Bagian Enam

32.9K 2.7K 36
                                    

Fisika memeluk toples keripik kentang, sesekali tangannya mencomot camilan enak bikinan mama tersebut, kemudian memasukkan ke dalam mulut dan mengunyah dengan hikmat. Pandangan Fisika sendiri terfokus pada layar ponsel.

Fisika: [Si Mamat beli tempe. Beli tempenya di rumah Mbak Dona. Assalamualaikum, selamat sore. Calon imam ganteng, lagi apa?]

Seketika Fisika terkikik geli melihat pantun abal-abalnya. Entah kenapa kalau menyangkut Pak Abimanyu, sisi centil dan gombalnya mudah bangkit begitu saja tanpa diminta.

Lima detik berlalu, tidak ada tanda-tanda chat akan dibaca. Padahal centang abu-abu dua. Fisika tidak menyerah, kembali ia mengirim chat kedua.

Fisika: [Jalan-jalan ke pasar Bali. Jangan lupa membeli kuaci. Kalo Bapak tidak baca chat ini. Saya merasa patah hati. 💔]

Dalam sekali kedip mata centang abu-abu langsung berubah jadi biru. Fisika refleks menegakkan tubuh kemudian meletakkan toples keripik di atas meja. Selanjutnya, ia mengerahkan seluruh perhatian pada ponsel.

Calon Suami: [Waalaikumsalam, Fisika. Saya baru pulang dari tempat orang tua saya.]

[Pantun yang bagus.]

Fisika: [Ooh.]

[Kapan-kapan ajak saya ikut serta ke rumah calon mertua. 🤭]

[Oiya, Bapak laki-laki pertama yang saya bikinin pantun.]

Calon Suami: [Maksudnya?]

[Terima kasih.]

Fisika mengerucutkan bibir, bola matanya memutar malas. Fisika yakin Pak Abimanyu paham dengan chat yang ia kirim, tetapi Pak Abimanyu memilih pura-pura tidak mengerti.

Sungguh perjuangan yang tidak mudah. Biasanya laki-laki yang mengejar perempuan, bukan sebaliknya. Namun, Fisika tidak begitu perduli karena menurutnya tidak perlu gengsi-gengsi, ini eranya emansipasi.

Fisika: [Pak Abi mah suka gitu. 😔😢]

Calon Suami: [Memang seperti inilah saya. Apa yang kamu harapkan dari duda seperti saya, Fisika?]

Saat ingin membalas chat Pak Abimanyu, teriakan cempreng Mama menggoncang gendang telinga Fisika, "Ika, jangan main hape terus! Angkat jemuran sana! Udah mau maghrib."

"Iyaaaa, Maaaa!" Fisika berteriak balik.

Ogah-ogahan Fisika meletakkan ponsel di atas meja, lalu menuju halaman belakang untuk mengangkat jemuran. Tidak lama kemudian Fisika kembali bertepatan dengan kemunculan papa yang baru pulang kerja.

"Mama di mana, Ka?" Papa bertanya.

"Lagi masak di dapur, Pa."

Papa mengangguk. Sebelum menuju kamar, papa biasanya menemui mama dulu. Tatapan Fisika otomatis mengekori punggung papa yang kian menjauh. Dalam hati ia begitu mengagumi keharmonisan kedua orang tuanya. Meskipun hampir kepala lima, hubungan papa dan mama masih saja membara layaknya pengantin baru. Bahkan mereka tidak sungkan menunjukkan keromantisan di depan Fisika, yang mana kadang ia mau muntah saat menontonnya.

Sesibuk apa pun mama, pasti akan meninggalkan pekerjaannya sebentar demi mengantar papa yang akan bepergian. Mama mencium punggung tangan papa, lalu papa mencium kening mama. Begitu pula sebaliknya, secapek-capeknya papa pulang kerja, pasti mencari mama yang lebih utama. Itu dilakukan untuk sekadar memberitahu bahwa dirinya sudah kembali setelah lelah seharian menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran di kantor.

Mengejar Cinta Pak Abimanyu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang