Bagian Dua Puluh

30.3K 2.3K 25
                                    

Jam 00.29 dan aku baru selesai ngerjain tugas🙂

Fisika membuat minuman sambil senyum-senyum sendiri. Di ruang tamu sana ada Papa, Mama, dan ... Pak Abimanyu. Laki-laki kesayangan Fisika itu benar-benar bertamu. Meskipun baru menginjakkan kaki sudah mendapat pelototan dari Mama, tapi Pak Abimanyu tidak gentar.

Ah, memang calon imam yang mantul. Fisika jadi semakin yakin kalau Pak Abimanyu memang layak menjadi suaminya.

Selesai semuanya, Fisika langsung membawa minuman ke ruang tamu. Atmosfernya membingungkan. Di sisi kanan, Papa ngobrol santai dengan Pak Abimanyu, di sisi kiri Mama dengan raut tidak suka dengan kehadiran Pak Abimanyu.

Fisika jadi menghela napas sendiri. Dasar ibu-ibu keras kepala.

Dengan anggun dan hati-hati, Fisika meletakkan masing-masing minuman di depan Papa, Mama, dan Pak Abimanyu. Baru Fisika akan mendongak, melontarkan senyum termanisnya untuk Pak Abimanyu, seruan dari Mama menyentak Fisika.

"Habis ini langsung masuk ke kamar! Mau UAS, kan? Lebih baik belajar sana!"

Untuk sesaat, Fisika memberengut. Tapi, saat teringat ucapan Pak Abimanyu yang menyuruh Fisika jadi anak pintar dan penurut, mau tidak mau Fisika merubah ekspresinya. Fisika tersenyum lembut kemudian menoleh pada Mama.

"Iya, Ma. Kalo gitu, Ika pamit ke kamar. Silahkan dinikmati tehnya, semoga suka."

Fisika menunduk sopan di depan Papa dan Mama lalu secepat kilat memberikan kedipan pada Pak Abimanyu. Setelah itu, Fisika melangkah ke kamar sambil mengulum senyum. Dalam hati, Fisika berbisik, "Semangat, calon imamnya Ika. Semoga cepat meluluhkan calon mertua dan segera mendapat restu. Aamiiiin."

***

Minggu pagi ini, Papa yang biasanya santai di hari libur sudah rapi dengan kemeja dan celana kainnya. Fisika yang baru selesai dengan pekerjaan rumah jadi terheran-heran sendiri.

"Tumben sudah rapi? Mau ke mana, Ganteng?"

Papa sedang memasang jam tangannya dan tertawa. "Hari ini Papa ada kencan. Anak Papa cepat mandi."

"Lho, kenapa?"

"Papa mau kencan sama Ika." Sebelah mata Papa mengedip, penuh rahasia. "Kita perlu membahas PR yang Papa kasih beberapa malam lalu sama kamu."

Fisika berkedip penuh tanya. "Sama ... Mama?"

"Tidak. Mamanya di rumah dulu. Cepat, Nak, nanti jalanan semakin macet."

"Oh ... oke." Walaupun masih bingung, Fisika memilih menuruti perintah Papa. Fisika pergi ke kamar. Langsung mandi, berpakaian, juga berdandan. Setelah itu, Fisika menghampiri Papa yang menunggu di ruang tamu.

"Sudah?"

Fisika mengangguk.

Papa langsung bangkit, mengamit lengan Fisika lalu keduanya keluar bersama-sama. Di depan, mereka bertemu dengan Mama yang kali ini sibuk mengurus bunga-bunganya.

"Ma, Papa sama Ika pergi dulu."

Mama buru-buru mencuci tangan lalu salim sama Papa. "Iya. Tolong dinasehatin anaknya, Pa. Pokoknya, Mama mau Ika kalau pulang otaknya sudah benar."

Papa tertawa sedangkan Fisika mengerucutkan bibir. Dengan tampang cemberut, Fisika ikut menyalami Mama.

"Kayak otak Ika miring aja," gerutunya.

Mama yang mendengar langsung melotot. Beruntung, Papa lebih dulu menengahi. Papa langsung menyeret Fisika memasuki mobil. Keduanya pergi setelah membunyikan klakson satu kali.

Mengejar Cinta Pak Abimanyu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang