Bagian Tujuh Belas

28K 2.3K 93
                                    

Hulalaheyo ... Selamat membaca❤️

Fisika bersandar di kepala ranjang. Selimut menutupi sebatas pinggang. Rambut panjang Fisika dikumpulkan jadi satu kemudian disibak ke bahu sebelah kiri. Sedangkan di kuping kanan, ponsel pintar menempel sempurna.

"Saya suka makan-makanan pedas dan minum-minuman manis. Kalau Pak Abi sendiri apa?"

"Saya suka semua makanan. Tapi, beberapa bulan terakhir, saya suka masakan Ika."

"Ehm, bisa aja," ujar Fisika, setengah malu setengah malu-maluin. "Kalau orangnya, suka juga, kan?"

"Kalau tidak suka, mana mungkin kita akan sampai ke tahap ini."

"Iya juga, ya? Ih, Pak Abi Sayang, hebat banget jawab ucapan saya."

Di seberang sana, Pak Abimanyu tertawa. "Lebih hebat kamu. Kadang saya dibuat tidak berkutik hanya gara-gara ucapan gombal seorang Fisika Ayuwangi."

"Oh, ya? Bapak salah tingkah, nggak?"

"Tidak. Tapi, saya malu."

"Ih, kok malu?"

"Iya malu. Kadang gombalan kamu menggelikan di telinga saya."

Fisika langsung cemberut. "Bapak terlalu jujur, saya sakit hati."

Terdengar bunyi tawa lagi. "Bukannya jujur lebih bagus?"

"Tapi, berbohong demi kebaikan tidak ada salahnya, kan?"

"Ika, tidak ada yang namanya berbohong demi kebaikan."

"Iya deh, Bapaknya anak-anak selalu benar." Fisika menguap sekali. "Ngomong-ngomong, sudah berapa lama ya kita ngomong lewat hape?"

"Saya lupa waktu. Maaf. Kamu mengantuk?"

"Belum, kok." Tapi, bohong. Mata Fisika sudah berat, tapi mencoba melek. "Lima jam ngomong sama Pak Abi, masih kuat, kok."

"Benarkah? Lantas saya denger ada yang menguap. Itu ... siapa?"

"Ah, nggak tau, Pak. Cicak kali."

"Ada-ada saja." Pak Abimanyu tersenyum geli. "Ya sudah, sebelum percakapan berakhir, ada yang mau saya tanyakan lagi. Kesukaan Bapak dan Ibu apa, Ika?"

"Apa, ya?" Telunjuk Fisika mengetuk-ngetuk dagu. "Mama tupperware kalo Papa miara burung."

"Bukan yang itu, maksud saya makanan."

"Ooooh." Fisika langsung terkikik. Geli juga membayangkan Pak Abimanyu bertamu dengan membawa seperangkat tuppareware dan seekor burung lengkap dengan sangkarnya. "Mama sukanya bolu coklat sama pandan kalau Papa sukanya nasi padang."

"Akan saya ingat. Terima kasih, Ika."

"Sama-sama, Bapak Sayang. Sampai ketemu besok."

"Iya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

***

Berkali-kali Fisika mondar-mandir di ruang tamu, matanya tak lepas memandang pintu penghubung dengan teras depan. Fisika begitu deg-degan, tidak sabar, juga antusias menunggu kedatangan Pak Abimanyu. Pesan terakhir, Pak Abimanyu sedang dalam perjalanan menuju rumah Fisika.

"Tidak usah tegang, Ka," ujar Papa, lembut. "Bukan melamar, kan? Masih tahap mengenal Papa dan Mama."

Fisika langsung berbalik, menatap Papa yang sedari tadi Fisika punggungi. "Tapi tetap saja Ika nggak tenang, Papa."

Mengejar Cinta Pak Abimanyu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang