Bagian Tiga Belas

29.9K 2.5K 89
                                    

Ini malam Nisfu Sya'ban.

Mohon maaf lahir dan batin, teman-teman.

Selamat membaca❤️

Semenjak tau alasan Pak Abimanyu dan Bu Siti ke hotel, Fisika makin bertambah tidak ingin memunculkan dirinya lagi. Bukan hanya pada sang calon imam, Fisika juga malu pada Bu Siti. Apalagi, Fisika sempat melayangkan tuduhan yang sangat kejam sekali.

Ah, mengingat hari itu, betapa jahatnya mulut seoarang Fisika Ayuwangi saat cemburu.

Kembali seperti aktivitasnya terakhir, Fisika bekerja sambil terbengong-bengong. Mulai mencuci piring sambil bengong. Menyapu sambil bengong. Mengepel lantai sambil bengong. Sampai, menjamur pakaianpun Fisika juga bengong.

Untung hari ini Mama dan Papa tidak ada di rumah. Kalau tidak, Fisika pasti akan kena omelan sepanjang jalan tol lagi.

Minggu pagi biasanya diisi dengan kegiatan menyenangkan. Misalnya, berkencan dengan pacar, piknik bersama keluarga, atau hang out bareng teman-teman. Tapi, kenyataanya, setelah kerjaan rumah selesai, Fisika duduk bengong di depan TV. Memindah-mindahkan saluran lalu kembali bergelung karena merasa bosan.

Berkali-kali Fisika memandangi ponsel namun tidak ada satupun pesan Pak Abimanyu masuk. Mau menghubungi duluan, Fisika sekarang jadi rada segan. Fisika 'kan lagi pasang mode capek, jadi harus tahan-tahan dulu untuk tidak ngebucin lagi. Walaupun sebenarnya, tangan Fisika sudah gatal sekali untuk memulai percakapan duluan.

Terdengar bunyi bel rumah ditekan. Fisika yang lagi tengkurap di sofa hanya menegakkan kepalanya saja. Tidak lupa, Fisika juga berteriak, "Siapaaaaa?"

Namun, jarak ruang tamu dan pintu depan lumayan jauh, tentu saja teriakan Fisika tidak terdengar sampai ke luar. Alhasil, dengan ogah-ogahan Fisika melangkah. Wajahnya yang tadi cemberut semakin bertambah cemberut kala meraih gagang pintu.

"Sia–astaghfirullah!" Fisika kaget, bahkan sampai termundur dua langkah ke belakang. "Ha ... ha ... hantu, kah?"

Si pengetuk pintu tertawa lalu menggelengkan kepala.

"Nga ... ngapain?"

"Bapak sama Ibu ada?"

Kepala Fisika menggeleng cepat, tangannya meremas pintu rumah.

"Kalau begitu, dengan anaknya saja. Mau jalan-jalan?"

Fisika mengangguk. Tapi, saat tersadar, Fisika kembali menggeleng cepat. "Sa ... saya enggak gampangan lagi."

"Siapa yang bilang kamu gampangan? Tidak ada sama sekali." Si tamu memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana. "Saya suka Ika yang apa adanya."

"Berhenti bermain dengan perasaan saya!" Fisika langsung menutup pintu rumah begitu saja setelah berteriak. Tapi, beberapa detik kemudian, Fisika kembali membuka pintu sedikit demi sedikit. "Benar-benar mengajak jalan-jalan?"

"Memang saya terlihat seperti main-main?"

Bola mata Fisika berkedip lambat. "Saya percaya."

"Kalo begitu, langsung siap-siap. Saya tunggu di teras rumah."

Sedikit demi sedikit, senyum Fisika mulai mengembang. Malah sekarang menjadi cengiran. Fisika teramat senang saat ini.

"Tunggu sekarang, ya ... Pak Abi. Calon istrinya lagi dandan."

Sebelum Fisika berlari ke kamar, Fisika mendengar kalau Pak Abimanyu terkekeh mendengar ucapannya.

Ah, batal deh Fisika pasang mode ngambek lama-lama. Kalau disamperin seperti ini, Fisika mana tahan.

Mengejar Cinta Pak Abimanyu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang