Bagian Dua Puluh Tiga

27.4K 2.2K 67
                                    

Gak ngerti lagi sama sinyal di kampung 🤦

“Ehm ... kamu punya nomor duda itu?”

Fisika sontak menoleh, menatap bingung pada Mama. “Ada. Tumben nanya?”

Sekali lagi Mama berdehem lalu pura-pura fokus pada tv. “Ya mau nanya aja. Emang salah?”

“Enggak, sih.” Fisika menggaruk pipi yang tak gatal. “Kenapa, Ma?”

“Suruhdiakerumahbesokmalam.”

“Hah? Ngomong apa sih, Ma? Kecepetan.”

Mama berdecak, “Suruh dia ke rumah besok malam.”

“Demi apa? Mama serius?!”

“Hmm.”

“Siap empat lima, Mamanda!” Fisika ingin melompat dari duduknya, tapi urung sejenak. “Tunggu dulu, emangnya buat apa?”

“Banyak nanya kamu, Ka! Mau dapat restu Mama tidak?!”

“Ya mau, dong. Ini yang Ika tunggu dari lama.” Satu ciuman mendarat mulus di pipi Mama. “Terima kasih, Kanjeng Mamanda. Ika kabarin calon mantunya dulu. Dadah ...”

Sedikit tergesa Fisika menuju kamarnya. Ponsel yang tadinya di atas nakas langsung diambil begitu saja, kemudian Fisika menghempaskan tubuhnya ke kasur. Fisika mencari kontak Pak Abimanyu kemudian menelponnya. Beruntung di nada sambung ketiga, panggilan langsung diangkat.

Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumsalam, Pak Abi ganteng!” Fisika menjerit kemudian menendang-nendang. “Saya bawa kabar baikkkk bangettt.”

Di seberang sana, suara tawa Pak Abimanyu terdengar merdu. “Oh, ya? Apa itu?

“Jangan kaget, ya? Jangan pingsan, ya?”

Iya, Fisika.

“Mama suruh Pak Abi ke rumah besok malam.”

Memang beliau ada perlu apa?

“Mau kasih restu, duoooong!”

Jangan bercanda, Ika.

“Lho, emang bener, kok.”

Pak Abimanyu berdehem. “Kenapa tiba-tiba saya merasa gugup?

Fisika terkikik geli. “Ngomong dulu sama jantungnya, jangan berulah sekarang. Besok aja.”

Seandainya saja bisa.” Terdengar helaan napas. “Sepertinya saya tidak akan bisa tidur nanti malam."

“Mau saya nyanyikan sebuah lagu pengantar tidur buat Bapak?”

Jangan! Yang ada saya mimpi buruk. Dengar ocehan kamu saja kadang pening, apalagi sampai bernyanyi.

“Hih, jahat sekali mulutnya.” Bibir Fisika mengerucut. “Ternyata, gini ya aslinya. Kayaknya saya mesti mikir ulang buat nikah sama Pak Abi."

Bercanda, Ika.

“Tapi saya terlanjur kesinggung gimana, dong?”

Ya tidak apa-apa. Itu hak Ika.

“Hih nggak romantis!”

Jadi, Ika mau saya seperti apa?

“Dirayu, kek. Gombalin, kek, sebagai permintaan maaf.”

Ehm ... saya sudah tua.

“Terus apa hubungannya?”

Saya ... malu.

Mengejar Cinta Pak Abimanyu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang