwangi, tolong jangan main-main."

"Saya serius, Pak Abi." Fisika mengepalkan kedua tangannya erat-erat. "Tapi ... ada alasan yang lebih kuat lagi kenapa saya mengganggu Venta."

"Apa itu?"

"Saya sengaja masuk ruang BK supaya bisa bicara berdua sama Bapak. Supaya bisa memandangi wajah Bapak dari jarak dekat dan akan semakin mengagumi ciptaan Allah yang maha sempurna ini."

Kening Pak Abimanyu mengkerut, lebih tepatnya tidak paham. Fisika Ayuwangi ini siswi kelas XII IPA 4, ia sering keluar-masuk ruang BK karena mengganggu adik kelas. Mulai dari mendorong, melabrak, sampai menjambak rambut. Alasannya tidak lain dan tidak bukan; mengganggu pemandangan. Alasan terbaru; sengaja masuk BK supaya bisa bicara dan menatap wajah Pak Abimanyu dari jarak dekat. Benar-benar sulit dimengerti.

"Ini pertanyaan yang kesekian dari yang kesekian." Pak Abimanyu menegakkan punggung kemudian menatap lekat pada Fisika. "Kenapa saya jadi alasan kuat kamu?"

"Karena saya suka Bapak."

Pak Abimanyu hampir tersedak ludahnya sendiri. "Maksudnya?"

"Iya, saya suka Bapak," ulang Fisika untuk mempertegas. Badannya semakin condong ke depan. "Sedari pertama Bapak menginjakkan kaki di sekolah ini, saya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Hari-hari selajutnya saya sering memandangi Bapak dari kejauhan. Sering berbuat masalah hanya untuk menarik perhatian Bapak. Dan sekarang saya baru berani mengungkapkan perasaan saya."

Awalnya Pak Abimanyu tertegun mendengar penjelasan panjang lebar Fisika, tetapi setelah tersadar, Pak Abimanyu berdehem kemudian memperbaiki letak kacamatanya.

"Begini, Fisika, saya ini guru ka–"

"Saya tau, Pak, dan saya tidak keberatan dengan hal itu."

"Kamu masih kel–"

"Saya juga tau dan saya tidak peduli, Pak."

Menarik napas dalam, Pak Abimanyu memejamkan matanya sejenak. "Fisika, dengarkan dulu saya bicara."

"Oke, silakan," ujar Fisika, kedua tangannya bersedekap di dada. "Jangankan mendengar Bapak bicara, menjadi ibu dari anak-anak Bapak saja saya bisa."

Pecah tawa Pak Abimanyu. Yang benar saja, laki-laki berusia 28 tahun sepertinya digombali anak bau kencur? Pak Abimanyu menggeleng tidak habis pikir.

"Saya tidak bermaksud menjadikan perasaanmu sebagai lelucon, Fisika. Tidak sama sekali. Hanya saja, saya ingin memberi sedikit nasihat. Akan jauh lebih baik sekarang kamu fokus dengan pendidikan. Kamu sudah kelas XII, soal percintaan dan semacamnya sama sekali tidak penting saat ini."

Mengejar Cinta Pak Abimanyu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang