Ekstra Part Satu

39.1K 2.4K 52
                                    

Abis update tadi malam, deket kostku kebakaran😭

Saking paniknya aku cuma lari bawa ponsel. Terus balik lagi ambil laptop sama dompet😭

Sumpah pertama kalinya ngalamin kayak gitu. Badan gemeteran sampe dada sakit gara-gara kaget😭

"Ini masakan pertama Ika sebagai seorang istri. Silahkan dinikmati."

"Terima kasih." Abimanyu mengambil sendok lalu mengaduk sotonya. "Ada sambal?"

"Ada. Tapi, jangan banyak-banyak, ya. Ini masih pagi, nanti sakit perut."

Setelah menyodorkan wadah sambal, Fisika duduk tepat di samping Abimanyu. Dan bukannya makan, Fisika malah bertopang dagu menatap Abimanyu lekat sambil senyum-senyum sendiri.

"Kenapa?" Abimanyu urung menyuap soto. "Ika tidak makan?"

"Makan, kok, cuma ... Ika mau lihatin Mas Abi. Seneng aja, gitu ..."

"Ya sudah, jangan lama-lama. Nanti sotonya dingin dan tidak enak dimakan." Satu kali menyuap, Abimanyu kembali melirik Fisika dan berakhir tersenyum. Begitu seterusnya sampai soto di mangkok hampir tandas dan hanya menyisakan kuah saja. "Apa masih ada lagi?"

"Mas mau nambah? Ika emang sengaja masak banyak-banyak. Siniin mangkoknya biar Ika ambilin."

"Iya. Porsinya Mas minta ditambah sedikit dari yang awal. Terima kasih."

Tatapan Abimanyu mengintili punggung Fisika. Mulai dari mengambil soto lalu kembali ke meja makan tidak luput dari pengamatan. Daster rumahan yang dikenakan Fisika terlihat berkibar seiring langkahnya terayun.

"Nih. Jangan kasih sambal lagi."

"Sedikit saja."

"Ya sudah. Jangan banyak-banyak kalo gitu."

Abimanyu tersenyum tipis sebagai jawaban. Makan kembali dilanjutkan, kali ini Fisika juga menghabiskan sotonya yang sudah dingin. Tidak ada percakapan, hanya denting sendok yang beradu dengan mangkok dan garpu.

Usai sarapan, Abimanyu bantu membereskan meja makan sedangkan Fisika mencuci piring. Abimanyu juga menawarkan menjemur pakaian sementara Fisika sibuk membersihkan bagian dapur.

Tepat pukul sepuluh, pekerjaan keduanya selesai dan Fisika mengajak Abimanyu duduk di teras belakang. Ditemani teh hangat dan juga setoples keripik pisang.

"Mas, tanah di sini 'kan masih kosong. Gimana kalau Ika tanami tomat, cabe, kangkung, sama singkong?"

Abimanyu tergelak kencang mendengarnya.

"Lho, kenapa? Nggak ada yang lucu, kok."

"Mas kira kamu mau menanamnya dengan bunga."

"Ika memang suka sama bunga, tapi bunga nggak bisa dimasak. Nah, yang paling penting 'kan sayur. Kalau subur dan berbuah, kita nggak perlu beli lagi. Tinggal metik aja."

"Mas terserah Ika saja."

"Siap! Ih, mantul banget suami Ika. Jadi gemas." Fisika mencubit pelan lengan Abimanyu lalu tertawa. "Diminum tehnya, Mas. Ika bakalan ngomong lagi, lho."

Setelah menyesap tehnya, Abimanyu tersenyum. "Rasanya pas. Terima kasih."

"Cium dulu, dong." Fisika menyodorkan wajahnya. "Terserah deh di mana."

Kedua tangan Abimanyu langsung merangkum wajah Fisika. Kecupan mendarat di kening, pipi kanan dan kiri, terakhir di bibir.

"Ya Allah, rasanya mau sayang-sayang aja sekarang, ketimbang ngomong." Pipi Fisika bersemu merah dan itu bertolak belakang dengan ekspresi cemberutnya. "Tapi, nanti Ika lupa."

Mengejar Cinta Pak Abimanyu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang