Oh iya, aku lupa kalau udah nggak boleh nulis di di sini lagi😭
Updatenya cepet-cepet aja.
Abimanyu meletakkan kantong belanjaan di atas meja sementara Fisika langsung bergerak menuju kulkas.
"Mas Abi mau air dingin atau jus kotak?"
"Air dingin saja."
"Oke." Fisika membawa botol air dingin, mengambil gelas kemudian ikut duduk di samping Abimanyu. "Ika istirahat dulu, ya. Masaknya nanti aja. Mas tidak lapar, kan?"
"Tadi di pasar kita makan lumpia. Mas masih kenyang."
"Kali aja. Orang Indo 'kan biasanya belum kenyang kalau belum makan nasi."
"Ika sendiri bagaimana?" tanya Abimanyu balik.
"Belum kenyang, tapi kalo masak sekarang males. Mau istirahat dulu."
"Ya sudah, nanti saja masaknya. Kalau nanti masih malas juga, kita bisa pesan via online."
"Baik banget suaminya Ika." Fisika mencubit pipi Abimanyu. "Masukin ini dulu ke dalam kulkas. Mas bantu Ika, ya, biar kita sama-sama istirahat kalau udah selesai."
Abimanyu mengangguk. Keduanya langsung bergerak memasukkan sayur, buah, dan lauk ke dalam kulkas. Sementara bahan lain dimasukkan ke dalam lemari dapur. Setelah selesai, Abimanyu diajak Fisika ke ruang tengah untuk menonton tv. Berbaring dempet-dempetan sambil menonton sinetron siang, itu istirahat yang dimaksud Fisika.
"Jam-jam gini acara gosip kayaknya udah mulai," ujar Fisika. "Mas harus ikut nonton, ya."
"Ika saja. Mas mau tidur." Abimanyu mengeratkan pelukannya pada Fisika kemudian memejamkan mata. "Jangan banyak gerak. Sofanya sempit buat berdua."
"Oke-oke." Fisika langsung mengusap-usap punggung tangan Abimanyu seolah menina-bobokannya.
***
Sudah satu jam Abimanyu pulang dari sekolah, tapi pesan atau panggilan dari Fisika tidak ada satu pun masuk. Jam menunjukkan pukul 04.43 menit sekarang. Pesan yang dikirim dari tadi belum dibaca. Mau tidak mau Abimanyu khawatir.
Abimanyu memilih menelpon mertuanya. Urusan akan mendapat sindiran dan segala tetek bengeknya itu belakangan.
"Assalamu'alaikum, Ma."
"Hm, wa'alaikumsalam."
"Ika ada di rumah Mama?"
"Tidak ada." Jawaban singkat, lalu ... "Kemana dia? Kamu sampai mencari ke sini, ada masalah apa? Jangan-jangan kalian bertengkar?"
"Tidak, Ma, kami baik-baik saja." Abimanyu menelan ludah. "Ika belum pulang kuliah. Pesan Abi belum di balas."
"Anaknya bawa motor sendiri?"
"Abimanyu yang antar jemput Ika, Ma."
"Kalau begitu, tunggu sepuluh menit lagi. Lewat dari itu, langsung susul ke kampus saja. Kabari kalo dia udah ada di rumah."
"Iya, Ma. Terima kasih. Assalamu'alaikum."
"Hm. Wa'alaikumsalam."
Usai panggilan terputus, terdengar deru motor berhenti di depan pagar rumah. Abimanyu buru-buru keluar dan terkejut saat mendapati Fisika pulang diantar laki-laki. Abimanyu tahu namanya. Farzan.
"Ika," panggil Abimanyu saat mendekat. "Ada apa ini?"
"Oh, Assalamu'alaikum, Mas." Fisika langsung menyalami Abimanyu. "Masih ingat Farzan, kan? Tadi Ika temenin dia nyari buku sebentar."
Dada Abimanyu langsung panas mendengar itu. "Kenapa tidak izin dulu?"
"Eh, itu ..."
"Maaf, Bang, saya yang memaksa." Farzan meringis bersalah.
"Ya sudah. Kamu langsung pulang saja." Abimanyu mengangguk sekali lalu membawa Fisika masuk usai mengunci pagar.
Tindakan dan gerak-gerik Abimanyu tidak ada yang berubah, tapi dari raut wajahnya tak bisa ditutupi. Ekspresi Abimanyu sangat datar saat menuntun Fisika duduk di sofa.
"Ada yang harus Mas tanya."
"O-oke." Tergagap Fisika menjawab. "Uhm ... tidak keberatan kalau Ika lepas hijab dulu."
"Ya."
Fisika menelan ludah gugup. Dengan takut-takut Fisika melirik Abimanyu, sedangkan tangannya sibuk mencopoti jarum pentul dan bros, lalu meletakkan pashmina beserta ciputnya di atas meja.
"Su-sudah, Mas."
"Ponsel Ika mati?" tanya Abimanyu langsung.
Cepat Fisika menggeleng.
"Habis kuota? Tidak punya pulsa?"
Lagi, Fisika menggeleng.
"Kenapa tidak membalas pesan?"
Oow. "Ti-tidak sempat."
"Pasti penting sekali urusan si Farzan ini."
"Bukaaaan." Fisika meraih tangan Abimanyu lalu menggenggamnya. "Serius nggak gitu. Tadi rencananya Ika mau telpon Mas Abi setelah keluar dari kelas, tapi pas Farzan nyamperin Ika, jadi batal, deh."
"Kenapa sampai segitunya?"
"Itu ..." Bola mata mengedip-ngedip, ekspresinya dibuat semelas mungkin. "Farzan 'kan pernah nolongin Ika, jadi ... Ika balas budi. Bantuin dia nyariin buku sama nggak nolak dia yang mau antar Ika pulang."
"Kan bisa minta izin dulu. Mas sampai repotin Mama saat kamu tidak ada kabar."
"Maaf, ya. Janji nggak gitu lagi. Pliiiis."
Abimanyu diam.
"Pliiis. Ya ya ya." Fisika mulai mencondongkan tubuhnya. "Mas Abi ganteng, deh. Serius. Suwer."
Abimanyu membuang muka.
"Nanti diikasih ciuman plus masak opor ayam. Mau ya maafin Ika?"
Berhasil. Abimanyu tergiur dengan tawaran itu dan kembali menatap Fisika sambil menganggukan kepala. "Bawang gorengnya yang banyak."
"Ih, lucu banget, sih." Fisika memberi satu kecupan di pipi. "Ika mandi dulu, ya. Masak-masak setelahnya. Mas Abi bantu cuciin ayamnya dulu."
"Iya."
Fisika langsung melesat ke kamar, membawa serta tas dan hijabnya. Sedangkan Abimanyu memilih mengirim pesan kepada mertuanya, memberi tahu bahwa Fisika sudah pulang. Setelah itu, Abimanyu pergi ke dapur untuk menjalankan titah sang nyonya rumah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Pak Abimanyu [Completed]
Chick-Lit[Tulisan lama dan belum revisi] Sebagai salah satu warga negara Indonesia, Fisika Ayuwangi tentu memiliki kebebasan mengemukakan pendapat sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1998. Dalam hal ini Fisika terapkan untuk menyuarakan...