Bagian Delapan

28.8K 2.3K 52
                                    

Fisika menyiram air yang sudah dibacakan surah yasin ke atas gundukan tanah. Secara vertikal, berulang-ulang sampai airnya habis. Setelah itu ia mengusap batu nisan yang warnanya sudah memudar.

"Mbak, hari ini saya minta izin kencan berdua sama Pak Abi. Jangan muncul tiba-tiba, ya. Cukup ikut senyum dan pantau kami dari atas sana. Doakan semoga lancar. Doakan juga semoga Pak Abi mulai jatuh cinta sama saya." Terakhir Fisika meletakkan bunga mawar putih di dekat batu nisan. "Saya pamit pulang dulu. Assalamualaikum."

Bergegas Fisika keluar dari TPU, menuju tempat di mana scoopy merahnya parkir. Sebelum memacu motor Fisika melihat jam di pergelangan tangan, ternyata masih pukul delapan. Ada waktu sekitar satu jam lagi sebelum janji temu. Itu sangat cukup untuk melakukan jambe-jambe ke diri sendiri, supaya Pak Abimanyu langsung klepek-klepek di detik pertama mereka bertatapan nanti. 🤭

***

Fisika mengenakan skirt jeans selutut dipadu dengan kemeja sifon motif kotak-kotak warna hitam-putih. Untuk kaki ia menggunakan flat shoes senada dengan warna rok. Merasa sudah siap, Fisika mengambil tote bag kemudian keluar kamar dengan ekspresi luar biasa ceria.

Saat melewati ruang tamu, Fisika berhenti sebentar hanya untuk berpamitan pada mama.

"Ika jalan dulu, Ma." Tidak lupa Fisika mencium punggung tangan, pipi kanan dan kiri mama. "Ada yang mau dibeli? Biar pulang nanti Ika bawain."

"Mama lagi ngidam martabak manis, Ka. Beliin tiga kotak, ya."

Fisika melontarkan tatapan kaget. "Ma, Ika nggak mau punya adek!"

"Terserah Mama, dong. Orang yang hamil Mama, kok situ yang protes?" Mama mendorong-dorong Fisika. "Berangkat sana! Martabaknya jangan kelupaan, kalau sampai kelupaan, Mama kunciin kamu."

"Iya-iya." Dengan bibir mengerucut, Fisika beranjak dari ruang tamu.

Sekarang Fisika memesan ojek online karena pulangnya nanti ia minta diantar Pak Abimanyu saja. Pokoknya Fisika sudah menyiapkan seribu alasan kalau-kalau Pak Abimanyu mulai menunjukkan gelagat ingin menolak.

Ia dan Pak Abimanyu akan bertemu di salah satu cafe dalam mall. Perjalanan yang ditempuh sekitar 15 menitan dan Fisika-lah yang lebih dulu sampai di tempat janjian.

Sambil menunggu Fisika memesan vanilla latte karena merasa haus. Bertepatan dengan pesanan tiba, Pak Abimanyu datang dengan penampilan yang mengesankan. Mata Fisika langsung berbinar-binar, senyumnya otomatis mengembang lebar sampai ke telinga. Kentara terlihat senang sekalipun doinya terlambat dari waktu yang dijanjikan.

"Subhanallah, Maha Suci Allah dalam menciptakan makhluk yang bernama Abimanyu Ahsan ini." Dua tangan Fisika mendadak menangkup wajah, merasa malu sendiri padahal hanya sebatas memandang saja. "Sebaik-baiknya perhiasan adalah suami yang sholeh. Yuk, cepat halalin saya, Pak."

Kekehan Pak Abimanyu keluar tanpa bisa ditahan. Padahal ia baru mendaratkan bokong di kursi, tetapi sudah mendapat gombalan semanis gula Jawa dari gadis ajaib bernama Fisika.

"Sepertinya kamu mabuk kafein."

"Bukan, saya mabuk cintanya Bapak."

Untuk menutupi senyum geli, Pak Abimanyu mengusap wajah sampai memerah. Biasanya ia bisa menyangkal gombalan Fisika. Namun, untuk kali Pak Abimanyu kehilangan kata-kata. Mati gaya karena kadar gombalan Fisika terlalu tinggi. Sulit diturunkan, apa lagi dialihkan.

"Kalau begitu saya pesan dulu."

"Silakan. Sekalian pesenin buat saya seperangkat alat sholat yang dibayar tunai oleh Bapak." Fisika menopang dagu dengan sebelah tangan, matanya mengedip centil. "Surah Ar-Rahman juga kalau sanggup."

Pak Abimanyu buru-buru melipir ke kasir untuk menghindar, sementara Fisika terbahak di tempat duduknya. Diam-diam Fisika mau muntah saat kembali mengingat semua yang ia ucapkan. Sungguh ia tak berencana menggombali Pak Abimanyu. Kata-kata itu meluncur keluar tanpa diminta. Mungkin benar kata Pak Abimanyu, Fisika memang mabuk kafein.

***

Orang-orang terlihat fokus menikmati film yang diputar, sementara itu Fisika justru terpaku menatap samping kanan, di mana ada Pak Abimanyu yang terlihat serius menatap depan.

Menurutnya semenarik atau seromantis apa pun film Habibie & Ainun 3, tetap wajah menawan Pak Abimanyu tidak bisa dilewatkan begitu saja. Alis yang tebal, hidung perosotan yang mancung, bibir yang merah alami, serta dagu yang sedikit belah, adalah pemandangan yang sangat-sangat menggoyahkan iman. Membuat Fisika tidak tahan ... tidak tahan untuk memiliki secara halal, maksudnya.

Saat Pak Abimanyu mencomot popcorn, Fisika semakin mencondongkan badan. Sampai aroma Pak Abimanyu tercium, membuat Fisika memejamkan mata lalu mesem-mesem sendiri. Ya Allah, maafkan hamba yang mesum ini, mohonnya dalam hati.

Setelah membuka mata Fisika mendapati Pak Abimanyu menatap balik padanya. Entah ini halusinasi atau tidak, ia mendapati senyum tipis tersungging di bibir Pak Abimanyu. Ia juga merasa kalau wajah Pak Abimanyu semakin mendekat dan semakin mendekat lagi.

Detak jantung Fisika mendadak tidak terkendali, ia jadi khawatir kalau Pak Abimanyu mendengarnya. Meskipun begitu, demi memperlancarnya suasana yang jarang terjadi ini, Fisika pelan-pelan memejamkan mata dan membuka sedikit bibirnya. Bermaksud untuk menyambut Pak Abimanyu lalu melakukan hal-hal yang menyenangkan–uhhuk!

Namun, kenyataan tak sesuai harapan. Yang di dapat Fisika malah ...

"AW!" Dahi Fisika mendapat sentilan. Setelah tersadar, Fisika langsung memberi tatapan protes. "Apa salah saya, Pak?"

"Kamu sendiri kenapa menutup mata?" tanya Pak Abimanyu balik, nadanya rendah supaya tidak mengganggu yang lain.

"'Kan Bapak mau ci–"

"Ci?"

Fisika mendadak menggaruk pipinya yang tidak gatal, entah kenapa ia jadi malu sendiri. Astaga! Kalau sampai mama tahu pikiran mesum anaknya, bisa-bisa Fisika diikat di tiang listrik terus digantung tiga hari tiga malam tanpa dilepaskan. Mamaaaa maafin Ikaaaa ...

"Ci?" ulang Pak Abimanyu lagi, kali ini mendesak. Diam-diam Pak Abimanyu tersenyum geli melihat ekspresi Fisika.

"Maksud saya, ci itu untuk ... ci-cak. Ya, cicak! Ada cicak di dinding, ada cicak di langit-langit rumah. Ha-ha-ha ..."

Tawanya terdengar garing, sedang Pak Abimanyu menatap dengan kedua tangan terlipat di dada. Seakan menunjukkan kalau jawaban yang Fisika beri sama sekali tidak lucu.

Karena terlalu lama ditatap, akhirnya Fisika memilih menyerah. Fisika meringis memperlihatkan wajah penuh rasa bersalah. Fisika juga berbisik lirih, supaya kata-katanya tidak didengar yang lain, "Maaf, saya sempat berpikiran yang tidak-tidak. Kepala saya memang pantas dapat sentilan dari Pak Abi." Raut Fisika dibuat seolah-olah murung. "Janji tidak akan diulang lagi. Kalau sudah halal baru boleh diulangi mikir kayak tadi."

Refleks Pak Abimanyu menepuk jidat, kehilangan kata-kata akibat mendengar permintaan maaf Fisika yang nyeleneh.

***

Di sore menjelang maghrib, Fisika berboncengan manis sambil merem-melek menikmati punggung lebar nan sandar-able milik Pak Abimayu. Senyum Fisika tidak kunjung-kunjung padam. Suasana macet di matanya malah menambah kesan romantis untuk mereka. Ah, indahnya kencan pertama di hari Sabtu ini ...

Kalau Fisika membagikan seribu roti gratis, kira-kira berapa hari Pak Abimanyu mengajaknya kencan? Tiga? Lima? Seminggu? Atau jangan-jangan ... langsung dibawa ke pelaminan?

Alamak! Fisika tidak sabar sekali kalau begitu.

***

Mengejar Cinta Pak Abimanyu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang